Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":65356,"date":"2020-09-21T08:00:40","date_gmt":"2020-09-21T01:00:40","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=65356"},"modified":"2020-09-20T23:36:45","modified_gmt":"2020-09-20T16:36:45","slug":"riwayat-perilaku-kawin-cerai-sayyidina-hasan-bin-ali","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/riwayat-perilaku-kawin-cerai-sayyidina-hasan-bin-ali\/","title":{"rendered":"Menyoal Keabsahan Riwayat Perilaku Kawin-Cerai Sayyidina Hasan bin Ali"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/a> – Sayyidina Hasan bin Ali merupakan cucu nabi Muhammad saw. yang sejak kecil disebut-sebut memiliki rupa yang tampan dan mirip dengan nabi. <\/p>\n\n\n\n

Kemiripan ini pernah diakui oleh ayahnya sendiri yang mengatakan bahwa Hasan memiliki kemiripan fisik dengan nabi dari dada hingga kepala, sedangkan adiknya, Sayyidina Husein, menyerupai nabi dari bagian dada hingga kaki. <\/p>\n\n\n\n

Diriwayatkan bahwa suatu ketika, beberapa waktu setelah nabi wafat, Abu Bakar as-Shiddiq<\/a> melihat Hasan kecil sedang bermain bersama teman-temannya, kemudian Abu Bakar mengambil dan menggendong di atas tengkuknya sambil berkata \u201cengkau serupa dengan nabi, tidak sama dengan Ali\u201d. Sahabat Ali yang mendengarnya pun tertawa. (HR. Ahmad).<\/p>\n\n\n\n

Hasan adalah putra pertama dari Sayyidina Ali ra dan Sayyidah Fatima ra. Ia lahir pada tanggal 15 Muharram tahun 3 hijriyah dan wafat pada tahun 50 hijriyah. <\/p>\n\n\n\n

Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf al-Hasyimi al-Qurasyi. <\/p>\n\n\n\n

Hasan merupakan khalifah rasy\u00eedah<\/em> yang kelima setelah Sayyidina Ali ra. Ibnu Katsir<\/a> dalam kitab al-Bid\u0101yah wa an-Nih\u0101h<\/em> (11\/134) menyatakan bahwa kekhalifahan Hasan bin Ali selama enam bulan menjadi pelengkap dari sistem kekhalifahan pasca wafatnya nabi yang totalnya berlangsung selama 30 tahun. Sebagaimana sabda nabi Muhammad saw.:<\/p>\n\n\n\n

\u0627\u0644\u062e\u0644\u0627\u0641\u0629 \u0641\u064a \u0623\u0645\u062a\u064a \u062b\u0644\u0627\u062b\u0648\u0646 \u0633\u0646\u0629 \u062b\u0645 \u0645\u0644\u0643 \u0628\u0639\u062f \u0630\u0644\u0643 (\u062d\u062f\u064a\u062b \u062d\u0633\u0646 \u0631\u0648\u0627\u0647 \u0627\u0644\u062a\u0631\u0645\u064a\u0630\u064a)<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sistem kekhalifahan pada umatku berlangsung selama tiga puluh tahun, dan setelah itu berlaku sistem kerajaan atau dinasti<\/em> (HR.Tirmidzi)<\/p>\n\n\n\n

Jika dilihat dari masa masing-masing khulafaur rasyid\u00een<\/em> berkuasa, maka akan diperoleh data bahwa Abu Bakar memerintah selama 2 tahun 3 bulan, Umar bin Khattab<\/a> menjabat khalifah selama 10 tahun 6 bulan, Utsman bin Affan<\/a> menjadi khalifah selama 12 tahun, dan Ali bin Abi Thalib<\/a> 4 tahun 9 bulan. <\/p>\n\n\n\n

Total masa kekhalifahan dari empat khalifah tersebut adalah 29 tahun 6 bulan, dan genap menjadi 30 tahun ditambah dengan kekhalifahan Hasan bin Ali selama 6 bulan.\u00a0\u00a0\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Ibnu Hajar al-Haitami<\/a> dalam as-Show\u0101`iq al-Muhriqah<\/em> (2\/392) menegaskan bahwa Hasan menjadi khalifah kelima setelah dibai`at oleh penduduk Kufah. <\/p>\n\n\n\n

Ia memerintah dengan adil dan haq selama kurun waktu 6 bulan. Setelah itu, ia menyerahkan kekhalifahan ke tangan Mu`awiyah bin Abu Sufyan<\/a> pada bulan Rabi`ul Awwal tahun 41 hijriyah.<\/p>\n\n\n\n

Tuduhan sebagai Pelaku Kawin-Cerai<\/strong><\/h2>\n\n\n\n

Sejak Hasan masih muda, terlebih pasca dibai`atnya Hasan sebagai khalifah oleh penduduk Irak, dan terjadinya pergolakan politik di kalangan umat Islam, khususnya antara kubu pendukung setia Sayyidina Ali dan Mu`awiyah, banyak sekali tuduhan-tuduhan yang dialamtkan kepada Hasan bin Ali. <\/p>\n\n\n\n

Tuduhan itu di antaranya adalah bahwa Hasan merupakan sosok yang memiliki keperibadian suka bergaya hidup mewah, boros serta laki-laki yang suka kawin-cerai (mink\u0101h<\/em> dan mithl\u0101q<\/em>).\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Philip K.Hitti<\/a> dalam History of the Arab<\/em> (2006: 236) menuliskan selama Hasan menjabat sebagai khalifah ia lebih suka menghabiskan waktunya di rumah bersama harem-harem<\/em> nya dan enggan melibatkan diri dalam pemerintahan. <\/p>\n\n\n\n

Bahkan menurutnya, motif Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Muawiyyah atas iming-iming janji pemberian subsidi dan dana pensiun seumur hidup sebesar lima juta dirham dari perbendaharaan Kuffah. Sebuah tuduhan yang tidak dapat dibenarkan secara keseluruhan. <\/p>\n\n\n\n

Banyak penulis sejarah yang menengarai awal mula munculnya tuduhan ini berasal dari kalangan Bani Umayah dan para pengikutnya yang memiliki kepentingan untuk merebut kekuasaan dari tangan keluarga Ali. <\/p>\n\n\n\n

Pembunuhan karakter terhadap kepribadian Hasan bin Ali dimaksudkan untuk mendelegitimasi kepemimpinan Hasan sebagai sosok yang tidak layak memegang tampuk kekhalifahan serta menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah yang dianggap lebih mampu dan kompeten.\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Riwayat terkait perilaku kawin-cerai ini tidak hanya termuat dalam buku-buku yang ditulis oleh kalangan orientalis, banyak juga kitab-kitab tarikh<\/em> karya sejarawan Islam yang mengisahkan tentang kebiasaan Hasan bin Ali sebagai pemuda yang gemar menikahi para wanita dan tak lama menceraikannya. <\/p>\n\n\n\n

Bahkan konon ia pernah menikahi empat wanita dalam satu hari, dan menceraikan empat isterinya kala itu juga.\u00a0\u00a0<\/p>\n\n\n\n

Muhammad al-Mahdi dalam an-Naw\u0101zil as-Sughro<\/em> (2\/22) mengisahkan bahwa suatu ketika Hasan bin Ali bertandang ke rumah Abdurrahman bin Harits, seorang ulama terkemuka (faq\u00eeh<\/em>) di Kota Madinah. <\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya ia mengemukakan maksudnya untuk meminang putri sang faq\u00eeh<\/em> untuk dijadikan isterinya. Mendengar hal itu, sang ulama pun diam sejenak sambil mengangkat kepalanya dan berkata; <\/p>\n\n\n\n

\u201cdemi Allah belum aku temui di muka bumi ini orang yang kuanggap lebih mulia dari dirimu, akan tetapi anakku adalah darah dagingku, sementara engkau suka kawin-cerai, dan aku khawatir kelak engkau akan menceraikan anakku, dan karenanya kecintaanku kepadamu akan berubah, sementara engkau adalah darah daging baginda nabi, jika engkau berjanji tidak akan menceraikannya, maka aku akan menikahkan anakku dengan dirimu\u201d.<\/em><\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

As-Suy\u00fbthi dalam T\u0101rikh al-Khulaf\u0101<\/em> (1\/77) mengisahkan bahwa Sayyidina Ali ra. merasa risih dengan tabi`at putranya, Hasan bin Ali, yang suka kawin-cerai. <\/p>\n\n\n\n

Pernah suatu ketika ia berkata kepada penduduk Kuffah dari atas mimbar; \u201cWahai penduduk Kufah jangan kau kawnkan anak-anakmu dengan Hasan, sebab dia laki-laki Mithl\u0101q<\/em>\u201d. <\/p>\n\n\n\n

Tiba-tida ada seorang laki-laki dari kalangan Bani Hamdan menjawab; \u201cdemi Allah, kami akan tetap menikahkan Hasan, isteri yang ia suka dapat terus dijaga, dan yang tidak disukai dapat dilepas<\/em>\u201d. <\/p>\n\n\n\n

Riwayat ini dinisbatkan melalui jalur Jakfar as-Sh\u0101diq bin Muhammad bin Ali bin Husein putra Ali<\/a>. Diyakini bahwa Jakfar as-Sh\u0101diq tidak pernah bertemu dengan kakek buyutnya secara langsung, sehingga riwayat ini masih patut dipertanyakan.<\/p>\n\n\n\n

Secara ringkas, riwayat terkait jumlah wanita yang pernah dinikahi oleh Hasan bin Ali ini terbagi menjadi tiga kelompok; <\/p>\n\n\n\n