Pecihitam.org<\/strong> – Imam Ahmad bin Hanbal<\/a><\/strong> merupakan ulama yang sederhana dan juga imam mazdhab yang besar. Kecintaan beliau pada hadits Nabi ditunjukkan pads upaya beliau dalam menyelamatkan hadits dari pemalsuan dan kepunahannya. Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal, merupakan kitab Musnad yang paling terkenal di antara kitab-kitab hadits lainnya yang muncul pada awal abad III. Kitab ini melengkapi dan menghimpun kitab-kitab hadits yang ada sebelumnya dan merupakan satu kitab yang dapat memenuhi kebutuhan umat muslim hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n Musnad adalah kitab hadits yang urutan penyebutannya berdasarkan nama sahabat, yang lebih dahulu masuk Islam atau berdasarkan nasab. Kitab Musnad Ahmad merupakan salah satu karya monumentalnya Imam Ahmad bib Hanbal di bidang hadits. Kitab ini ditulis pada permulaan abad III H.<\/p>\n\n\n\n Menurut sebagian ulama, derajat kitab ini berada di bawah kitab sunan. Adapun peringkat pertama ditempati oleh Sahih Bukhari karya Imam Bukhari<\/a><\/strong>, Sahih Muslim karya Imam Muslim<\/a><\/strong>, dan al-Muwatta\u2019 karya Imam Malik.<\/p>\n\n\n\n Musnad Ahmad termasuk kitab termasyhur dan terbesar yang disusun pada periode kelima perkembangan hadis (abad ke-3 H). Seperti halnya ulama-ulama abad ketiga semasanya, Imam Ahmad menyusun hadits dalam kitabnya secara musnad. Hadits-hadits yang terdapat dalam Musnad tersebut tidak semua riwayat Ahmad, sebagian merupakan tambahan dari putranya yang bernama Abdullah dan tambahan dari Abu Bakar al-Qat\u2019i. Hadits-hadits yang terdapat dalam Musnad Ahmad dihimpun dari 6 sumber, yaitu:<\/p>\n\n\n\n Dalam kitab Musnad Ahmad berisi sekitar 40.000 hadits yang ditulis kembali oleh Imam Ahmad dengan susunan berdasarkan tertib nama sahabat yang meriwayatkan. Umumnya, hadits dalam kitab ini berderajat sahih dan hanya sedikit yang dhaif, serta 10.000 hadis di antaranya berbentuk pengulangan. Selain itu, ada juga 10.000 hadis yang merupakan tambahan dari Abdullah, putra Imam Ahmad, dan dari Ahmad bin Ja\u2019far Al Qath\u2019i.<\/p>\n\n\n\n Metode penyusunan kitab Musnad Ahmad jelas berbeda dengan metode penyusunan kitab lainnya. Jika kitab sunan dan shahih misalnya, mengurutkan pembahasannya dengan mengacu pada sistematika fiqih, yaitu dimulai dari bab ibadah, pernikahan, muamalah, dan seterusnya, kitab Musnad tidak demikian. Hadits-hadits dalam Kitab Musnad disusun berdasarkan riwayat para perawi. Artinya, seluruh hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi ditampilkan dalam satu bagian, sedangkan bagian selanjutnya memaparkan himpunan hadits yang diriwayatkan perawi lain.<\/p>\n\n\n\n Berdasarkan versi yang terhimpun dalam Maktabah al-Syamilah, Kitab Musnad Ahmad, berisi 14 bagian, yaitu:<\/p>\n\n\n\n Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa salah satu hal yang menarik dalam penyusunan kitab ini yaitu hadits disusun berdasarkan nama para sahabat Nabi SAW yang meriwayatkan hadits tersebut. Untuk mempergunakan kitab ini seseorang harus menetapkan dulu hadits riwayat siapa yang ia kehendaki. Karena itu bagi orang yang merujuk kepada kitab Musnad dan ia mau mencari hadits berkaitan dengan bab shalat misalnya, ia tidak akan mendapatkan hasil apa-apa. Sebab dalam kitab Musnad tidak akan ditemukan bab shalat, bab zakat dan sebagainya, yang ada hanyalah bab tentang nama-nama sahabat Nabi serta hadis-hadis yang diriwayatkan mereka. Wallahua\u2019lam Bisshawab<\/p>\n\n\n\n
Hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Musnad, menurut penelitian para ulama hadits, ada yang sahih, ada yang hasan dan ada yang dhaif. Di dalamnya terdapat hadits-hadits shahih yang diriwayatkan oleh penyusun kitab enam, dan juga hadits-hadits yang tidak diriwayatkan oleh mereka itu.<\/p>\n\n\n\n