Kewalian, Kalam Hikmah dan Karomah Imam Asy Syadzili

Kewalian, Kalam Hikmah dan Karomah Imam Asy Syadzili

Pecihitam.org – Tidak dapat dipungkiri bahwa para waliyullah senantiasa memiliki karomah tersendiri yang dianugrahi Tuhan kepadanya, termasuk adanya karomah yang dimiliki Imam Asy-Syadzili

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili bernama lengkap ‘Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz. Jika diteruskan maka nasab Imam Asy-Syadzili akan sampai kepada Saydina Hasan bin Saydatina Fathimah binti Rasulillah SAW.

Abu Hasan Asy-Syadzili adalah seorang ulama sufi yang sangat terkenal pendiri Thariqat Syadziliyah, salah satu thariqat sufi yang mu’tabar didunia. Beliau lahir di desa Ghumarah, dekat daerah Sabtah, sekarang Afrika Utara, Maroko. Pada tahun 593 H/ 1197 M.

Menghabiskan masa kecilnya dengan menghafal al-qur’an dan mempelajari ilmu syari’at di desa kelahirannya. Setelah mantap dalam ilmu fiqih lahiriyah kemudian beliau mendalami ilmu kerohanian yang tinggi.

Memiliki hasrat yang sangat kuat untuk medekatkan diri kepada Allah SWT sampai-sampai beliau memutuskan untuk merantau ke Negara Iraq, negeri yang merupakan pusat peradaban Islam dan kota tujuan setiap penuntut ilmu. Disamping itu Iraq juga merupakan tempat para ahli ilmu dunia, pusat tokoh-tokoh terkemuka dalam bidang fiqh, hadist, dan tasawuf disaat itu.

negeri Iraq waktu itu juga merupakan kawasan para ahli sufi dan orang-orang shaleh. Disana beliau berjumpa dengan Syekh Shalih al-Wasithi.

Syekh Shalih berpesan kepada Abu Hasan untuk kembali kenegeri asalnya karena Wali Quthub yang dicarinya ada disana, bukan di Iraq. Akhirnya Abu Hasan pun kembali ke negeri asalnya yakni Maroko dan bertemu dengan Syekh Shiddiq al-Quthb al-Ghauts Abi Muhammad Abdussalam bin Masyisy al-Maghribi, lalu Abu Hasan berguru kepada Beliau.

Dibawah bimbingan sang Mursyid inilah Imam Asy-Syadzili membersihkan dirinya lahir dan bathin. Beliau menetap dan berkhidmat kepada sang Mursyid yakni Syekh Abdussalam al-Masyisy selama beberapa hari lamanya.

Baca Juga:  Mohammad Natsir; Menghidupkan Pendidikan Islam dari Zakat

Imam Asy-Syadzili meninggal dunia pada tahun 656 H bertepatan dengan 1258 M dan dimakamkan di Humaitsara.

Beberapa Karomah Imam Asy-Syadzili

* Allah menganugerahkan kunci seluruh Asma-Asma kepada beliau, sehingga seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau (untuk menulis ilmu-ilmu beliau) mereka akan lelah dan letih, sedangkan ilmu beliau belum habis.

* Nabiyulloh Khidir as mendatangi Imam Asy-Syadzili ketika beliau Masih berusia enam tahun untuk menetapkan “wilayatul adzimah” kepadanya (menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan tinggi).

* Memiliki akhlak yang sangat terpuji, mudah dalam menolong sesama. Sifat Kedermawan yang dimilikinya semenjak usia kanak-kanak sampai ketika berumur enam tahun telah mengenyangkan penduduk Tunisia yang kelaparan, dengan uang yang berasal dari alam ghoib (pemberian langsung dari Allah kepada beliau).

* Tidak pernah putus menjumpai Lailatul Qodar semenjak usia baligh hingga wafatnya. Sehingga beliau pernah berkata :

“Apabila Awal Puasa ramadhan jatuh pada hari Ahad maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 29, bila Awal Puasa itu hari Senin maka Lailatul Qodarnya malam 21, jika awal puasa pada hari Selasa maka Lailatul Qodarnya malam 27.”

“Jika awalnya pada hari Rabu Lailatul Qodarnya malam 19, bila awalnya pada hari Kamis maka Lailatul Qodarnya malam 25, awal puasa pada hari jum’at maka Lailatul Qodarnya pada malam 17 dan bila awalnya pada hari Sabtu maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam ke-23”.

* Atas izin Allah, Beliau mampu mengetahui isi hati manusia, doa beliau Mustajabah (dikabulkan oleh Allah SWT), pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya, menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh dan mampu memperlihatkan ka’bah dari Mesir.

Baca Juga:  Biografi Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, Pendiri Jamiyyah NU dan Pahlawan Nasional

* Senantiasa berjumpa dengan Rasulullah SAW selama 40 tahun lamanya. Tak pernah putus dan terhalang pandangannya dari Rasulullah SAW walau sekejap mata.

* Allah SWT membukakan pandangan bathinnya sehingga beliau dapat melihat lembaran buku murid-muridnya baik yang langsung berbai’at kepada beliau maupun bagi orang-orang setelah masa beliau sampai akhir zaman yang masuk kedalam thariqatnya, padahal ukuran lembaran itu adalah sejauh mata memandang.

* Murid-murid yang berada dibawah asuhan beliau akan terbuka hijab dalam waktu yang sebentar saja.

* Menyusun banyak hizib (doa) dalam laku thariqat, diantaranya Hizb An-Nashr, Hizb Bahr, Hizb Barr, Hizb Andarun Hizb tawasul dan lainnya.

Beberapa Kalam Hikmahnya

* Siapa yang menunjukkan/membawa dirimu kepada dunia, maka ia akan membinasakan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia akan menyulitkanmu dan siapa yang menunjukkan dirimu kepada Allah Ta’ala maka ia akan menjadi pembimbing (Mursyid) mu”

* Tenanglah selama kau berada di bawah perjalanan takdir, kerana sejatinya takdir itu adalah awan yang berjalan.

* Zuhudlah kamu terhadap dunia dan bertawakallah kepada Allah. Karena zuhud adalah pangkal dalam setiap amal kebajikan dan tawakal adalah pokok puncak dalam ahwal.

* Tidak akan sempurna Maqam Ilmu seseorang sehingga dia diuji dengan 4 macam ujian: pertama: cacian para musuh, kedua: hinaan dan tantangan dari kerabat dekat, ketiga: tikaman yang datang dari orang-orang jahil dan keempat: iri dengki dari Ulama Suu’.

* Masalah tersebesar bagi manusia ada dua perkara. Pertama: mencintai dunia dan kedua: pasrah dalam kejahilan dirinya. Karena cinta dunia merupakan sumber segala dosa besar, sedangkan mempasrahkan diri berada dalam kejahilan adalah merupakan sumber segala kedurhakaan”.

Baca Juga:  Syaikh Abdullah al-Bawardi; Pandai Besi yang Menjadi Seorang Sufi

* Imam Asy-Syadzili pernah bercerita, aku berkata disaat sedang dalam suatu perjalanan: “Wahai Tuhanku, kapankah kiranya aku dapat menjadi hamba yg banyak bersyukur kepada-Mu?” Kemudian beliau mendengar suara: “Iaitu apabila kamu beranggapan bahwa tidak ada org lain yg diberi nikmat oleh Allah melainkan hanya dirimu saja”.

Aku belum paham maksud ungkapan itu, maka aku pun kembali bertanya: “Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku dapat berpendapat demikian, sementara Engkau telah memberikan nikmat-Mu kepada Para Nabi, Ulama dan Para Penguasa”.

Suara itu menjawab: “Andaikata tidak ada Para Nabi, maka kamu tidak akan terpetunjuk, bila tidak ada Para Alim Ulama, maka kamu tidak akan menjadi org yg taat dan jika saja tidak ada para Penguasa, maka kamu tidak akan memperoleh keamanan. Ketahuilah yang bahwa kesemuanya itu merupakan nikmat yg Aku berikan utkmu”.

Demikian sekilas tentang kewalian dan karomah seorang Imam Asy-Syadzili, semoga bermanfaat bagi pembaca dalam menekuni ilmu agama Islam yang terdiri dari Syari’at, Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat. Amiin!, Wallahu a’lam bisshawaab!

Disarikan dari Kitab Tanwirul Ma’ali manaqibi Ali bin Abil Hasan Asy Syadzili, karya Syaikh Muhammad Nahrowi bin Abdurrahman, Magelang. Dan dari beberapa sumber lainnya.

Muhammad Haekal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *