Pecihitam.org<\/strong> – Pada artikel sebelumnya yang berjudul “Ilmu Tauhid Dasar Ahlussunnah wal Jama’ah; Hukum Akal<\/a><\/strong>“, saya sudah membahas sedikit tentang hukum akal yang mesti terlebih dahulu tuk di pahami dalam mempelajari ilmu tauhid kalam. <\/p>\n\n\n\n

Nah, sebagaimana janji saya di artikel tersebut yang bahwa akan saya terangkan satu persatu perihal I\u2019tiqad lima puluh beserta dengan dalil aqal dan naqal, maka pada artikel ini kita mulai dengan sifat yang pertama.<\/p>\n\n\n\n

Namun sebelumnya perlu saya beritahukan yang bahwa setiap\nsaya terangkan satu sifat yang wajib maka akan langsung saya jelaskan pula satu\nsifat yang berlawanan dengannya, yakni sifat yang mustahil. Semua itu adalah\nagar dapat dengan mudah tuk di pahami.<\/p>\n\n\n\n

Kita mulai dari sifat yang wajib dan yang mustahil bagi\nAllah Ta\u2019ala, ada 20 sifat yang wajib dan 20 sifat yang mustahil bagi Zat Allah\nTa\u2019ala.<\/p>\n\n\n\n

Sifat yang Wajib bagi Allah yang Pertama: Wujud\u00a0 (\u0648\u064f\u062c\u064f\u0648\u0652\u062f) dan Mustahil Allah bersifat \u2018Adam (\u0639\u064e\u062f\u064e\u0645)<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Wujud berarti Ada, lawan dari pada sifat ini yaitu \u2018Adam (\u0639\u064e\u062f\u064e\u0645) yang berarti Tiada. Allah SWT wajib\nbersifat dengan sifat wujud, dan mustahil bagi-Nya bersifat dengan sifat Tiada.\nDalam artian, adanya sifat Wujud pada Zat Allah Ta\u2019ala dapat di benarkan atau\ndi cerna oleh akal sehat. Akal tidak dapat menerima bila Allah Ta\u2019ala bersifat \u2018adam\n(tiada).<\/p>\n\n\n\n

Menetapkan adanya sifat wujud ini pada Zat Allah Ta\u2019ala dan\nmenafikan\/meniadakan sifat \u2018adam bagi-Nya adalah dengan cara terlebih dahulu\nmencari bukti atau dalil, baik dalil secara \u2018aqliy maupun secara naqliy.<\/p>\n\n\n\n

Adapaun secara \u2018aqliy (akal)<\/strong>, dalil yang menunjukkan\nkepada Wajib Wujud bagi Allah Ta\u2019ala dan Mustahil \u2018adam bagi-Nya yaitu adanya\nmakhluk atau alam semesta. Mengapa hal tersebut menjadi dalil ?, karena jika\nkita perhatikan dengan seksama terhadap sesuatu yang ada di alam ini, kita\ndapati ia berubah rubah keadaannya, berubah dari pada tiada menjadi ada dan\nsebaliknya. Dari pada gerak menjadi diam dan sebaliknya.<\/p>\n\n\n\n

Berarti ketentuan yang mesti kita camkan pertama sekali dari dalil di atas adalah yang bahwa alam ini sesuatu yang baharu\/haadits  (\u062d\u064e\u0627\u062f\u0650\u062b).<\/strong>  Apa itu haadits ?, haadits maksudnya adalah sesuatu yang keberadaannya pernah di awali dengan ketiadaan.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian ketentuan yang kedua, akal kita menganalisa bahwa sesuatu yang awalnya tiada kemudian menjadi ada tersebut tidak mungkin menjadi ada ia dengan sendirinya. Pastilah ada sesuatu yang lain yang mengadakannya. <\/p>\n\n\n\n

Seperti halnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita melihat rumah-rumah, kendaraan, lampu, kursi, meja dan lain-lain, itu semua tidaklah terwujud\/ada  ia dengan sendirinya, pastilah ada tukang pembuat ataupun penciptanya.<\/p>\n\n\n\n

Pada akhirnya barulah kita dapat menyimpulkan bahwa sesuatu yang baharu wajib ada baginya yang menciptakannya dari pada ketiaadaan kepada ada, dan merubah-rubahnya dari pada gerak kepada diam maupun sebaliknya. Mustahil alam ada dengan sendirinya dengan tanpa ada yang menciptakannya dan mustahil pula ia berubah ubah dengan sendirinya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain.<\/p>\n\n\n\n

Dengan demikian barulah akal dapat menetapkan secara pasti berdasarkan dalil dan kenyataan bahwa wajib adanya Zat yang Maha Kuasa lagi Maha perkasa, yaitu Allah SWT sebagai Tuhan Yang Menciptakan dan mengatur sekalian alam. <\/p>\n\n\n\n

Adapun secara naqliy (dalil tertulis)<\/strong>, maka sangatlah\nbanyak tertera di dalam Al-Quran, diantaranya sebagaimana Firman Allah Ta\u2019ala\ndalam surat Al-An\u2019am ayat 1:<\/p>\n\n\n\n

 \u2026.\u0627\u0644\u0652\u062d\u064e\u0645\u0652\u062f\u064f \u0644\u0650\u0644\u064e\u0651\u0647\u0650\n\u0627\u0644\u064e\u0651\u0630\u0650\u064a \u062e\u064e\u0644\u064e\u0642\u064e \u0627\u0644\u0633\u064e\u0651\u0645\u064e\u0627\u0648\u064e\u0627\u062a\u0650 \u0648\u064e\u0627\u0644\u0652\u0623\u064e\u0631\u0652\u0636\u064e \u0648\u064e\u062c\u064e\u0639\u064e\u0644\u064e \u0627\u0644\u0638\u064f\u0651\u0644\u064f\u0645\u064e\u0627\u062a\u0650 \u0648\u064e\u0627\u0644\u0646\u064f\u0651\u0648\u0631\u064e<\/p>\n\n\n\n

\u201cSegala puji bagi\nAllah yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, \u2026\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

 Demikian pula dalam\nsurat Al-An\u2019am ayat 73 :<\/p>\n\n\n\n

\u2026\u0648\u064e\u0647\u064f\u0648\u064e\n\u0627\u0644\u064e\u0651\u0630\u0650\u064a \u062e\u064e\u0644\u064e\u0642\u064e \u0627\u0644\u0633\u064e\u0651\u0645\u064e\u0627\u0648\u064e\u0627\u062a\u0650 \u0648\u064e\u0627\u0644\u0652\u0623\u064e\u0631\u0652\u0636\u064e \u0628\u0650\u0627\u0644\u0652\u062d\u064e\u0642\u0650\u0651<\/p>\n\n\n\n

\u201cDan Dialah yang\nmenciptakan langit dan bumi dengan benar, \u2026.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Dan juga tertera dalam surat Al-A\u2019raf ayat 54 :<\/p>\n\n\n\n

 \u2026.\u0625\u0650\u0646\u064e\u0651 \u0631\u064e\u0628\u064e\u0651\u0643\u064f\u0645\u064f\n\u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f \u0627\u0644\u064e\u0651\u0630\u0650\u064a \u062e\u064e\u0644\u064e\u0642\u064e \u0627\u0644\u0633\u064e\u0651\u0645\u064e\u0627\u0648\u064e\u0627\u062a\u0650 \u0648\u064e\u0627\u0644\u0652\u0623\u064e\u0631\u0652\u0636 <\/p>\n\n\n\n

\u201cSesungguhnya\nTuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi \u2026.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Demikianlah sekelumit pembahasan tentang sifat yang pertama\ndaripada dua puluh sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah Ta\u2019ala. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya ada sangat banyak permasalahan yang berkaitan\ndengan sifat wujud, namun dengan berbagai pertimbangan, di sini penulis hanya mengutarakan\nhal-hal yang paling dasar saja, begitupun seterusnya dalam membahas masalah I\u2019tiqad\nlima puluh ini.<\/p>\n\n\n\n

Wajiblah bagi kita tuk mencari guru yang ahli dalam hal ini\ndan bertalaqi (tatap muka) langsung dengannya bila ingin memperdalamnya.<\/p>\n\n\n\n

Pada artikel berikutnya InsyaAllah akan di terangkan\nsifat-sifat yang lain dari pada himpunan I\u2019tiqad Lima Puluh beserta dengan\ndalilnya, baik \u2018aqliy maupun naqliy. <\/em><\/p>\n\n\n\n

Wallahu A\u2019lam Bisshawaab !<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Pada artikel sebelumnya yang berjudul “Ilmu Tauhid Dasar Ahlussunnah wal Jama’ah; Hukum Akal“, saya sudah membahas sedikit tentang hukum akal yang mesti terlebih dahulu tuk di pahami dalam mempelajari ilmu tauhid kalam. Nah, sebagaimana janji saya di artikel tersebut yang bahwa akan saya terangkan satu persatu perihal I\u2019tiqad lima puluh beserta dengan dalil […]<\/p>\n","protected":false},"author":43,"featured_media":9375,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[5,2030],"tags":[250,4102,4115],"yoast_head":"\n