Pecihitam.org<\/strong> \u2013 Film The Santri yang merupakan inisiasi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menuai kontroversi dari sejumlah pihak. Beberapa diantaranya menuding film yang disutradarai Livi Zheng ini cenderung liberal dan tidak mencerminkan kehidupan santri yang sebenarnya.<\/p>\n\n\n\n Menanggapi tudingan tersebut, PBNU mengatakan masyarakat\nharusnya menonton dulu film itu sebelum memberikan kritiknya.<\/p>\n\n\n\n “Tunggu dan tonton The Santri tapi setelah produksi bulan\nOktober nanti. Baru dilihat apakah ada pertentangan atau tidak,” ujar\nWakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Imam Pituduh,\ndikutip dari situs resmi NU, Rabu, 18 September 2019.<\/p>\n\n\n\n Imam yang bertindak sebagai executive producers dalam film\ngarapan NU Channel itu mengaku heran kritikan datang saat filmnya masih sebatas\ncuplikan. <\/p>\n\n\n\n Diberitakan sebelumnya, The Santri baru akan mulai produksi\npada 22 Oktober 2019 dengan rencana penayangan pada 2020. Tudingan terhadap The\nSantri di antaranya muncul dari Pengasuh Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami\nSingosari Luthfi Bashori. <\/p>\n\n\n\n Film The Santri, kata Luthfi, tidak sesuai syariat Islam dan\ncenderung liberal karena ada adegan pacaran, campur aduk pria dan wanita, dan\nmembawa tumpeng ke gereja.<\/p>\n\n\n\n Tak hanya Luthfi, menantu\nImam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab Hanif Alathas juga ikut\nmenolak penayangan film The Santri.<\/p>\n\n\n\n Menurut Hanif, film tersebut tidak mencerminkan akhlak dan\ntradisi santri yang sebenarnya. <\/p>\n\n\n\n Terkait tudingan tersebut, Imam Pituduh menawarkan\npihak-pihak yang tak sependapat dengan film The Santri untuk ikut berdiskusi\nmengenai plot film yang disutradarai Livi Zheng itu. Bahkan ia menawarkan untuk\nterlibat berperan juga. <\/p>\n\n\n\n “Kalau penasaran datang bedah scene plot dan diskusikan\nbareng-bareng hukum agamanya seperti apa. Jangan dihakimi dulu, baru\ntrailer,” ujarnya. <\/p>\n\n\n\n Imam juga menjelaskan perihal adegan dalam cuplikan film\ntersebut, saat santriwati mengantarkan tumpeng ke dalam gereja. <\/p>\n\n\n\n Menurutnya, adegan itu terinspirasi oleh budaya saling kirim\nmakanan atau dalam kebudayaan masyarakat Jawa disebut dengan ater-ater, yang\nmemiliki makna kepedulian antar sesama manusia tanpa memandang identitas. <\/p>\n\n\n\n “Liberal yang berlebihan gimana? Rasul mencontohkan,\nsetiap hari menyuapi pengemis buta beragama Yahudi. Bukan sekedar dibawakan\ntumpeng ke gereja. Rasul menyuapi. Itu yang harus dicontoh,” ujarnya. <\/p>\n\n\n\n Sementara masalah adegan pria dan wanita dicampur atau\nsedang berduaan, Imam menjelaskan itu hanya persoalan pembingkaian gambar yang\nmasih sebatas cuplikan saja. <\/p>\n\n\n\n \u201cSebab adegan-adegan itu tidak berdiri sendiri dan memiliki\nkonteks yang akan diketahui jika menyimak film secara keseluruhan. Kalau saya\nbuka semuanya secara utuh, nanti itu akan kelihatan, dalam scene tidak hanya\nberdua tapi ada orang lain. Tergantung angle kan,” ujarnya.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Pecihitam.org \u2013 Film The Santri yang merupakan inisiasi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menuai kontroversi dari sejumlah pihak. Beberapa diantaranya menuding film yang disutradarai Livi Zheng ini cenderung liberal dan tidak mencerminkan kehidupan santri yang sebenarnya. Menanggapi tudingan tersebut, PBNU mengatakan masyarakat harusnya menonton dulu film itu sebelum memberikan kritiknya. “Tunggu dan tonton The […]<\/p>\n","protected":false},"author":15,"featured_media":9873,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2,3],"tags":[1766],"yoast_head":"\n