Inilah Tiga Tahap Yaqin bagi Para Peniti Jalan Ilahi dalam Dunia Tasawuf

Yaqin

Pecihitam.org– “Yaqin akan membawa hamba Allah kepada setiap keadaan yang luhur dan setiap tempat pemberhentian yang menakjubkan”. Demikianlah salah satu sabda Nabi Muhammad SAW perihal keyakinan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Yaqin atau keyakinan merupakan salah bahasan penting dalam Tasawuf. Karenanya, dalam tulisan ini, akan dijelaskan mengenai pengertian serta tiga tahapannya.

Daftar Pembahasan:

Pengertian Yaqin

Dalam hal ini, ditengahkan dua pendekatan tentang pengertian yaqin, yakni secara bahasa dan menurut istilah yang berlaku dalam Tasawuf.

Menurut Bahasa

Secara harfiah, yaqin berarti keyakinan. Al-Jurjani mengartikan istilah ini dengan pengetahuan yang tidak diragukan lagi kebenarannya.

Istilah Ini bisa juga diartikan sebagai keyakinan atau kepastian akan kebenaran esensi iman, terutama iman kepada eksistensi Allah dan keesaan-Nya, serta tidak meragukannya.

Menurut Istilah Tasawuf

Di dalam tasawuf, istilah yakin mengacu kepada ketetapan hati kepada Allah berdasar ilmu yang tidak berubah, tidak bisa dikalikan, tidak bisa dibolak-balik, dan tidak lenyap ketika ada goncangan dan keraguan.

Keyakinan ini tercermin, misalnya, dari pribadi Ali bin Abi Thalib yang pernah menyatakan, “Bahkan jika selubung antara yang tampak dan yang tidak tampak diangkat, keyakinanku tak akan bertambah”

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika seseorang mempunyai keyakinan yang kuat, ia pasti dapat berjalan di atas air”

Tanda-tanda Yaqin

Tanda-tanda bahwa ada keyakinan dalam hati seseorang, setidaknya ada tiga.

Pertama, tidak menggantungkan harapan kepada makhluk. Kedua, tidak mengharap pujian ketika memberi. Ketiga, tidak mencaci atau menggerutu ketika ditolak.

Salah seorang pembesar tabiin, Imam Hasan Al-Bashri memberikan nasihat, “Wahai anak Adam, salah satu tanda kelemahan imanmu adalah engkau lebih percaya pada sesuatu yang ada ditanganmu daripada yang ada dalam genggaman kekuasaan Allah Azza wa Jalla”

Baca Juga:  Menemukan Keseimbangan Duniawi dan Ukhrawi dari Pemahaman Hubungan Tasawuf dengan Etos Kerja

Keyakinan Orang Awam, Khāsh & Khāsh al-Khāsh

Antara orang awam atau orang kebanyakan dengan orang khāsh atau orang-orang khusus berebeda tingkat keyakinannya.

Keyakinan orang awam berdasarkan tauhid af’fal. Mereka tetap tenang dalam penolakan maupun dalam pemberian.

Keyakinan orang-orang khāsh berdasarkan tauhid sifat. Mereka melihat ciptaan itu seakan benda mati, tidak memiliki kekuatan gerak.

Keyakinan kaum khāsh al-khāsh berdasarkan tauhid dzat. Mereka menyaksikan dan mengetahui Allah dalam segala sesuatu, dan tidak menyaksikan sesuatupun yang bersama-Nya.

Kedudukan Yaqin

Yakin merupakan maqam spritual yang dicapai dan dialami oleh orang-orang yang melewati jalan ma’rifah atau mengenal Allah.

Sebagaimana Al-Qur’an menyatakan dalam Surat Al-Hijr

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ

Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. (QS. Al-Hijr ayat 99)

Untuk mendapatkan atau sampai pada tahapan keyakinan, seorang yang meniti jalan Allah (salik) di awal perjalanannya mesti berusaha melakukan sesuatu yang diperlukan untuk mencapainya, baik melalui sumber pengetahuan, observasi maupun meditasi.

Namun demikian, hasil akhir dari semua ini adalah murni merupakan berkah dan karunia Allah. Dengan kata lain, manusia tidak mendatangi Keyakinan melainkan Keyakinan-lah yang mendatangi manusia.

Manusia secara aktif mencari Allah, tetapi secara pasif menerima apapun yang Allah berikan.

Meskipun demikian, seseorang tidak mungkin mencapai derajat yaqin tanpa memiliki pengetahuan tentang Allah.

Pengetahuan tentang Allah dapat diperoleh melalui pandangan yang benar tentang hal-hal dan peristiwa-peristiwa, kapasitas pemikiran yang benar dan seimbang, kemurnian niat, memikirkan tanda-tanda dari eksistensi dan keesaan Allah, merenungi perbuatan-Nya dan manifestasi dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

Baca Juga:  Apa Maksud dari Qabdhu dan Basthu dalam Dunia Sufi? Begini Penjelasannya

Pengetahuan tentang Allah adalah cahaya yang menyinari dunia lahir dan batin, cahaya yang memancar dari segala penjuru eksistensi.

Di bawah sinaran cahaya ini, seorang murid melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, bebas dari keterbatasan keragaman, ia menyaksikan Kesatuan Ilahi dan tenggelam dalam kegembiraan spritual yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Tiga Tahapan Yaqin

Di awal perjalanan menuju keyakinan, seorang penempuh jalan spiritual mungkin akan mengalami kesulitan, tetapi ia akan tenggelam dalam kesenangan dan kedamaian spritual pada akhir perjalanannya.

Hatinya akan dipenuhi cahaya keyakinan yang menghilangkan keraguan dari pikiran dan menyebabkan berhembusnya angin kebahagiaan, kepuasan dan kegembiraan dalam batinnya.

Jalan menuju yakin ini sering dipaparkan dan digambarkan oleh para sufi melalui tiga tahapan berikut:

Ilmul Yaqin

Ilmul Yaqin adalah keyakinan yang berasal dari pengetahuan, yaitu keyakinan akan semua esensi iman, terutama eksistensi dan keesaan Allah yang lahir dari bukti-bukti dan penjelasan atau melalui observasi dan kajian Wahyu Ilahiyah dan tanda-tanda Allah di alam semesta.

Aynul Yaqin

Aynul Yaqin merupakan keyakinan yang berasal dari pengamatan atau penyaksian langsung, yakni yang lahir dari penyingkapan (kasyf) dan pembuktian (bayan).

Aynul yaqin adalah terbukanya mata hati atau (bashirah). Terbukanya mata hati ini merupakan suatu keajaiban dan misteri, serta hanya muncul karena Rahmat dari Yang Maha Pengasih.

Ini menunjukkan derajat keyakinan yang tidak dapat dideskripsikan. Inilah anugerah Allah kepada hamba-hamba-Nya melalui rahmat-Nya Yang Tak Terhingga.

Ketika aynul yaqin mencapai kesempurnaan, sang hamba pun meraih derajat keindahan visi yang di dalamnya ia tidak melihat ada kekurangan.

Baca Juga:  Berikut Definisi dan Cara Mujahadah dalam Ilmu Tasawuf (Bagian II)

Pada titik ini, realitas sesuatu menjadi nyata bagi para penempuh jalan spiritual. Ia akan sampai ke maqam di mana dia berjalan dalam dunia murni Ilahiyah yang belum pernah terlihat atau terbayang atau didengar oleh telinga manusia.

Haaqqul Yaqin

Haqqul Yaqin atau keyakinan hakiki yang berasal dari pengalaman langsung, yaitu yang lahir dari penyaksian.

Seorang sufi yang memandang dengan mata haqqul yaqin akan melampaui semua barang buatan dan makhluk-makhluk dan melihat Tuhan tanpa bagaimana dan mengapa, serta tanpa tirai apapun.

Keyakinan ini berasal dari pertolongan Allah dan kedekatan dengan-Nya tanpa selubung dan sebuah jalan yang istimewa.

Dalam haqqul yaqin, ainul yaqin tidaklah ada artinya sama sekali. Namun bagi kegelapan duniawi, ia dikatakan cahaya yang begitu terang dan memuaskan sehingga pada awalnya ia hampir tidak menyisakan ruang bagi munculnya konsepsi tentang cahaya yang lebih terang dari cahaya itu, yakni haqqul yaqin.

Demikianlah kajian tasawuf kali ini yang mengupas tentang tema yaqin. Mulai dari pengertian, kedudukannya bagi para perintis jalan Ilahi serta tahapan-tahapannya hingga pada tingkatan yang paling tinggi, yakni haqqul yaqin. Wallahu a’lam bisshawab.

Faisol Abdurrahman