Pecihitam.org – Kiai karismatik Nahdlatul Ulama (NU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) mengaku jika ada pejabat negara, termasuk anggota DPRD yang merasa bersyukur atas amanat yang diembannya.
Menurut Mustayar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, menjalankan amanat bukan hal yang mudah.
“Makanya agak aneh kalau ada pejabat atau anggota DPR syukuran itu agak aneh, karena mereka bukan mendapatkan sesuatu yang menggembirakan. Amanat itu berat sekali,” kata Gus Mus, dikutip dari NU Online, Minggu, 3 Mei 2020.
Kiai Gus Mus mengatakan, amanat itu menjaga hak orang, sementara hak orang tersebut harus diberikan.
“Menunaikan amanat merupakan kewajiban agama, sosial, dan kemanusiaan. Oleh karena itu, ketika seseorang dipercaya mengemban amanat, maka tidak boleh menyalahinya,” ujarnya.
Seorang pejabat atau anggota dewan misalnya, kata Gus Mus, mereka harus menjaga amanat rakyatnya.
“Begitu dia (pejabat atau anggota dewan) menggunakan (amanat) sedikit saja bukan untuk rakyat, itu sudah menyalahi amanat,” ujarnya.
Pengasuh pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu juga mengungkapkan saat KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi presiden. Gus Mus bersama sejumlah kiai menjadi rombongan pertama yang diundang ke istana negara.
Ketika itu, saat yang lain menyampaikan ucapan selamat, Gus Mus malah menyatakan belasungkawa kepada Gus Dur karena mengemban amanat sebagai presiden.
Saat Gus Dur mendengar ucapan belasungkawa dari Gus Mus, Gus Dur malah senang, bahkan meminta kepada Gus Mus untuk mendoakannya.
“Karena itu amanat berat. Bukan hanya amanat itu dipertanggungjawabkan di dunia, tapi juga di akhirat,” ucapnya.
Lebih lanjut Gus Mus mengutip ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang amanat, yakni Surat Al-Ahzab ayat 72 yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
“Orang mau menerima amanat, tapi tidak melaksanakan dengan sebenar-benarnya, itu bentuk daripada bentuk-bentuk kemunafikan. Munafik kan iyo, iyo, tapi ora iyo. Enggih, enggih, tapi tidak kepanggih,” ucapnya.