Pecihitam.org\u2013<\/a><\/strong> Demi mewujudkan sensasi dan kepuasan seksual, beragam improvisasi<\/a> dilakukan sepasang suami istri, termasuk menelan sperma. Lalu bagaimanakah hukum istri menelan sperma, apakah boleh ataukah haram?<\/p>\n\n\n\n Menjawab pertanyaan tentang hukum menelan sperma ini, terlebih dahulu kita harus memahami hukum mani itu sendiri, apakah ia suci atau najis.<\/p>\n\n\n\n Dan mengenai macam-macam hukum mani disebutkan dalam Taqriratis Sadidah<\/em> karya Sayyid Hasan Al-Kaff.<\/p>\n\n\n\n Pada halaman 128, dijelaskan ada tiga hukum terkait mani.<\/p>\n\n\n\n Pertama, maninya hewan semuanya suci, kecuali maninya anjing dan babi. Ini merupakan qaul<\/em> mu’tamad<\/em> yang diambil oleh Imam Nawawi.<\/p>\n\n\n\n Kedua, maninya manusia adalah suci dan mani dari selain manusia adalah najis. Ini adalah pendapat Imam Rafi’i.<\/p>\n\n\n\n Ketiga, maninya manusia dan maninya hewan yang dagingnya halal dimakan adalah suci, sedangkan maninya hewan yang tidak halal dimakan adalah najis<\/p>\n\n\n\n Jika mengacu pada tiga hukum mani di atas, maka mani seorang suami yang ditelan isterinya adalah suci.<\/p>\n\n\n\n Akan tetapi mungkin timbul pertanyaan, bagaimana dalam kinteks menelan mani jika itu dianggap menjijikkan. Bukankah setiap sesuatu yang menjijikkan adalah najis?<\/p>\n\n\n\n