Pecihitam.org – Sebuah virus pneumonia yang dikenal dengan jenil corona baru belum lama ini merebak di Wuhan, China Tengah. Virus tersebut hingga Minggu, 19 Januari 2020, telah menyebabkan 170 orang dirawat, 9 kasus kritis, dan 3 orang meninggal disertai kasus di Beijing, 1 kasus di Thailand, dan 1 kasus di Jepang.
Korban yang terjangkit virus itu punya riwayat perjalanan ke Wuhan. Kasus inipun mendapat tanggapa Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesehatan Syahrizal Syarif.
Syahrizal menyebut, virus ini tidak sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang merebak di China pada 2002-2003.
Pada waktu itu, virus yang menyebar merupakan virus radang paru-paru yang berat dan menyebabkan angka kematian yang tinggi.
“Sampai saat ini tidak ada bukti bahwa wabah ini menyebar dari orang ke orang. Saat ini masih berupa zoonosis, penyakit manusia yang menular dari hewan,” ujar Syahrizal, dikutip dari situs resmi NU, Senin, 20 Januari 2020.
Pihaknya juga menyatakan bahwa pemerintah melalui Kementerian Kesehatan perlu meningkatkan kewaspadaan terutama di pintu masuk Kantor Kesehatan Pelabuhan, terutama bagi mereka yang berasal dari Wuhan, China.
Syahrizal yang juga merupakan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) juga mengatakan pemerintah dan media massa harus menyampaikan informasi yang benar dan akurat terkait penyakit tersebut.
“Jangan sampai menimbulkan kepanikan masyarakat yang tidak perlu,” ujarnya.
Pemerintah, kata dia, juga perlu mengaktifkan tim kedaruratan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia sehingga pemantauan perkembangan wabah bisa dilakukan secara intensif.
“PBNU mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tetapi juga harus tetapi menjaga kewaspadaannya,” ujarnya.
“Masyarakat diimbau untuk tidak panik, cukup waspada, terutama bagi mereka yang akan berkunjung ke Wuhan China,” sambungnya.
PBNU, kata Syahrizal, juga siap mengerahkan seluruh sumber daya dan mobilisasi masyarakat jika memang terjadi ancaman wabah global di Indonesia.