Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Abdullah bin Zaid sedikit merasakan kejanggalan atas apa yang ia lihat dalam mimpinya. Bingung atas maksud serta tafsir dari apa yang dia lihat dalam mimpinya.<\/p>\n\n\n\n Syari’at Islam mulai nampak di atas permukaan setelah hijrahnya Rasulullah SAW. ke kota Madinah. Karena sebelum hijrah, syari’at hanyalah sebuah kepercayaan serta ajaran yang dianut sekelompok orang saja, bahkan mayoritas penganutnya hanya dari kalangan orang-orang yang lemah.<\/p>\n\n\n\n Hal tersebut disebabkan karena diskriminasi, tekanan serta penganiayaan yang dilakukan oleh kafir Quraisy (penduduk Mekkah) terhadap pemeluk agama Islam.<\/p>\n\n\n\n Semenjak kedatangan Rasulullah SAW. beserta rombongan Muhajirin ke Madinah, syiar Islam sedikit demi sedikit mulai muncul ke permukaan, contohnya semisal: \u201cSholat berjamaah di Masjid Nabawi<\/strong><\/a>.\u201d<\/p>\n\n\n\n Hari demi hari terlaksananya sholat berjamaah ini, para sahabat merasa ada sedikit kendala, yaitu:<\/p>\n\n\n\n \u201cBagaimanakah cara ataupun upaya untuk mengumpulkan penduduk sekitar agar bisa melakukan sholat berjamaah secara serentak?\u201d Akhirnya para sahabat pun menyampaikan keluhannya tersebut kepada Rasulullah SAW. Dirasa pentingnya hal ini, maka Rasulullah SAW pun mengajak pembesar para sahabat untuk bermusyawarah dalam penyelesaian masalah tersebut.<\/p>\n\n\n\n Musyawarah pun mulai berlangsung di bawah atap sabut Masjid Nabawi, Rasulullah SAW pun mulai membuka dialog:<\/p>\n\n\n\n \u201cWahai Rasulullah SAW, bagaimana jika kita gunakan lonceng sebagai tanda masuk waktunya sholat?\u201d, saran salah seorang sahabat.<\/p>\n\n\n\n Rasulullah SAW. tak menyetujui sarannya, seraya menjawab: \u201cSungguh lonceng adalah isyarat yang digunakan Nasrani (sebagai tanda masuk waktu perkumpulan mereka di gereja).\u201d<\/p>\n\n\n\n Salah seorang sahabat yang lain berkata: \u201cWahai Nabi, bagaimana jika kita kibarkan bendera saja, sebagai tanda masuknya waktu sholat?\u201d<\/p>\n\n\n\n Tetapi tetap tak terlihat tanda persetujuan dari Rasulullah SAW. Lagi-lagi Rasulullah tak condong hatinya atas saran tersebut, seraya berkata: \u201cSungguh terompet adalah isyarat Yahudi (sebagai tanda perkumpulan mereka di biara).\u201d<\/p>\n\n\n\n Musyawarah pun masih terus berlangsung, tapi tetap tak membuahkan hasil yang diinginkan. Di saat kondisi para sahabat mulai berpikir lebih keras untuk menemukan tanda isyarat masuknya waktu shalat yang sekiranya di setujui oleh Rasulullah SAW, datanglah sesosok orang menghadap Rasulullah SAW.<\/p>\n\n\n\n Ya, sosok tersebut bernama: Sayidina Abdullah bin Zaid. Salah seorang sahabat yang disebut:<\/p>\n\n\n\n \u062d\u0628 \u0631\u0633\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0627\u0628\u0646 \u062d\u0628 \u0631\u0633\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0644\u0647<\/strong><\/p>\n\n\n\n Salah seorang sahabat kecintaan Rasulullah SAW, anak dari sahabat yang juga kecintaan Rasulullah (Zaid bin Haritsah<\/a>: anak angkat Nabi).<\/em><\/p>\n\n\n\n Ia pun menyampaikan unek-unek yang ada dalam pikirannya (atas tafsir mimpi yang membingungkannya) kepada Rasulullah SAW.<\/p>\n\n\n\n
\u201cTanda atau kode apa yang akan digunakan sebagai isyarat datangnya waktu sholat serta akan ditegakkannya sholat jamaah?\u201d<\/p>\n\n\n\n
\u201cWahai Rasulullah, bagaimana jika kita tiup terompet saja sebagai tanda dekatnya waktu jamaah sholat?\u201d, usul salah seorang sahabat.<\/p>\n\n\n\n