Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Biasanya, dalam ceramah apapun, baik tingkat bawah (desa) sampai tingkat pucuk (nasional), di setiap muqaddimah seorang mubaligh<\/em> (penceramah) mengajak para jama’ah untuk selalu bersyukur atas nikmat Tuhan. <\/p>\n\n\n\n Disamping mengandung nilai fundamental, hal itu juga sebagai alat hubung emosional penting dalam menjalin interaksi kepada Tuhan guna melebur nafsu yang sekian lama telah menyerang dada manusia.\u00a0<\/p>\n\n\n\n Terlebih lagi, Masuknya paham modernisme ke Nusantara justru memunculkan kebingungan masyarakat muslim dan menajamkan perbedaan tersendiri. <\/p>\n\n\n\n Apakah arus modernisme membangun masyarakat ke totalitas Islam atau memperbarui Islam, namun faktanya hal ini menimbulkan paradigma baru dalam persoalan kebhinnekaan, yaitu salah satu faktor budaya barat diiringi fenomena radikalisme<\/a> dalam kedok agama\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0<\/em><\/p>\n\n\n\n Gempuran modernisasi sudah begitu banyak mengalami erosi spiritual, moral dan akhlak sebagai pondasi awal dalam bernegara. <\/p>\n\n\n\n Agaknya, masyarakat sendiri sangsi atas fleksibilitas Islam dan perlu bersedia membaca dinamika pemahaman Islam secara jeli. <\/p>\n\n\n\n Namun demikian, Masyarakat harus tetap bersyukur untuk jangan melupakan ‘atribut’ leluhur berupa adat kesopanan, agar tidak menjadikan angkuh hanya karena sedikit pujian dan sanjungan.\u00a0\u00a0\u00a0\u00a0<\/p>\n\n\n\n Dalam syarah al-hikam <\/em>disebutkan, idza-athlaqo ats-tsana’un ‘alaika wa lasta bi ahli, fa’ tsar bi maa hua ahlu hu <\/em>(manakala pujian datang kepada kita dan kita bukan penerima hak atas pujiannya, maka sebaiknya kita kembalikan ke Tuhan sebagai status penyandang segala pujian).<\/p>\n\n\n\n Hal ini mengindikasikan kekuasaan prioritas manusia sejatinya hanya nisbi <\/em>(tidak mutlak) & profan <\/em>(duniawi), dalam bahasa lain disebut khoyali <\/em>(angan-angan) belaka.<\/p>\n\n\n\n Ibarat wayang dikendalikan seorang dalang, setiap peran dan langkah sudah diatur dari awal sampai akhir. Maka apabila sebuah anugerah datang ke seseorang, biasanya akan terperangah senang, karena sudah menjadi mainstream<\/em> (umum).<\/p>\n\n\n\n Sebaliknya bila ia menelan pil kesengsaraan, sikap syukur pastinya mediator terbaik dalam mengarungi realitas, agar segala keadaan mudah dimengerti karena semua itu hanyalah cobaan.<\/p>\n\n\n\n Menilik kisah nabi Musa<\/a>, tentu tidak asing lagi dalam ingatan muslimin. Ketika diuji oleh rival abadinya, Fir’aun, dan kaumnya sendiri yang sudah berkali-kali berbuat jahat hingga perbuatan makar, namun dimaafkan oleh Allah, disamping karena ras yang diunggulkan dalam Al-Qur’an<\/a>, Bani Israil. <\/p>\n\n\n\n Perlu diperhatikan bagaimana Allah berfirman tentang kejahatan kaumnya pasca era Fir’aun:\u00a0<\/p>\n\n\n\n \u0648\u064e\u0625\u0650\u0630\u0652 \u0648\u064e\u0670\u0639\u064e\u062f\u0652\u0646\u064e\u0627 \u0645\u064f\u0648\u0633\u064e\u0649\u0670\u0653 \u0623\u064e\u0631\u0652\u0628\u064e\u0639\u0650\u064a\u0646\u064e \u0644\u064e\u064a\u0652\u0644\u064e\u0629\u064b \u062b\u064f\u0645\u064e\u0651 \u0671\u062a\u064e\u0651\u062e\u064e\u0630\u0652\u062a\u064f\u0645\u064f \u0671\u0644\u0652\u0639\u0650\u062c\u0652\u0644\u064e \u0645\u0650\u0646\u06e2 \u0628\u064e\u0639\u0652\u062f\u0650\u0647\u0650\u06e6 \u0648\u064e\u0623\u064e\u0646\u062a\u064f\u0645\u0652 \u0638\u064e\u0670\u0644\u0650\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\n Allah memerintahkan Nabi Musa untuk menerima Taurat selama 40 malam, namun ternyata kaumnya telah berbuat dzalim dengan melakukan peribadatan kepada selain Allah. <\/p>\n\n\n\n Kemudian setelah ayat itu Allah berfirman:\u00a0<\/p>\n\n\n\n \u062b\u064f\u0645\u064e\u0651 \u0639\u064e\u0641\u064e\u0648\u0652\u0646\u064e\u0627 \u0639\u064e\u0646\u0643\u064f\u0645 \u0645\u0650\u0651\u0646\u06e2 \u0628\u064e\u0639\u0652\u062f\u0650 \u0630\u064e\u0670\u0644\u0650\u0643\u064e \u0644\u064e\u0639\u064e\u0644\u064e\u0651\u0643\u064f\u0645\u0652 \u062a\u064e\u0634\u0652\u0643\u064f\u0631\u064f\u0648\u0646<\/strong><\/p>\n\n\n\n Dalam ayat ini, Dr. Wahbah\u00a0 Zuhaili<\/a>, ahli tafsir kenamaan asal Suriah menjelaskan, bersama dengan kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan, maka Allah maafkan atas segala tindakannya serta mereka dituntut untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diturunkan. <\/p>\n\n\n\n Sampai-sampai mereka berhasrat kuat ingin sekali melihat Tuhan lalu dimatikannya mereka dan dihidupkan lagi.<\/p>\n\n\n\n Memahami pentingnya rasa persatuan, tentu kisah di atas dapat dipetik suatu pelajaran,\u00a0 hubungan Nabi Musa kepada kaumnya sangatlah emosional, yaitu hukum saling jaga nilai ketauhidan dan nilai kesopanan selama 40 malam, disamping kompensasi Tuhan atas pelanggaran mereka, yaitu dimaafkan. <\/p>\n\n\n\n Ini jelas mencakup hubungan sosial (interaksi kepada Nabi) dan hubungan transendental (interaksi kepada Tuhan).\u00a0<\/p>\n\n\n\n Menghadapi tantangan masalah persatuan bangsa, negara madani menjadi salah satu pilihan vital. Ia tak boleh memutuskan legitimasi dari tokoh pemerintah, tetapi dari rakyat. <\/p>\n\n\n\nBelajar dari Kisah Kaum Nabi Musa<\/h2>\n\n\n\n
Mewujudkan Masyarakat Madani<\/h2>\n\n\n\n