Pecihitam.org<\/strong> – Nama lengkapnya ialah Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban Abu Hatim at-Tamimi al-Busti as-Sijistani lebih familiar dengan nama Imam Ibnu Hibban. \u201cAt-Tamimi\u201d dinisbatkan kepada Tamim, moyang kabilah Arab yang terkenal dan yang nasabnya bersambung sampai kepada Adnan. Dengan demikian Ibnu Hibban seorang keturunan Arab Asli yaitu Arumiyah, hanya saja ia di lahirkan di Afghanistan.<\/p>\n\n\n\n Ibnu Hibban di lahirkan di sebuah kota kuno yang saat itu dianggap sebagai salah satu wilayah Sijistan dan posisinya saat ini masuk ke dalam wilayah Afghanistan. Kota tersebut bernama Bust, salah satu kota di pegunungan tepatnya di Timur Sijistan. Imam Ibnu Hibban di lahirkan pada tahun 280-an H. Tidak seorang pun menyebutkan tahun kelahirannya secara pasti. Akan tetapi mereka sepakat bahwa ia meninggal pada tahun 354 H pada usia 80 tahunan.<\/p>\n\n\n\n Imam Adz-Dzahabi berkata; \u201cIa menuntut ilmu di atas tahun 300 H,\u201d menunjukkan bahwa ia menuntut ilmu sendirian dam ketika itu usianya 20-an tahun. Meskipun sedikit terlambat dalam menuntut ilmu akan tetapi Imam Ibnu Hibban sangat sunggu-sungguh dan memaksimalkan kemampuannya dalam belajar. Bekalnya dalam hal ini ialah tekad yang kuat, yang dapat mempersingkat jarak-jarak yang jauh dan mendekatkan kepada negeri-negeri yang terpencil. Ia datang menemui para masysyaikh pada masanya ke negeri-negeri mereka dan juga mendatangi ulama-ulama senior pada zamannya di kota-kota dan desa-desa mereka untuk mendapatkan sanad yang lebih tinggi.<\/em><\/p>\n\n\n\n Hal itu juga mengharuskannya untuk pergi ke empat puluh negeri di antara negeri-negeri Islam, di atas bentangan luas yang ujung-ujungnya saling berjauhan. Perjalanannya mencakup Sijistan, Harah, Marwa, Sinj, Suhghd, Syasy (Tasyiqand), Bukhara, Nasa, Nisabur, Arghayan, Jurjan, Tehran, Karj, Askar, Mukram, Ahwaz, Bashrah, Bahgdad, Kufah, Mosul, Nashibin, Raqqah, Anthakiyah, Tharthus, Hims, Damaskus, Beirut, Shaida, Ramallah, Baitul Maqdis, Mesir, dan lainnya. Jumlah keseluruhan masysyaikhnya dalam perjalan menuntut ilmu mencapai dua ribu lebih. Imam Ibnu Hibban berkata, \u201cBarangkali kita telah menulis dari dua ribu syeikh lebih, mulai dari negeri Syasy (Negeri islam paling ujung ketika itu) sampai negeri Iskandariyah.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n Guru-gurunya Ibnu Hibban disini adalah mereka yang darinya beliau meriwayatkan hadits shahih di dalam kitabnya. Diantara dua ribu syaikh tersebut beliau telah menyeleksi lebih dari 150 syeikh. Kemudian beliau bersandar kepada sekitar dua puluh syaikh di antara mereka. Merekalah syeikh-syeikh yang paling tsiqah, dan paling kuat hafalannya, serta sandnya yang paling tinggi. <\/p>\n\n\n\n Diantara ialah (dimulai dari berdasarkan jumlah hadis-hadis yang diriwayatkan oleh masing-masing, dari yang paling banyak dan seterusnya), antara lain:<\/p>\n\n\n\n Dari merekalah paling banyak hadits-haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya (Shahih Ibnu Hibban).<\/p>\n\n\n\n Murid-muridnya<\/p>\n\n\n\n Murid-murid yang mengerumuninya sangat banyak untuk mengambil ilmu dan manfaat darinya, serta untuk memperoleh sanad-sanad yang tinggi. Murid-murid mendatanginya dari segala penjuru. Salah satu muridnya Al-Hakim berkata; \u201cPerjalanan kepadanya adalah untuk mendengarkan kitab-kitabnya.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n Imam Ibnu Hibban mencurahkan perhatiannya kepada murid yang dia perhatikan memiliki kepandaian dan melihat tanda-tanda prestasinya padanya, maka sebagian dari murid-muridnya menjadi ulama besar dan para tokoh huffazh. Di antara mereka ialah:<\/p>\n\n\n\n Di antara yang membangkitkan ketakjubann terhadap Imam Ibnu Hibban ialah apa yang menjadi keistimewaannya sepanjang perjalanan dan pencariannya, berupa tekad yang tak pernah tertimpa kemunduran dan keinginan untuk mendapatkan faedah yang tak terdandingi. Penanya tidak pernah beristirahat dari menulis apa yang didengarkan oleh kedua telinganya dari para masysyaikh-nya. Sampai-sampai kadang dia melampaui batas dalam hal itu.<\/p>\n\n\n\n Ilmu yang sangat mantap dan dikuasainya serta paling mahir, dan menjadi salah satu dari tokohnya adalah ilmu hadits. Beliau menjadi Imam, al-hafizh, Allamah yang tsiqah dan kokoh, serta menjadi peneliti hadis.<\/p>\n\n\n\n Apabila karya-karya seorang tokoh adalah cermin ilmunya, maka karya-karya Imam Ibnu Hibban membuktikan kekokohan kakinya dan keluasan pengetahuannya, serta menunjukkkan keluhuran derajatnya dan ketinggian kedudukannya.<\/p>\n\n\n\nPerjalanan Menuntut Ilmu<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Guru-gurunya <\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Pencapaian Keilmuannya<\/strong><\/h3>\n\n\n\n