Mengenal Yusya’ bin Nun, Seorang Nabi Penakluk Baitul Maqdis

Mengenal Yusya' bin Nun, Seorang Nabi Penakluk Baitul Maqdis

Pecihitam.org – Yusya’ bin Nun adalah sosok yang sangat terkenal pada masa Nabi Musa AS. Beliau merupakan murid dari Nabi Musa a.s. Pada dasarnya, nama Nabi Yusya’ a.s tidak disebutkan secara gamblang dalam Al-Qur’an, akan tetapi tetapi berdasarkan penjelasan para mufassir, beliaulah yang mendampingi Nabi Musa ketika mereka berjalan hingga bertemu dengan Nabi Khidir a.s.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Cerita tentang ini tertuang dalam Surat Al-Kahfi berikut:

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَىهُ لَآ أَبْرَحُ حَتَّىٓ أَبْلُغَ مَجْمَعَ ٱلْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِىَ حُقُبًا

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (Q.S. Al-Kahfi [18]: 60)

Nabi Musa sendiri meninggal dunia sebelum berhasil membebaskan Baitul Maqdis. Oleh karena itu, beliau menunjuk Yusya’ bin Nun sebagai pemimpin Bani Israil untuk melanjutkan visi gurunya, yakni berjihad menaklukkan Baitul Maqdis.

Saat itu Yarussalem dikuasai oleh kaum yang sangat kuat. Kaum yang kuat disini bukanlah kaum raksasa seperti dalam cerita Israiliyat . Sesungguhnya yang dimaksud kaum yang kuat hanyalah manusia biasa. Namun, mampu mebuat Bani Israil merasa ketakutan yang sangat mendalam.

Karena ketakutan itulah mereka tidak berani berjihad untuk menaklukan Baitul Maqdis. Ketika Nabi Yusya’ bin Nun menjadi pemimpin, ia segera mengatur rencana untuk menembus Benteng Yerikho.

Baca Juga:  Tiga Tokoh Filsafat Islam dengan Karyanya yang Masyhur

Alhasil, espedisi pertamapun dilakukan. Ia mengirim dua orang pengintai untuk mengamati wilayah kota itu. Kedua pengintai itu hampir tertangkap oleh pasukan Yerikho. Namun, alhamdulilillah keduanya diselamatkan oleh seorang wanita tuna susila bernama Rahab.

Melalui wanita itulah, diketahui bahwa penduduk Kota Yerikho sebenarnya lebih takut kepada kaum Bani Israil yang mereka anggap memiliki kekuatan gaib lantaran dukungan dari Yang Maha Kuasa.

Rahab, sang wanita itu mengatakan, “Kengerian menghinggapi kami karena Tuhan telah mengeringkan Laut Merah bagi kalian. Ketika kami mendengarnya, ciutlah hati kami dan jatuhlah semangat tiap-tiap orang dari kami, sebab Tuhan kalian adalah Penguasa langit dan bumi.”

Berkat cerita dua utusan tadi, Bani Israil kemudian memiliki semangat yang luar biasa. Nabi Yusya’ pun segera mempersiapkan kaumnya untuk berangkat menuju penaklukan Yerusalem.

Sebelum rombongan tersebut berangkat, Nabi Yusya’ bin Nun melarang orang yang baru menikah ikut berjihad, melarang orang yang membangun rumah, tapi belum memasang atapnya, dan melarang pemelihara kambing dan unta tapi belum pernah diperas susunya.

Maksud dari aturan tersebut merupakan bagian dari cara Nabi supaya keberangkatan mereka tidak terbebani oleh dunia. Karena, keberangkatan berjihad harus diawali dengan keikhlasan hati.

Baca Juga:  Wahsyi bin Harb, Ia Tebus Dosa Membunuh Hamzah dengan Menghabisi Musailamah Al-Kadzdzab

Menurutnya, Allah itu tidak melihat jumlah dari mereka akan tetapi Allah melihat akan hati mereka. Itulah kunci utama dalam melaksanak jihad.

Singkat cerita, seluruh pasukan berangkat. Para Imam berjalan di barisan terdepan memimpin pergerakan kaum Bani Israil. Sementara itu, Allah SWT sudah mempersiapkan mukjizat yang tak disangka-sangka.

Sesampainya di tepi Sungai Yordan, tatkala para imam mulai mencelupkan kakinya ke dalam air untuk menyeberang, tiba-tiba aliran sungai terhenti dan terbukalah jalan kering melintasi sungai di depan mereka, persis seperti tatkala Allah SWT menyiapkan jalan kering bagi Nabi Musa dan pengikutnya ketika dikejar oleh kaum Fir’aun.

Pasukan Bani Israil pun menyeberangi sungai yang lebar dan dalam itu, tanpa mengalami kesulitan apapun.
Berita tentang kedatangan pasukan Bani Israil kian merabak ke seluruh negeri.

Begitu pun semua pemimpin di Kanaan, mereka langsung ketakutan tatkala mendengar bagaimana Allah SWT lagi-lagi membantu Bani Israil dengan membuatkan jalan kering di perairan.

Akhirnya, Gerbang Yerikho yang besar dan kokoh itu pun ditutup rapat-rapat, dijaga dengan ketat dan tak seorang pun dapat keluar atau masuk.

Sementara itu, Yusya bin Nun berangkat hingga mendekati kota kira-kira pada waktu Ashar. Karena mendekati malam hari, ia beserta Bani Israil kemudian berkata kepada matahari,

Baca Juga:  Abdurrahman al Khazini, Ilmuwan Muslim Pencetus Teori Gravitasi

“Hai matahari, engkau tengah menjalankan tugasmu dan aku pun sedang menjalankan tugas dari Allah. Maka, wahai Tuhanku, hentikanlah matahari!”.

Dan subhanallah, dengan kuasa Allah! Matahari pun berhenti sejenak hingga Allah menganugrahkan kemenangan kepada Yusya, murid utama Nabi Musa itu Cerita ini disebutkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya pada hadis nomor 4.327.

Berkat pertolongan Allah, Nabi Yusya’ bersama kaumnya berhasil menembus Benteng Yerikho pada hari ketujuh. Nabi Yusya’ dan pasukannya menyerbu masuk ke dalam kota, dan menumpaskan seluruh isi kota tanpa tersisa, kecuali rumah yang dihuni oleh Rahab dan keluarganya.

Demikianlah kisah Nabi Yusya’ a.s. dalam melanjutkan tugas kenabian yang telah diawali oleh Nabi Musa a.s., membimbing Bani Israil keluar dari Mesir hingga memasuki Baitul Maqdis.

Faisol Abdurrahman