Begini Cara Mandi Besar yang Benar dan Sunnah-sunnahnya! 

Cara Mandi Besar yang Benar

“Eh…. adus gede iku kudu nggae sampo ta?”. Sebuah pertanyaan yang dilontarkan kepada teman saya saat liburan Ramadan kemari. Setelah mendengar cerita ini, saya berniat untuk menjelaskan bagaimana tata cara mandi besar yang benar. Dengan harapan tidak ada pemahaman seperti keharusan menggunakan sampo saat mandi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Pengertian Mandi Besar

Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya “Fathul Mu’in” menjelaskan pengertian mengenai mandi besar.

“وَ الطَّهَارَةُ الثَّانِيَةُ : الغُسْلُ هُوَ لُغَةً : سَيْلَانُ المَاءِ عَلَى الشَّيْءِ. وَشَرْعًا: سَيْلَانُهُ عَلَى جَمِيْعِ البَدَنِ بِالنِّيَةِ”

“Cara bersuci yang ke dua adalah mandi. Mandi secara bahasa adalah mengalirkan air ke badan. Sedangkan secara syari’at, mandi adalah mengalirnya air ke semua anggota badan dengan adanya niat”

Dari pengertian ini sudak bisa kita fahami bahwa hanya air yang kita perlukan untuk melakukan mandi besar. Tidak wajib menggunakan sabun dan sampo seperti yang telah disalah fahami.

Hal yang Harus Dipenuhi Saat Mandi Besar

Masih dalam kitab Fathul Mu’in, Fardu-fardu Mandi ada dua. Pertama berupa Niat dan yang ke dua Meratakan Air ke seluruh badan.

Niat sendiri memiliki arti keinginan untuk melakukan pekerjaan bersamaan dengan mengerjakannya. Karena pengertian mandi besar secara istilah adalah mengalirnya air ke anggota badan, niat pun harus dilakukan bersamaan dengan mengalirnya air ke anggota badan.

Baca Juga:  Ketentuan Tayamum Di Kursi Kendaraan, Cukupkah Jika Hanya Menggunakan Debu Pada Kursi?

Adapun niat yang harus diucapkan di dalam hati memiliki banyak versi. 

نَوَيْتُ أَدَاءَ فَرْضِ الغُسْلِ.

نَوَيْتُ رَفْعَ الحَدَثِ.

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلحَدَثِ اْلأَكْبَرِ مِنَ اْلِجنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى.

Lantas bagaimana ketika kita berniat pada waktu membasuh badan dan sudah membasuh badan yang lain?.

Imam Zainuddin Al-Malibari menjelaskan,

فَلَوْ نَوَى بَعْدَ غَسْلِ جُزْءٍ وَجَبَ إِعَادَةُ غَسْلِهِ

“Maka, Ketika seseorang berniat setelah membasuh bagian anggota, dia wajib mengulangi basuhan yang tidak bersamaan dengan niat”

Karena mandi besar tidak disyaratkan secara terus-menerus -kalau dalam bahasa kitab muwalah-, boleh seandanya kita mandi (besertaan niat) hanya setengah badan, kemudian tidur, lalu lanjut mandi tanpa adanya niat di mandi ke dua.

Lanjut fardu ke dua.

Untuk anggota yang wajib terbasuh oleh air adalah; kulit, kuku, bagian bawah kuku, rambut bagian luar dan dalam -meskipun rambut lebat-, telinga, vagina yang terlihat saat buang hajat dalam posisi jongkok, lipatan badan dan bagian dalam kulit kulup.

Sedangkan anggota yang tidak wajib dibasuh adalah; bagian dalam rambut yang terikat dengan sendirinya, rongga mulut dan rongga hidung.

Baca Juga:  Kapan Batas Waktu Mandi Wajib, Bolehkah Ditunda-tunda?

Kewajiban untuk meratakan air ke seluruh anggota badan ini hanya bersifat praduga. Dengan arti kita tidak wajib untuk benar-benar meneliti secara mendetail apakah air sudah merata ke seluruh bagian tubuh. Kita hanya cukup berprasangka bahwa air telah merata ke seluruh tubuh.

Sunnah-sunnah Mandi Besar

Mengenai sunnah-sunnah mandi besar, imam Abu Sujak hanya mencantumkan lima kesunnahan saja dalam kitab Taqrib.

“وَسُنَنُهُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: ‌التَّسْمِيَةُ وَالوُضُوْءُ قَبْلَهُ وَإِمْرَارُ اليَّدِ عَلَى الجَسَدِ وَالْمُوَالَاةُ وَتَقْدِيْمُ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى”

“Kesunnahan mandi ada lima. Membaca bismillah, melakukan wudu sebelum mandi, menggosok badan, melakukan secara terus-menerus dan mendahulukan anggota bagian kanan daripada anggota bagian kiri.”

Namun, ketika kita membuka kitab-kitab besar, sunnah mandi tidak hanya lima. Masih banyak lagi, diantaranya adalah:

  1. Menghilangkan kotoran yang suci sebelum mandi seperti mani.
  2. Menghilankan najis sebelum mandi seperti mazi.
  3. Kencing sebelum mandi.
  4. Berkumur.
  5. Istinsyaq (mengihirup air agar masuk ke rongga hidung sampai kepangkal hidung).
  6. Menyela-nyela rambut.
  7. Taslis (melakukan basuhan sebanya tiga kali).
  8. Memperhatikan lipatan-lipatan tubuh seperti ketiak, pusar dan telinga.
  9. Memperhatikan pangkal rambut.
  10. Menghadap kiblat.
  11. Tidak berbicara ketika tidak ada hajat.
  12. Tidak mengeringkan tubuh kecuali membutuhkan.
Baca Juga:  Lupa Tidak Membaca Niat saat Mandi Junub, Bagaimana Sebaiknya?

Etika Saat Mandi

Saat mandi di tempat umum, hendaknya kita mengunakan telesan (pakain yang digunakan saat mandi). Karena kita memiliki kewajiban untuk menjaga aurat kita supaya tidak dilihat orang lain. dan juga, kita harus menjaga pandangan supaya terhindar dari melihat aurat yang tidak boleh kita lihat.

Selain itu, kita juga harus menggunakan air sebutuhnya saja. Tidak perlu hanya gara-gara mandi besar sampai menghabiskan satu bak mandi. Padahal ketika mandi biasa tidak sampai seperti itu.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai tata cara mandi besar yang benar, semoga bermanfaat!

Referensi:

  • Fathul Mu’in karangan Zainuddin Al-Malibari
  • I’anatut Tholibin karangan Abu Bakar Satho Ad-Dimyati
  • Taqrib karangan Abu Suja’
  • Al-Baijuri karangan Ibrohim Al-Baijuri

Penulis: Muhammad Naufal Najib Syi’bul Huda (Mahasantri Abadi An-Nur II “Al-Murtadlo”)

Redaksi