Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":7290,"date":"2019-09-03T15:55:51","date_gmt":"2019-09-03T08:55:51","guid":{"rendered":"https:\/\/www.pecihitam.org\/?p=7290"},"modified":"2019-09-03T15:55:51","modified_gmt":"2019-09-03T08:55:51","slug":"belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/","title":{"rendered":"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Bicara Papua, apalagi setelah insiden kerusuhan yang terjadi beberapa waktu ini, provokasi makar dan pengibaran bendera Bintang Kejora yang dianggap simbol separatisme. Mari kita ingat kembali dengan sosok seorang guru bangsa, mantan presiden RI ke-4, seorang tokoh pluralisme dan juga mantan ketua umum PBNU yakni KH. Abdurrahman Wahid <\/a><\/strong>alias Gus Dur. Ada kisah lucu tentang bagaimana Gusdur menyikapi Bendera Bintang Kejora yang katanya bendera separatis itu.<\/p>\n\n\n\n

Ketika Gus Dur menjadi Presiden RI, beliau pernah membolehkan bendera Bintang Kejora berkibar di tanah Papua yaitu ketika peringatan 1 Desember. Perlu diketahui bahwa 1 Desember itu diperingati sebagai hari ulang tahun kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM).<\/p>\n\n\n\n

Gusdur menyikapi bendera Bintang Kejora itu hanya sekedar umbul-umbul, sehingga dianggap seperti yang ada ketika pertandingan sepak bola. Kala itu Gus Dur meminta TNI tidak terlalu risau dengan pengibaran bendera tersebut, karena ketika itu diantara bendera tersebut masih ada bendera sang saka merah putih yang berkibar lebih tinggi di atas bendera Bintang Kejora.<\/p>\n\n\n\n

Diceritakan Suatu hari Jendral Wiranto yang kala itu sebagai Menko Polkam melapor kepada Presiden Abdurrohman Wahid atau Gus Dur<\/p>\n\n\n\n

Wiranto : \u201cBapak Presiden, ijin melaporkan di Papua sedang ada pengibaran Bendera Bintang Kejora”
Gus Dur: \u201cApa masih ada bendera Merah Putihnya?\u201d
Wiranto : \u201cAda, hanya satu, tinggi.\u201d
Gus Dur : \u201cYa sudah, anggap saja Bintang Kejora itu umbul-umbul.\u201d
Wiranto : \u201cTapi Bapak Presiden, ini sangat berbahaya.\u201d
Gus Dur : \u201cPikiran Bapak yang harus berubah, apa susahnya menganggap Bintang Kejora itu sebagai umbul-umbul! Sepak bola saja banyak benderanya!\u201d sambil Marah
Kemudian Pak Jendral Wiranto keluar sambil bingung luar biasa.<\/p>\n\n\n\n

Gus Dur adalah sosok yang sangat di hormati di Papua, karena beliau jugalah yang mengabulkan permintaan masyarakat Irian Jaya (waktu itu) untuk kembali menggunakan sebutan nama Papua. Pengembalian nama Papua dari Irian Jaya dan pemberian izin pengibaran bendera Bintang Kejora bukan berarti tanda Gus Dur menganggap remeh terhadap Indonesia. Justru sebaliknya, hal itu karena Gus Dur ingin membantu masyarakat Papua agar bisa lebih menghayati makna Ke-Indonesiaan lebih dalam. Gus Dur sangat percaya pada Orang Papua dan Gus Dur tahu bahwa itulah cara yang baik untuk merebut hati masyarakat yang berpuluh tahun merasa terasing, tidak dihormati, dan bahkan dihina. Itulah mengapa masyarakat Papua sampai sekarang sangat mencintai Gus Dur hingga mereka menyebut Gus Dur sebagai Bapaknya orang Papua.<\/p>\n\n\n\n

Sekitar tahun 2007 setelah Gus Dur sudah tidak lagi menjadi presiden RI beliau kembali menjelaskan alasan mengapa memperbolehkan bendera Bintang Kejora berkibar. Gus Dur menganggap bendera Bintang Kejora hanya bendera kultural warga Papua.<\/p>\n\n\n\n

\u201cBendera Bintang kejora itu hanya bendera kultural. Kalau kita menganggap sebagai bendera politik, ya salah kita sendiri!\u201d <\/em>kata Gus Dur kala itu di Kantor PBNU, Jakarta.<\/p>\n\n\n\n

Saat masih jadi Presiden, Gus Dur pernah berkata kepada rakyat Papua; \u201cKalian boleh minta apa saja, akan saya berikan. Asal jangan untuk berpisah. Saya akan datang ke Jayapura pada 1 Januari 2000, dan saya kembalikan nama Irian Jaya menjadi Papua. Saya juga amanatkan Bendera Papua boleh dikibarkan, sebagai lambang kultural, asal ukurannya lebih kecil dari Bendera Merah Putih, dan berkibar di bawah Bendera Merah Putih.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Kata Gus Dur, “Di Indonesia itu hanya ada satu bendera. Yang lainnya adalah umbul umbul.”<\/em> Beliau mengakhiri pesannya dengan mengatakan, \u201cGitu saja ko repot!\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Sosok Gus Dur memang aneh tapi nyata. Pemikirannya sangat maju seakan melampaui batas zaman. Karena pemikirannya yang sangat maju sering kali Gus Dur memecahkan suatu masalah dengan mudah bahkan dianggap remeh-temeh, yang orang lain saja kadang sampai kerepotan dan tidak mengerti. Sehingga tak sedikit yang salah paham akan ucapan dan tindakan beliau sampai memicu kontra. Bahkan kadang kontra itu datang dari pendukungnya, dari kalangan kyai dan internal NU. Tetapi semua ucapan dan tindakannya banyak yang terbukti kebenarannya setelah beberapa tahun kemudian. <\/p>\n\n\n\n

Mungkin saja pemikiran Gus Dur masih jauh lebih luas dari sekedar pemikiran kita semua. Karena kadang apa yang kita yakini sebagai kebenaran belum tentu itu sebuah kebenaran sempurna untuk lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Gus, engkau sering berkata \u201cGitu aja kok repot!\u201d,, yang membuat lawan bicara menjadi semakin repot.
Kini, setelah engkau meninggalkan kami, semua jadi semakin repot Gus.,<\/p>\n\n\n\n

Khususon ila ruuhi al maghfurlah KH Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) \u2026 Al Fatihah<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Bicara Papua, apalagi setelah insiden kerusuhan yang terjadi beberapa waktu ini, provokasi makar dan pengibaran bendera Bintang Kejora yang dianggap simbol separatisme. Mari kita ingat kembali dengan sosok seorang guru bangsa, mantan presiden RI ke-4, seorang tokoh pluralisme dan juga mantan ketua umum PBNU yakni KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ada kisah […]<\/p>\n","protected":false},"author":14,"featured_media":7298,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[8],"tags":[3699,762,3698,3697],"yoast_head":"\nBelajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Gusdur menyikapi bendera Bintang Kejora itu hanya sekedar umbul-umbul, sehingga dianggap seperti yang ada ketika pertandingan sepak bola\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Gusdur menyikapi bendera Bintang Kejora itu hanya sekedar umbul-umbul, sehingga dianggap seperti yang ada ketika pertandingan sepak bola\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-09-03T08:55:51+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"561\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Arif Rahman Hakim\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Arif Rahman Hakim\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"3 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/\"},\"author\":{\"name\":\"Arif Rahman Hakim\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/26f584cb333202a9193dd34cb3c1cc9b\"},\"headline\":\"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora\",\"datePublished\":\"2019-09-03T08:55:51+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-03T08:55:51+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/\"},\"wordCount\":669,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg\",\"keywords\":[\"bendera bintang kejora\",\"gus dur\",\"gus dur dan papua\",\"gusdur menyikapi bendera bintang kejora\"],\"articleSection\":[\"Opini\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/\",\"name\":\"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg\",\"datePublished\":\"2019-09-03T08:55:51+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-03T08:55:51+00:00\",\"description\":\"Gusdur menyikapi bendera Bintang Kejora itu hanya sekedar umbul-umbul, sehingga dianggap seperti yang ada ketika pertandingan sepak bola\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg\",\"width\":1024,\"height\":561,\"caption\":\"gusdur menyikapi bendera bintang kejora\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/26f584cb333202a9193dd34cb3c1cc9b\",\"name\":\"Arif Rahman Hakim\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/880beb33481817e1ff908f6602d7ec85?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/880beb33481817e1ff908f6602d7ec85?s=96&r=g\",\"caption\":\"Arif Rahman Hakim\"},\"description\":\"Pengurus PWCINU dan LAZIZNU Okinawa - Jepang Tahun 2017\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/author\/ariefhakim\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora - Pecihitam.org","description":"Gusdur menyikapi bendera Bintang Kejora itu hanya sekedar umbul-umbul, sehingga dianggap seperti yang ada ketika pertandingan sepak bola","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora - Pecihitam.org","og_description":"Gusdur menyikapi bendera Bintang Kejora itu hanya sekedar umbul-umbul, sehingga dianggap seperti yang ada ketika pertandingan sepak bola","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-09-03T08:55:51+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":561,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Arif Rahman Hakim","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Arif Rahman Hakim","Est. reading time":"3 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/"},"author":{"name":"Arif Rahman Hakim","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/26f584cb333202a9193dd34cb3c1cc9b"},"headline":"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora","datePublished":"2019-09-03T08:55:51+00:00","dateModified":"2019-09-03T08:55:51+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/"},"wordCount":669,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg","keywords":["bendera bintang kejora","gus dur","gus dur dan papua","gusdur menyikapi bendera bintang kejora"],"articleSection":["Opini"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/","name":"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg","datePublished":"2019-09-03T08:55:51+00:00","dateModified":"2019-09-03T08:55:51+00:00","description":"Gusdur menyikapi bendera Bintang Kejora itu hanya sekedar umbul-umbul, sehingga dianggap seperti yang ada ketika pertandingan sepak bola","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#primaryimage","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Humor-Gus-Dur.jpg","width":1024,"height":561,"caption":"gusdur menyikapi bendera bintang kejora"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/belajar-dari-kisah-gusdur-menyikapi-bendera-bintang-kejora\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Belajar Dari Kisah Gusdur Menyikapi Bendera Bintang Kejora"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/26f584cb333202a9193dd34cb3c1cc9b","name":"Arif Rahman Hakim","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/880beb33481817e1ff908f6602d7ec85?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/880beb33481817e1ff908f6602d7ec85?s=96&r=g","caption":"Arif Rahman Hakim"},"description":"Pengurus PWCINU dan LAZIZNU Okinawa - Jepang Tahun 2017","url":"https:\/\/pecihitam.org\/author\/ariefhakim\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/7290"}],"collection":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/14"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=7290"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/7290\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/7298"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=7290"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=7290"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=7290"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}