Perang Hunain; Sebuah Pelajaran Ketika Umat Islam Menyombongkan Diri

Perang Hunain; Sebuah Pelajaran Ketika Umat Islam Menyombongkan Diri

Pecihitam.org – Sejarah Nabi Muhammad Saw. tak akan pernah habis diceritakan oleh semua orang dan tak akan bosan untuk didengarkan. Di dalamnya penuh dengan pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh umat Islam sampai akhir zaman.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Termasuk dalam pelajaran yang sangat berharga adalah jangan sombongkan keberhasilan yang telah tercapai. Pelajaran tersebut terdapat pada Perang Hunain antara pasukan Rasulullah menghadapi kaum Hawazin.

Perang Hunain terjadi pada bulan Syawal tahun ke-8 Hijriyah setelah peristiwa Fathu al-Makkah (Penaklukan kota Makkah). Dengan penakhlukan tersebut, orang-orang Quraisy mulai masuk agama Allah Swt. secara berbondong-bondong.

Namun terdapat kelompok yang tidak mengikuti jejak kaum Quraisy dalam memeluk Islam, namun justru memerangi Islam. Mereka adalah kaum Hawazin yang ingin menjadi kekuatan utama dengan mencoba memerangi agama Islam.

Kaum Hawazin dipimpin oleh Malik bin ‘Auf an-Nashary disertai gabungnya Bani Tsaqif, Bani Nashr, Bani Jusyam, dan Sa’id bin Bakr dalam memerangi Islam tersebut.

Mereka berkata, “Sesungguhnya kaum Hawazin dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh kaum Quraisy (yakni mengalahkan pasukan Islam).”

Rasulullah Saw. berangkat dengan jumlah tentara yang begitu banyak, terdiri dari 10.000 orang sahabat dari Madinah ditambah 2.000 tentara dari penduduk Makkah.

Banyaknya pasukan umat Islam tersebut belum pernah terjadi pada perang-perang sebelumnya yang telah dilalui. Dalam kondisi demikian kaum muslimin berkata, “Hari ini kita tidak akan dikalahkan karena jumlah yang sedikit.”

Baca Juga:  Latas Belakang Perjanjian Hudaibiyah antara Kaum Muslimin dan Quraisy

Tibalah kaum muslimin di lembah Hunain pada tanggal 10 Syawal tahun ke-8 Hijriyah. Mereka menuruni lembah tersebut dalam kegelapan subuh, sedangkan kaum Hawazin telah mendahului mereka di tempat tersebut.

Mereka (kaum Hawazin) bersembunyi di celah-celah batu, pohon-pohon yang hijau, dan di atas lembah. Ketika orang-orang Islam lengah, kaum Hawazin memanah mereka dengan cerdik dan menghunuskan pedang.

Dalam keadaan demikian, kebanyakan pasukan Islam bergegas mundur, dan seseorang tidak lagi mempedulikan lainnya. Dengan segera, kaum Hawazin mengepung daerah pasukan Islam yang membuat umat Islam tidak bangkit lagi.

Kondisi inilah yang mengguncang keimanan seseorang yang belum lama masuk Islam. Kesombongan pasukan Islam di awal disambut dengan cambukan kekalahan sehingga mereka merasa putus asa.

Inilah pelajaran berharga langsung dari Allah Swt. terhadap umat Islam yang telah berbangga diri atas kekuatan mereka. Allah Swt. menyuguhkan kepada mereka pahitnya kekalahan setelah menikmati kemenangan.

Dengan kondisi seperti ini, iman umat Islam semakin kuat dengan tidak menyombongkan kemenangan yang telah diperoleh.

Rasulullah Saw. tetap berada di tempatnya, yakni di atas keledai tanpa adanya rasa takut dan khawatir yang menghinggapinya.

Bersama dengan beliau sekelompok orang dari kaum Muhajirin, Anshar, dan keluarga beliau dengan kokohnya keimanan. Rasulullah Saw. bersabda, “Aku adalah seorang Nabi yang tidak berdusta. Aku adalah keturunan Abdul Muthalib.”

Baca Juga:  Sejarah Masa Pra Kenabian Nabi Muhammad SAW (Bagian 2)

Ketika bertemu dengan pasukan orang musyrikin, beliau mengambil segenggam tanah dan melemparkannya ke mata orang-orang tersebut.

Ketika melihat orang-orang tersebut sibuk dengan diri mereka sendiri, beliau berkata, “Wahai Abbas! Panggillah, ‘Wahai orang-orang Anshar! Wahai ashabus samura.” Para sahabat yang telah berbaiat segera menjawab, “Labbaik, labbaik.

Dengan segera orang-orang yang mendengar panggilan Abbas segera menuju tempat suara tersebut. Berkumpullah Abbas bin Abdul Muthalib dengan Rasulullah Saw. beserta pasukan muslimin yang sempai tercerai berai. Mereka segera menyongsong musuh dan bertempur dengan kekuatan iman.

Rasulullah Saw. mengawasi dari atas kendaraannya, memerhatikan orang-orang yang bertempur. Beliau bersabda, “Sekarang peperangan telah memanas.”

Kemudian Rasulullah Saw. mengambil kerikil dan melemparkannya ke muka orang-orang kafir. Abbas berkata, “Aku melihat mata pedang mereka tumpul dan mereka kocar-kacir.”

Manusia saling bertempur. Namun demikian, pulihnya kaum muslimin dari kekalahan belum tercapai sebelum mereka mendapat para tawanan di belakang Rasulullah Saw.

Allah Swt. menurunkan malaikatnya dengan membawa kemenangan, yang memenuhi lembah Hunain. Sempurnalah kekalahan kaum Hawazin. Pertolongan dari Allah Swt. tersebut dapat menguatkan kembali pasukan umat Islam yang tercerai berai.

Demikianlah apa yang dikisahkan Allah Swt. dalam firmannya:

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَواطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئاً وَضاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِما رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25) ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُوداً لَمْ تَرَوْها وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذلِكَ جَزاءُ الْكافِرِينَ (26) ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذلِكَ عَلى مَنْ يَشاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (27)

Baca Juga:  Sejarah Singkat Terjadinya Perang Hunain

Sesungguhnya Allah telah menolong kalian (hai kaum mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun; dan bumi yang luas itu telah terasa sempit oleh kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurun­kan bala bantuan tentara yang kalian tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. Sesudah itu Allah menerima tobat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.