Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Sirodj<\/a> mengungkapkan, pintu masuknya gerakan terorisme di Indonesia adalah wahabi<\/a> dan salafi. <\/p>\n\n\n\n Sejauh yang diketahui, kata dia, siapapun orang yang memahami kajaran wahabi, maka ia berpeluang untuk melakukan aksi terorisme. Dimana, itu sudah orang sudah berani menghalalkan tindakan pembunuhan.<\/p>\n\n\n\n Sebagai pembuka, terlebih dahulu agar lebih memahami pernyataan ketua (PBNU) itu. Ada tiga kategori untuk kita lebih memahami kelompok radikal menurut Nadirsyah Hosen. <\/p>\n\n\n\n Pertama<\/em>, kaum takfiri yang menganggap kelompok selainnya sebagai kafir. Berbeda pandangan sedikit saja langsung kita dikafirkan. Ini radikal dalam keyakinan. Kedua<\/em>, kelompok jihadis yang membunuh orang lain atas nama Islam. Mereka melakukan tindakan di luar hukum tanpa alasan yang dibenarkan secara syar\u2019i. Ini radikal dalam tindakan. Ketiga,<\/em> kelompok yang hendak mengganti ideologi negara dengan menegakkan Negara Islam dan\/atau khilafah. Tindakan mereka merusak kesepakatan pendiri bangsa. Ini radikal dalam politik.<\/p>\n\n\n\n Karakter radikal di atas bisa merupakan kombinasi ketiganya: mengkafirkan, membunuh, dan mau mengganti Pancasila. Ini yang paling berbahaya, apalagi kalau mereka merupakan jaringan transnasional.<\/p>\n\n\n\n Peristiwa ledakan Bom yang terjadi di Makassar menjadi tanda bahwa radikalisme di Indonesia masih\u00a0 tumbuh subur. Persoalan ini menjadi serius untuk segera diatas. Pencegahan radikalisme dapat diwacanakan melalui pendidikan yang tepat. <\/p>\n\n\n\n Korelasi ini, terkait dengan ajaran agama yang mempunyai peranan yang besar dalam membentuk karakter bagi pemeluk agama. Tindakan pengajaran agama yang tepat\u00a0 akan mempengaruhi agency <\/em>(tindakan) dalam beragama, berbangsa dan bernegara.\u00a0<\/p>\n\n\n\n Kitab Kuning merupakan rujukan yang diajarkan dalam dunia pesantren. Keberadaannya tidak lapuk digerus zaman dengan segala perubahan yang ada. Kitab kuning merupakan variebel penting yang mempunyai posisi menarik di dalam membedakan muslim tradisional dan modernis. <\/p>\n\n\n\n Kelompok tradisional yaitu kelompok muslim yang identik santri-santri pondok salaf di dalam pesantren yang sangat kuat tradisi kitab kuningnya, seperti fikih, tauhid, tafsir, hadist, akhlak, dan tasawuf. Sedangkan, kelompok modernis terdiri dari ulama atau pelajar muslim yang tertarik dengan gagasan pemurnian ajaran islam yang mempunyai konsep purifikasi keagamaan.<\/p>\n\n\n\n Peran Kitab Kuning sangatlah penting didalam bemberantas atau menangkal radikikalisme di dalam agama Islam, karena sampai sekarang Kitab Kuning tersebut masih dipelajari oleh banyak generasi muda terutama bagi para santri yang menuntut ilmu melalui pesantren-pesantren ada di Indonesia.<\/p>\n\n\n\nKitab Kuning Solusi Radikalisme<\/strong><\/h2>\n\n\n\n