Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":64439,"date":"2020-08-12T08:22:37","date_gmt":"2020-08-12T01:22:37","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=64439"},"modified":"2020-08-12T08:22:39","modified_gmt":"2020-08-12T01:22:39","slug":"hadits-shahih-al-bukhari-no-581-kitab-adzan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/hadits-shahih-al-bukhari-no-581-kitab-adzan\/","title":{"rendered":"Hadits Shahih Al-Bukhari No. 581 \u2013 Kitab Adzan"},"content":{"rendered":"\n
Pecihitam.org<\/strong> – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 581 \u2013 Kitab Adzan ini, Imam Bukhari memulai hadis ini dengan judul \u201cBerbicara Saat Adzan\u201d Hadis dari Abdulllah bin Harits ini menceritakan bahwa Ibnu Abbas berkhutbah pada hari Radghin dan memerintahkan salat di tempat tinggal. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 4 Kitab Adzan. Halaman 59-64.<\/p>\n\n\n\n
Terjemahan: <\/strong>Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] berkata, telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Ayyub] dan [‘Abdul Hamid] sahabat Az Zayadi, dan [‘Ashim Al Ahwal] dari [‘Abdullah bin Al Harits] berkata, “Pada suatu hari ketika jalan penuh dengan air dan lumpur (becek) akibat hujan, [Ibnu ‘Abbas] pernah menyampaikan khuthbah kepada kami. Ketika mu’adzin sampai pada ucapan: ‘Hayya ‘Alash shalaah (Marilah mendirikan shalat) ‘ ia perintahkan mu’adzin tersebut untuk menyerukan: ‘Shalatlah di tempat tinggal masing-masing’. Lalu orang-orang saling memandang satu sama lain karena heran. Maka Abdullah bin Al Harits pun berkata, “Hal yang demikian ini pernah dilakukan oleh orang yang lebih baik darinya, dan itu merupakan kewajiban Mu’akkad (yang ditekankan).”<\/p>\n\n\n\n
Keterangan Hadis: <\/strong>Sulaiman bin Shurad berbicara saat adzan. Lalu Hasan berkata, “Tidak mengapa seseorang tertawa saat adzan atau iqamah.”<\/p>\n\n\n\n
Yang dimaksud bab “berbicara saat adzan” adalah mengucapkan perkataan selain adzan pada saat mengumandangkan adzan. Imam Bukhari biasa tidak menegaskan hukum persoalan tersebut, karena hadits tersebut tidak mengindikasikannya secara tegas. Akan tetapi dari keterangan yang disebutkannya di tempat ini terdapat isyarat bahwa beliau membolehkan hal tersebut. Ibnu Mundzir telah menukil pendapat yang membolehkannya secara mutlak dari Urwah, Atha’, AI Hasan serta Qatadah, dan inilah yang menjadi pendapat Imam Ahmad.<\/p>\n\n\n\n
Kemudian dinukil dari An-Nakha’i, Ibnu Sirin serta Al Auza’i mengenai pandangan yang memakruhkannya, sementara Ats-Tsauri tidak membolehkannya. Adapun Abu Hanifah serta sahabatnya berpendapat bahwa tidak melakukannya adalah lebih baik. Pandangan ini pula yang menjadi indikasi pendapat Imam Malik dan Syafi’i. Sedangkan Ishaq bin Rahawaih mengemukakan pendapat lain bahwa berbicara saat adzan adalah makruh hukumnya, kecuali bila ada hubungannya dengan shalat. Lalu pandangan Ishaq dipilih oleh Ibnu Mundzir berdasarkan makna lahiriah hadits Ibnu Abbas yang tersebut di bab ini. Sementara Ad-Dawudi membantah pendapat-pendapat terdahulu, dimana ia berkata, “Hadits ini tidak dapat dijadikan hujjah tentang bolehnya berbicara saat adzan, tetapi berdasarkan pendapat sebelumnya -yang telah disebutkan- adalah sesuatu yang disyariatkan apabila termasuk bagian adzan.”<\/p>\n\n\n\n
(Sulaiman bin Shurad berbicara saat adzan<\/em>). Riwayat ini disebutkan dengan sanad yang lengkap (maushul<\/em>) oleh Abu Nu’aim (guru Imam Bukhari) dalam kitab tentang shalat. Lain riwayat yang dimaksud dinukil pula oleh Imam Bukhari dari gurunya ini di kitabnya Ath-Tharikh dengan sanad yang shahih (Bahwasanya beliau adzan di Al Askar, lalu memerintahkan pelayannya untuk mengerjakan keperluannya saat beliau sedang adzan).<\/p>\n\n\n\n
(Al Hasan berkata<\/em>) Saya tidak menemukan riwayat ini dinukil melalui sanad maushul <\/em>(bersambung). Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan selainnya dari berbagai jalur dari Al Hasan adalah tentang bolehnya berbicara tanpa dibatasi dengan “tertawa”.<\/p>\n\n\n\n
Kesesuaian perkataan Al Hasan dengan judul bab dapat dilihat bahwa tertawa apabila diiringi suara, terkadang menimbulkan bunyi satu huruf atau lebih yang dapat dipahami sehingga dapat merusak shalat. Sementara mereka yang tidak membolehkan berbicara saat adzan telah menyamakannya dengan shalat. Sejumlah ulama berpendapat bahwa tertawa dengan sengaja dapat membatalkan shalat, meskipun tidak ada bunyi huruf yang dapat dipahami darinya. Dengan demikian kedudukannya sama dengan berbicara, dimana keduanya sama-sama membatalkan shalat bila dilakukan dengan sengaja.<\/p>\n\n\n\n
\u062e\u064e\u0637\u064e\u0628\u064e\u0646\u064e\u0627<\/strong> (beliau berkhutbah<\/em>) Hal ini dijadikan dalil oleh Ibnu Al Jauzi untuk menyatakan bahwa shalat yang dimaksud dalam hadits ini adalah shalat Jum’at. Akan tetapi hal ini perlu pembuktian lebih lanjut. Hanya saja perlu diketahui bahwa keterangan tegas mengenai hal itu telah dinukil dalam riwayat Ibnu Aliyah dengan lafazh, \u0623\u064e\u0646\u064e\u0651 \u0627\u0644\u0652\u062c\u064f\u0645\u064f\u0639\u064e\u0629 \u0639\u064e\u0632\u0652\u0645\u064e\u0629\u064c<\/strong> (Sesungguhnya Jum’at adalah suatu kewajiban<\/em>).<\/p>\n\n\n\n
\u0641\u0650\u064a \u064a\u064e\u0648\u0652\u0645\u0650 \u0631\u064e\u0632\u0652\u063a\u064d<\/strong> (pada hari razghin<\/em>) Demikian lafazh yang tersebut pada kebanyakan riwayat. Sementara dalam riwayat lbnu As-Sakan dan Al Kasymihani serta Abu Al Waqt tertulis \u0631\u064e\u062f\u0652\u063a\u064d<\/strong> dan menurut Al Qurthubi lafazh ini lebih masyhur. Al Qurthubi menambahkan, “Yang benar adalah dibaca \u0631\u064e\u062f\u064e\u063a\u064d<\/strong> karena ia adalah isim (kata benda). Adapun bila dibaca \u0631\u064e\u062f\u0652\u063a\u064d<\/strong> maka ia adalah masdar.” Lafazh \u0631\u064e\u062f\u064e\u063a\u064d<\/strong> adalah riwayat Al Qabisi.<\/p>\n\n\n\n
Penulis kitab Al Muhkam berkata, “Makna kata Razghin adalah air sedikit yang ada di dalam wadah.” Ada pula yang mengatakan bahwa maknanya adalah tanah berlumpur. Sementara dalam kitab Al ‘Ain dikatakan, “Radghin adalah tanah yang becek, sedangkan razghin adalah yang lebih becek lagi.” Sedangkan dalam kitab Al Jamharah disebutkan, “Radghin dan razghin adalah tanah sedikit dan berlumpur karena hujan atau yang sepertinya.”<\/p>\n\n\n\n
Catatan: <\/strong>Dalam riwayat ini disebutkan dengan lafazh \u064a\u064e\u0648\u0652\u0645\u064e \u0631\u064e\u0632\u0652\u063a\u064d<\/strong> (hari Razghin<\/em>), sementara dalam riwayat Al Hajbi akan disebutkan dengan lafazh, \u0641\u0650\u064a \u064a\u064e\u0648\u0652\u0645\u064d \u0630\u0650\u064a \u0631\u064e\u0632\u0652\u063a\u064d<\/strong> (Pada hari yang terdapat razghin<\/em>). Riwayat ini lebih jelas. Adapun dalam riwayat Ibnu Aliyah dikatakan, \u0641\u0650\u064a \u064a\u064e\u0648\u0652\u0645\u064d \u0645\u064e\u0637\u0650\u064a\u0631\u064d<\/strong> (Pada hari hujan<\/em>).<\/p>\n\n\n\n
\u0641\u064e\u0644\u064e\u0645\u064e\u0651\u0627 \u0628\u064e\u0644\u064e\u063a\u064e \u0627\u0644\u0652\u0645\u064f\u0624\u064e\u0630\u0650\u0651\u0646 \u062d\u064e\u064a\u064e\u0651 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u0627\u0644\u0635\u064e\u0651\u0644\u064e\u0627\u0629 \u0641\u064e\u0623\u064e\u0645\u064e\u0631\u064e\u0647\u064f<\/strong> (ketika muadzin sampai pada perkataannya “Hayya alash-shalaah”,maka beliau memerintahkannya<\/em>). Demikian yang tersebut di sini, dan nampaknya ada lafazh yang tidak disebutkan (mahdzuj) dalam kalimat, dimana kalimat lengkapnya adalah, “Ketika muadzin hendak mengatakan kalimat tersebut, maka beliau memerintahkannya … ” Kesimpulan ini didukung oleh riwayat Ibnu Aliyah, \u0625\u0650\u0630\u064e\u0627 \u0642\u064f\u0644\u0652\u062a \u0623\u064e\u0634\u0652\u0647\u064e\u062f \u0623\u064e\u0646\u064e\u0651 \u0645\u064f\u062d\u064e\u0645\u064e\u0651\u062f\u064b\u0627 \u0631\u064e\u0633\u064f\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647 \u0641\u064e\u0644\u064e\u0627 \u062a\u064e\u0642\u064f\u0644\u0652 \u062d\u064e\u064a\u064e\u0651 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u0627\u0644\u0635\u064e\u0651\u0644\u064e\u0627\u0629<\/strong> (Apabila engkau mengucapkan “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah “,maka jangan katakan, “Hayya alash\u00adshalaah”<\/em>.)<\/p>\n\n\n\n