Inilah Salah Satu Cara Melampiaskan Kerinduan Terhadap Gus Dur

Pecihitam.org – Peringatan acara Haul ke-8 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur digelar pada Jumat malam, 22 Desember 2017 di kediaman almarhum di Jalan Warung Sila Ciganjur, Jakarta Selatan. Deretan tokoh nasional –mulai dari alim ulama hingga pejabat tinggi negara- hadir dalam acara ini. Ribuan –bahkan puluhan ribu orang- turut hadir dan meramaikan acara ini. Dua sahabat Gus Dur, KH Ahmad Mustofa Bisri dan Anre Gurutta H Sanusi Baco didaulat untuk memberikan ceramah. Sementara yang bertugas menyampaikan testimoni adalah Saifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawansa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 pada usia 69 tahun. Ia wafat setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta akibat kesehatannya yang semakin menurun setelah melakukan ziarah ke beberapa makam ulama di Jawa Timur.

Meski sudah tiada jasadnya, Gus Dur selalu hidup. Namanya selalu disebut, pemikirannya dikutip, dan perjuangannya dilanjutkan. Seminar tentang pemikiran-pemikiran Gus Dur diadakan di mana-mana. Begitu pun dengan peringatan hari wafatnya. Setiap tahunnya, haul Gus Dur diselenggarakan. Tidak hanya di satu tempat –di rumahnya saja, tetapi di beberapa daerah pun juga menyelenggarakannya.

Baca Juga:  Saat Ulama Salafi Wahabi Berdusta Atas Nama Imam Abu Hanifah

Acara Haul Sewindu Gus Dur di Ciganjur ini menyisakan banyak pesan dan pelajaran yang bisa kita petik dan praktikkan di dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, semua demi bangsa dan negara. Tema acara ini menjadi penting untuk kita renungkan bersama. Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya paling heterogen. Sebagaimana yang disampaikan ketua panitia acara, Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid, Haul Sewindu Gus Dur ini merupakan refleksi bagi semua elemen bangsa untuk membangun bangsa dan negara –bukan kepentingan individu atau kelompoknya masing-masing- meski perbedaan begitu nyata diantara mereka.

Semangat ini sesuai dengan apa yang dilakukan Gus Dur. Di dalam hidupnya, Gus Dur selalu mendahulukan kepentingan bangsa dan negara serta menjaga keutuhan Republik Indonesia. Seperti membangun Papua yang selalu termarjinalkan, membela minoritas demi tegaknya keadilan, membangun toleransi, dan lainnya.

Baca Juga:  Amalan Sunnah Setelah Bayi Lahir yang di Contohkan Rasulullah SAW

Kedua, dicintai karena mencintai. Ribuan bahkan puluhan ribu orang datang ke cara Haul Sewindu Gus Dur. Saya kira mereka tidak akan datang kalau seandainya tidak didasari rasa cinta. Banyak orang yang mencintai dan menyayangi Gus Dur karena dia memang mencintai siapa saja tanpa memandang apa agama, suku, ras, dan bangsa orang tersebut.

KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menyebutkan bahwa ada empat jenis persaudaraan, yaitu ukhuwah annahdliyah (persaudaraan antar sesama warga Nahdlatul Ulama), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathoniyah (persaudaraan sebangsa dan setanah air), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan antar sesama umat manusia). Menurut Gus Mus, Gus Dur sudah pada tingkatan ukhuwah insaniyah sehingga ia menyanyangi siapa saja tanpa memandang apa latar belakangnya.

Ketiga, ibu adalah segalanya. Acara yang dihelat bertepatan dengan hari ibu ini juga menceritakan bagaimana Gus Dur begitu sangat menghormati seorang ibu. Adalah Gus Mus yang mengungkapkan hal itu. Suatu ketika Gus Mus diminta Gus Dur untuk menjadi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa. Gus Mus hanya menjawab tidak diperbolehkan ibunya untuk menduduki jabatan tersebut. Lalu Gus Dur hanya menerima dan tidak menuntutnya lagi. Bagi Gus Dur, ibu adalah segala-segalanya. Apapun yang dikatakan oleh seorang ibu, ia akan mematuhinya. Bukankan Nabi Muhammad juga mengatakan ummuka, ummuka, ummuka, tsumma abuka (berbaktilah ke

Baca Juga:  Keharmonisan dalam Kemanusiaan; Bukti Islam Mengajarkan Beragama tanpa Kekerasan
Redaksi