Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Dahulu umat Islam sudah sangat familiar dengan jika suatu kitab yang berisi hadits tertulis diriwayatkann oleh Imam Bukhari, Imam Muslim dan imam-imam muhaddits yang mu’tabar (kredibel) lainnya.<\/p>\n\n\n\n Namun, jika diperhatikan, beberapa tahun belakangan ini, banyak sekali kitab-kitab, buku, artikel, atau tulisan di internet yang memuat sebuah hadits bagian akhirnya memuat kalimat : \u201cdisahihkan oleh Syaikh Al-Albani\u201d. <\/p>\n\n\n\n Dengan munculnya nama al-Albani yang dianggap sebagai ahli hadits abad ini, kemudian muncul istilah baru. Yang mana golongan Wahhabi Salafi mengganggap al-Albani itu kedudukannya se-derajad dengan Imam Bukhari pada zamannya.<\/p>\n\n\n\n Bahkan semua hadits bila telah dishahihkan atau dilemahkan dan sebagainya, oleh al-Albani ini, seakan-akan sudah \u2018jaminan mutu kebenarannya. Ini sangat berbahaya bagi masyarakat awam yang tidak tahu.<\/p>\n\n\n\n Sebab banyak para pakar hadits di era modern ini, seperti Syeikh Assayyid Hasan Ali Assegaf, dalam kitabnya Tanaqudhat al-albani, beliau menemukan lebih dari 1200 hadits dan catatan-catatan kontradiksi yang dikemukakan oleh al-Albani.<\/p>\n\n\n\n Selain itu masih banyak para Ulama yang ikut membantah kredibilitas al-Albani, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n Namun kaum Wahabi Salafi tetap saja secara fanatik dan sangat yakin. Bahkan mereka sendiri yang katanya mengharamkan taklid kepada ulama, namun entah sadar atau tidak mereka ternyata begitu taklid buta terhadap Nashiruddin Albani<\/a> hingga menjulukinya sebagai Al-Imam Al-Mujaddid Al \u2018Allamah Al-Muhaddits Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani. <\/p>\n\n\n\n Sedangkan Al-Albani sendiri adalah seorang tukang jam yang dilahirkan di kota Ashkodera, negara Albania tahun 1914 M dan meninggal dunia pada tanggal 21 Jumadil Akhirah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yordania.<\/p>\n\n\n\n Al-Albani tidak menyelesaikan pendidikan formal yang tinggi, kecuali hanya menyelesaikan sekolah Madrasah Ibtidaiyah kemudian ia meneruskan ke madarasah An-Nizhamiyah<\/a>.<\/p>\n\n\n\n Pada masa hidupnya, al Albani memang memiliki hobi membaca kitab-kitab khususnya kitab-kitab hadits, namun ia tidak pernah berguru kepada guru dan ulama hadits yang ahli dan tidak pernah mempunyai sanad yang diakui dalam Ilmu Hadits. Dari sini cukup jelas bahwa sanad keilmual al Albani terputus.<\/p>\n\n\n\n Bahkan Al-Albani sendiri mengakui bahwa sebenarnya dia tidak hafal sepuluh hadits dengan sanad muttashil (bersambung) sampai kepadas Rasulullah SAW. Namun parahnya ia begitu berani \u201cMentashih dan Mentadh\u2019ifkan\u201d hadits sesuai dengan kesimpulannya sendiri, meski banyak bertentangan dengan kaidah para ulama salaf ahli hadits.<\/p>\n\n\n\n Para muhaddits salaf telah bersepakat bahwa sesungguhnya keahlian \u201cMentashih dan Mentadh\u2019ifkan\u201d suatu hadits itu, adalah tugas para hafidz, yaitu ulama yang hafal setidaknya 100.000 hadits. Jadi jika 10 saja tidak hafal bagaimana bisa menjadi muhaddits?<\/p>\n\n\n\n