Kisah Gus Dur dan Laporan PKI di KBRI Mesir

Kisah gus dur bekerja di mesir

Pecihitam.org – Tak ada habisnya bercerita tentang sosok bernama Abdurrahman Wahid itu. Kisahnya di Mesir sangatlah banyak yang layak untuk diceritakan. Salah satunya tentang pekerjaan Gus Dur di Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di Kairo, Mesir.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Saat itu, Gus Dur menginjak kurang lebih setahun di Mesir untuk kuliah di Universitas Al-Azhar. Di sela kuliah yang bikin kecewa itu, Gus Dur mendapat pekerjaan tetap di Kedubes Indonesia di Mesir. Setiap pagi Gus Dur harus ngantor di sana dan pekerjaanya adalah seputar menerjemahkan berita atau dokumen ke dalam bahasa Arab atau Inggris.

Gus Dur memang sejak awal datang ke Mesir sudah mulai terkenal karena luas pengetahuannya dan sekaligus kemampuan Bahasa Inggris dan tentu saja Bahasa Arab. Maka tak heran Gus Dur bisa dipercaya bekerja di Kedubes.

Selain bisa bercakap-cakap dengan banyak orang untuk bertukar pikiran, pekerjaannya di sana juga ada gajinya. Gaji yang didapat Gus Dur ini lumayan dapat menambah uang sakunya dari beasiswa. Dasar Gus Dur yang senang dengan film dan buku, maka uang dari gajian itu dibelanjakan untuk hal-hal kesenangannya itu saja.

Baca Juga:  Gus Dur Tak Perlu Dibela

Ada kisah yang sangat membekas di benak Gus Dur saat bekerja di Kedubes. Seperti yang ditulis Greg Barton dalam Biografi Gus Dur (2016), bahwa Gus Dur pada menjelang akhir tahun 1965 ditugaskan oleh pihak kedubes untuk memberikan laporan tentang mahasiswa Indonesia di Kairo. Laporan itu diminta oleh pemerintah di Jakarta dalam rangka membersihkan pihak-pihak yang ditakutkan menjadi bagian dari gerakan komunisme di Indonesia.

Ceritanya begini. Di Indonesia, pada malam tanggal 30 September 1965/01 Oktober 1965 terjadi kup bersenjata yang dipimpin oleh Letjen Untung, seorang pimpinan Cakrabirawa, organisasi pengawal Presiden Sukarno. Tragedi yang menewaskan beberapa jenderal angkatan darat itu diasosiasikan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sontak setelah peristiwa itu terjadi, anggota PKI beserta simpatisannya diburu. Peristiwa itu kemudian menimbulkan pembunuhan secara masal orang-orang yang dianggap sebagai bagian dari PKI.

Persis seperti yang dikhawatirkan oleh Gus Dur saat bercerita dengan Gus Mus pada pertengahan tahun 1965 perihal kegelisahannya atas situasi politik di Indonesia yang semakin runcing rivalitas politiknya. Dan benar saja, pada 30 September/01 Oktober 1965 terjadi peristiwa berdarah itu dan buntutnya adalah pembunuhan massal.

Baca Juga:  Tiga Paket Komplit Visi Pemikiran yang Menjadi Warisan Gus Dur

Persis dalam rangka situasi itulah, pemerintahan baru Presiden Suharto meminta laporan perihal mahasiswa Indonesia di Mesir. Oleh pihak Kedubes di Mesir, Gus Dur-lah yang diminta untuk menggarap laporan itu.

Gus Dur selain terkenal bahasa asingnya yang bagus, ia juga pembaca buku Karl Marx yang tekun. Dari situ, Gus Dur sangat mafhum perihal seluk-beluk objek yang akan ditulis di laporannya. Seperti yang dikatakan Greg Barton, Gus Dur sangat simpati dengan ide-ide komunisme yang sangat peduli dengan permasalahan kemiskinan (meski Gus Dur bukan seorang komunis), hanya saja Gus Dur punya kritik atas beberapa masalah komunisme yang dianggapnya naif.

Terkait dengan pembuatan laporan itu, menurut Greg Barton, Gus Dur cukup merasa tertekan karena: Pertama, apa yang akan dilaporkannya menentukan nasib teman-temannya. Kedua, Gus Dur masih dalam suasana duka dan prihatin dengan situasi di Indonesia yang mengalami peristiwa berdarah-darah.

Meski begitu, Gus Dur dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan apik. Gus Dur dengan jeli mengatakan bahwa mahasiswa Indonesia yang ada di Mesir tak banyak yang tertarik dengan Marxisme dan itupun Marxisme hanya dijadikan kajian akademik saja, bukan ideologi.

Baca Juga:  Viral, Ada Dokumen Pelengseran, Buku Menjerat Gus Dur Ludes Begitu Diluncurkan

Sebab, tak mungkin mahasiswa Indonesia di Mesir punya afiliasi dengan PKI. Karena, kebanyakan dari mereka adalah para santri dari Pesantren NU yang ingin belajar tentang studi kesilaman di Mesir. Tak ada dari mereka latar keluarga yang dekat dengan komunisme.

Demikianlah kisah Gus Dur saat bekerja di Kedubes Indonesia di Mesir. Pekerjaan itu sempat membikin tertekan Gus Dur karena harus membikin laporan perihal ada tidaknya keterkaitan mahasiswa Indonesia di Mesir dengan PKI. Tapi, secara umum pekerjaan itu sangat berarti bagi Gus Dur. Wallahua’lam.