Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Bepergian tanpa mahram bagi perempuan selalu menjadi topik yang tidak pernah berujung dan melahirkan banyak pendapat. Arab Saudi misalnya mengharuskan kepada setiap calon haji perempuan untuk menghadirkan mahramnya. <\/p>\n\n\n\n Begitu pula, ketika seorang perempuan yang hendak belajar ke sana tidak akan diterima jika tidak disertai mahram. Aturan seperti itu mempunyai dasar dari sumber kedua umat Islam yakni hadis.\u00a0<\/p>\n\n\n\n Pemahaman tersebut tentu saja menimbulkan masalah di era sekarang. Di era global ini perempuan dituntut untuk berperan aktif dalam setiap elemen kehidupan. Mereka tidak bisa hanya ditempatkan pada ranah domestik yang membatasi kreativitas dan potensinya. <\/p>\n\n\n\n Akan tetapi, muncul ketakutan dari sebagian umat Islam jika wacana ini diterapkan, mereka akan dianggap melanggar sabda Nabi.\u00a0<\/p>\n\n\n\n Adapun hadis yang mendasari pelarangan perempuan bepergian tanpa mahram adalah sebagai berikut: <\/p>\n\n\n\n \u0639\u064e\u0646\u0652 \u0627\u0628\u0652\u0646\u0650 \u0639\u064f\u0645\u064e\u0631\u064e \u0631\u064e\u0636\u0650\u064a\u064e \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f \u0639\u064e\u0646\u0652\u0647\u064f\u0645\u064e\u0627 \u0623\u064e\u0646\u064e\u0651 \u0627\u0644\u0646\u064e\u0651\u0628\u0650\u064a\u064e\u0651 \u0635\u064e\u0644\u064e\u0651\u0649 \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u0652\u0647\u0650 \u0648\u064e\u0633\u064e\u0644\u064e\u0651\u0645\u064e \u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0644\u064e\u0627 \u062a\u064f\u0633\u064e\u0627\u0641\u0650\u0631\u0652 \u0627\u0644\u0652\u0645\u064e\u0631\u0652\u0623\u064e\u0629\u064f \u062b\u064e\u0644\u064e\u0627\u062b\u064e\u0629\u064e \u0623\u064e\u064a\u064e\u0651\u0627\u0645\u064d \u0625\u0650\u0644\u064e\u0651\u0627 \u0645\u064e\u0639\u064e \u0630\u0650\u064a \u0645\u064e\u062d\u0652\u0631\u064e\u0645\u064d<\/strong><\/p>\n\n\n\n \u201cDari Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang wanita tidak boleh mengadakan perjalanan diatas tiga hari kecuali bersama mahramnya\u201d. (HR. Bukhari)<\/p>\n\n\n\n Untuk memahami hadis tersebut penting untuk melihat sosio-historis saat itu. Perjalanan saat itu dapat diasosiasikan sebagai perjalanan yang masih menggunakan cara-cara tradisional. Perjalanan biasa dilakukan dengan jalan kaki, menunggang unta, keledai, atau kuda. <\/p>\n\n\n\n Hal ini sangat berbeda dengan era kontemporer yang sudah sangat canggih. Saat ini perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan motor, mobil, bus, kereta api, pesawat, dan lain-lain. Jadi, ada pergeseran dari sisi sarana transportasi antara masa Nabi dan era sekarang.<\/p>\n\n\n\n Perempuan <\/a>zaman Nabi sangat berisiko tinggi jika dipaksakan pergi tanpa mahram. Mereka akan melewati medan yang sulit seperti gunung batu dan padang pasir. Terlebih populasi manusia saat itu juga masih sedikit. <\/p>\n\n\n\n Hampir dipastikan selama perjalanan mereka akan sangat sulit sekali menemukan kumpulan orang atau rumah-rumah penduduk, terkecuali di tempat-tempat tertentu seperti oasis dan perkampungan Baduy.\u00a0<\/p>\n\n\n\n