Pecihitam.org – Shihab al-Din Abu Al Abbas Ahmad Ibn Idris Al Sanhaji Al-Qarafi, akrab dipanggil Al-Qarafi, ia dikenal sebagai ilmuwan yang memiliki kemampuan di bidang astronomi dan fisika.
al Qarafi dilahirkan di distrik Bahnasa, Mesir, sekitar 1228 M. Menurut Haji Khalifah seorang sejarawan Islam mengungkapkan, nama Al-Qarafy berhubungan dengan nama sebuah pemakaman umum di Kota Kairo, yang pernah menjadi tempat mukimnya. Dengan beberapa fakta yang ada maka bisa dipastikan bahwa Al-Qarafi memang berasal dari Mesir.
Di sisi lain, tak banyak hal yang bisa diketahui dari kehidupan Al-Qarafi ini. Seperti dimana tempat meninggal Al-Qarafi yang tak diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan ia meninggal di Mesir pada 684 H atau 1285 M.
Al-Qarafy, adalah ilmuwan muslim yang mampu mengurai misteri dan menemukan teori pelangi. Penjelasan ini, terangkum dalam karya ilmiahnya berjudul Kitab Al-Istibar fi ma Tudrikuhu Al-Abhsar atau Buku Tentang Apa yang Dapat Ditangkap oleh Mata.
Buku mengenai persoalan optik itu, sebenarnya ditulis Al-Qarafi untuk menjawab lima pertanyaan Raja Sisilia, Frederick II, yang diajukan kepada Sultan Kamil Muhammad, dari Dinasti Ayyubiyah. Catatan sejarah, tak bisa mengungkapkan apakah ini sama dengan istilah yang disebut dengan Sicilian Question.
Selain dikenal sebagai ilmuwan, ia juga dikenal sebagai ahli kalam dan salah satu ahli hukum Islam yang bermazhab Maliki. Karya-karyanya mengenai mazhab juga memberikan pengaruh besar pada teori hukum Islam yang tersebar di seluruh dunia.
Menurut cendekiawan Muslim Azyumardi Azra dalam buku Histografi Islam Kontemporer, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Sultan Kamil Muhammad itu, Al-Qarafi, banyak merenung, berpikir. Sejumlah penelitian dan ksperimen pun dilakukan untuk mengurai misteri tentang pelangi itu.
Akhirnya, Al-Qarafy pun menemukan jawaban. Ia tahu, bagaimana pelangi bisa muncul di angkasa setelah hujan turun dengan beragam warna, yaitu merah, kuning, dan biru. Dalam bukunya, ia menjelaskan, pelangi bisa muncul di langit karena adanya pancaran sinar matahari terhadap asap atau uap yang berada di udara.
Apa yang diungkapkan Al-Qarafi, sebenarnya sama dengan penjelasan yang disampaikan Ibnu Sina, seorang dokter dan juga ahli filsafat Muslim asal Persia. Selain itu Aristoteles, seorang filsuf Yunani yang menguasai bidang fisika, metafisika, dan biologi, juga diketahui memberikan penjelasan tentang pelangi.
Meskipun pendapat munculnya pelangi sudah diungkapkan oleh para ilmuwan lain sebelumnya, namun dalam hal menjelaskan tentang kerangka maupun aturan timbulnya warna pelangi, pemikiran Al Qarafy benar-benar orisinal dan tidak terpengaruh oleh pemikiran ilmuwan sebelumnya. Itu sebabnya ia kemudian disebut sebagai penemu asli teori pelangi.
Mengenai warna pelangi, Al-Qarafy mengatakan, dalam asap warna sinar matahari selalu merah seperti juga warna matahari ketika akan tenggelam dan ketika mulai muncul dan bersinar di pagi hari dengan memancarkan berkas-berkas sinarnya. Warna merah yang muncul dari matahari, terdiri atas kombinasi warna sinar matahari dan warna asap.
Kemudian menurut Al-Qarafi, kabut adalah bagian asap yang sangat tebal yang berubah menjadi batu di tempat-tempat yang sangat tinggi dan sangat dingin. Namun, di daerah-daerah yang lebih rendah dan daerah-daerah panas, kabut muncul dari Bumi akibat panasnya perut Bumi.
Asap kabut yang muncul dari Bumi tersebut berwarna hampir hitam atau kadang-kadang muncul berwarna biru langit, namun sangat jarang muncul dengan warna putih tanpa warna biru. Karena itulah, warna pelangi menjadi merah, kuning, biru langit, dan warna-warna murni lainnya.
Al-Qarafy mengatakan, terdapat dua macam warna pelangi, yaitu warna asap dan warna matahari, serta warna pelangi yang tersusun dari kedua unsur itu. Penjelasannya tentang warna pelangi didasarkan pada prinsip keempat pada awal bukunya.
Penjelasan lain yang benar-benar berasal dari pemikiran Al-Qarafi, yaitu mengenai pertanyaan mengapa pelangi hanya muncul pada waktu-waktu tertentu saja. Menurutnya, pelangi tak muncul setiap waktu karena tidak adanya bukit maupun awan mendung di balik partikel-partikel kabut.
Penyebab lainnya yaitu kepekatan awan dari mana pelangi terbentuk. Partikel-partikel dalam keadaan yang amat pekat menjadi tidak tembus cahaya, tidak seperti cermin.
Aristoteles, sebenarnya juga pernah menjelaskan tentang hal yang sama. Akan tetapi, penjelasan itu tak spesifik dan lengkap seperti penjelasan yang diajukan Al-Qarafi.
Dari sini, banyak kalangan menilai bahwa teori Al-Qarafy tentang pelangi dianggap paling memuaskan dibandingkan penjelasan para ilmuwan lain seperti Seneca, Theodororius of Frieberg, Roger Bacon, dan Ibnu Rusyd. Teori Al-Qarafi tentang pelangi kemudian menjadi pijakan bagi penelitian tentang pelangi pada masa-masa berikutnya.