Kitab “Hadzihi Mafahimuna”, Narasi Sesat Wahabi (Bagian I)

Kitab "Hadzihi Mafahimuna", Narasi Sesat Wahabi (Bagian I)

PeciHitam.org Golongan Wahabi atau sekarang menyebut diri sebagai salafi atau seringkali sebagai golongan ‘dakwah sunnah’ adalah golongan yang menolak keras taqlid.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Akan tetapi penolakan ini hanya isapan jempol belaka, karena dalam prakteknya mereka mengekor dengan pendapat Ulama seperti Syaikh Utsaimin, Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim dan Bin Baz.

Pun ketika mengomentari tentang hadits bid’ah mereka dengan buta mengekor kepada Narasi yang sangat tendensius dengan menghadapkan Nabi Muhammad SAW dan Imam Syafii. Kitab yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz sebagai contoh sangat penghadap-hadapan Nabi dan Ulama.

Syarah Hadits tentang bid’ah diberikan narasi kontradiksi yang bagi sebagian Muslim akan berpikir ulang tentang kebenaran Ulama sebagai penerus Nabi. Berikut penjelasannya!

Narasi kitab Hadzihi Mafahimuna Bin Baz

Keleluasaan akses sumber daya keuangan di Kerajaan Arab Saudi menjadikan paham Wahabi yang bertransformasi menjadi Salafi dengan mudahnya berdakwah dengan berbagai media.

Salah satu bentuk dakwah wahabi – salafi adalah mencetak dan menyebarkan dengan cuma-cuma buku Hadzihi Mafahimuna karya Mufti Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz.

Baca Juga:  Muhaddits Wahabi, Syekh Al-Albani Sederajat dengan Imam Bukhari?

Narasi pembuka yang ada dalam kitab tersebut adalah Hadits yang menerangkan tentang bid’ah, kemudian dikomentari narasi oleh beliau;

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Makna hadits sebelum dikomentari adalah “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”.

Hadits tersebut di riwayatkan oleh Imam an-Nasai dalam kitab beliau Sunan An-Nasa’i. Hadits ini adalah andalan kaum salafi-wahabi untuk menuduh sesat pengamal Islam di Nusantara karena menurut mereka sangat erat dengan bid’ah dan syirik.

Kemudian Narasi Bin Baz menuliskan dalam kitab Hadzihi Maffahimuna sebagi barikut;

Baca Juga:  Hukum Memakai Cadar Menurut Ulama Salafi-Wahabi

هذا هو رسول الله صلى الله عليه وسلم حكم بان البدعة كلها ضلالة وجرأ الشفعي وقسم حسنة وسيئة

Yang artinya adalah ‘Inilah Nabi Muhammad SAW, (beliau) menghukumi semua Bid’ah adalah sesat. Dan Imam Syafii dengan ‘lancang’ membagi Bid’ah menjadi dua yaitu Hasanah (Baik) dan Buruk’.

Narasi ini jelas sangat menyudutkan peran Imam Syafii sebagai Ulama yang banyak dianut oleh Ulama Nusantara bahkan dunia.

Pelurusan Narasi Kitab Hadzihi Mafahimuna

Narasi yang memerosokkan dan cenderung menuduh Imam Syafii sebagai pembuat bid’ah dalam kitab Hadzihi Mafahimuna seharusnya jangan sampai didiamkan.

Berapa puluh juta bahkan ratusan juta Muslim yang akan merasakan Imbasnya. Karena Imam Syafii banyak menjadi rujukan dalam ilmu hukum fikih yang menjadi concern beliau.

Madzhab Imam Syafii adalah Madzhab besar, yangmana jika dihadapkan dengan Rasulullah SAW sangat tidak pantas. Karena peran Ulama adalah sebagai penerang dan penjelas dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Bukan dihadapkan dalam kutub berbeda seperti yang dilakukan Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz.

Narasi dalam kitab Hadzihi Mafahimuna dengan mengatakan ‘وجرأ الشفعي وقسم حسنة وسيئة’ seakan menuduh Imam Syafii sebagai biang adanya Bid’ah. Secara bahasa, kata ‘وجرأ’ dapat diterjemahkan dengan ‘pebuatan lancang’ yang dilakukan Imam Syafii. Kiranya narasi kitab Hadzihi Mafahimuna sudah dijawab oleh Sayyid Alawi al-Maliki al-Hasani dalam kitab Mafahim Yajibu an-Tushahah.

Bahwa tidak semua yang tidak dilakukan Nabi SAW adalah Bid’ah dan sesat serta sepaket dengan Neraka. Kisah Umar bin Khattab menertibkan dan mengumpulkan Sahabat Tarawih dibelakang Sahabat Ubay bin Ka’ab adalah contoh termudah. Dan tidak ada tuduhan kesesatan Umar bin Khattab selain dari golongan syiah Rafidah.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan