Arsitektur Masjid dalam Historiografi Kebudayaan Islam

arsitektur masjid

Pecihitam.org – Masjid merupakan struktur bangunan yang paling penting di mana berbagai corak seni dan arsitektur Islam tercipta di sana. Masjid juga menjadi bidang kegiatan pembangunan paling awal yang dilakukan umat Islam. Ketika kita membahas tentang arsitektus masjid, kita harus ingat akan peran sentral masjid dalam kebudayaan Islam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Di setiap komunitas muslim di seluruh dunia, masjid merupakan struktur paling sentral dari putaran kehidupan. Masjid bahkan menampung kegiatan yang bukan saja sebatas perkara peribadatan.

Sruktur dan dekorasi yang digunakan di dalam masjid di seluruh dunia juga bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Kekayaan akan variasi struktur dan dekorasi ini dapat kita buktikan ketika kita melihat perbedaan dekorasi masjid-masjid yang ada di Asia, Afrika, Eropa, dan Timur Tengah.

Nabi Muhammad dan para pengikutnya menggunakan tempat suci di Mekah di mana di sana terdapat Ka’bah, yang merupakan bangunan tempat penyembahan semenjak masa pra Islam yang dianggap sebagai rumah Tuhan. Umat Islam biasanya mengaitkan pembangunan Ka’bah dengan nenek moyang para Nabi, Ibrahim dan Ismail.

Ketika Nabi Muhammad pindah ke Madinah, salah satu hal yang beliau lakukan adalah mendirikan tempat sederhana untuk sembahyang. Meskipun pembangunan masjid adalah kegiatan yang paling awal yang dilakukan oleh umat Islam, akan tetapi corak dan desain arsitektur masjid berkembang dari waktu ke waktu seiring interaksi umat Islam dengan berbagai kebudyaan lain.

Ketika kekhalifahan Islam mulai muncul, kota-kota baru pun didirikan, Baghdad misalnya didirikan pada abad ke-2 oleh khalifah Dinasti Abbasiyah, al-Mansur (w. 158 H).

Baca Juga:  Indahnya Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama

Bersamaan dengan berdirinya kota-kota baru itu, maka masjid pun seringkali dibangun dan ditempatkan di tengah pusat kota dan dekat dengan kediaman penguasa. Pola pembangunan masjid jami’ yang ada di Indonesia pun juga mengikuti pola sebagaimana yang ada di masa-masa awal perkembangan Islam.

Mengingat bahwa shalat merupakan salah satu dari rukun Islam, maka masjid memainkan peranan yang sangat mendasar dalam kehidupan umat Islam. Namun demikian, pada hakikatnya, setiap tempat di mana saja orang bisa shalat itu juga merupakan masjid. Sebagaimana ada hadits yang menerangkan bahwa seluruh tempat di bumi ini dianggap sebagai tempat shalat (masjid).

Meskipun secara umum kita diperbolehkan untuk melakukan shalat di mana saja asalkan tempatnya suci dan bersih. Namun masjid tetap memainkan peran yang sangat penting. Shalat-shalat tertentu, seperti shalat Jumat, harus dilakukan secara berjama’ah.

Bahkan shalat lima waktu, menurut Nabi di mana saja setiap muslim berada mereka diharapkan datang ke masjid untuk melakukan shalat berjama’ah, saling memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk bertemu secara berkala, sehingga mereka dapat saling mengenal satu sama lain.  

Shalat berjama’ah selalu menjadi bagian yang paling penting dalam praktik peribadatan Islam. Namun ini tetap tidak mengesampingkan diperbolehkannya shalat secara mandiri jika, dan ketika, keadaan memang menuntut demikian.

Oleh karena itulah, maka di kota-kota besar dan di negara-negara muslim banyak tempat-tempat shalat yang ukurannya lebih kecil (mushala, langgar, surau), atau masjid kecil, di samping ada juga masjid-masjid besar yang biasanya digunakan untuk melaksanakan shalat Jum’at dan shalat Ied.

Baca Juga:  Sosok Sayyidah Khodijah Radiallahu 'Anha di Sisi Rasulullah SAW

Boleh dibilang, arsitektur masjid sangat berhubungan erat dengan praktik shalat. Contoh yang paling umum dan simbolik dalam hal ini adalah adanya menara yang digunakan untuk tempat Toa untuk menyerukan adzan agar lebih terdengar oleh masyarakat.

Selain itu, masjid bagian dalam mengarah ke kiblat, dan ada garis-garis pedoman yang digunakan oleh para jama’ah untuk meluruskan barisan shaf ketika shalat.

Konsekuensinya, masjid harus memiliki ruang interior yang cukup luas, biasanya berbentuk persegi panjang. Di samping itu, ada tempat khusus yang disebut mihrab (ceruk) yang disediakan bagi imam untuk memimpin shalat berjama’ah.

Seiring berjalannya waktu, bangunan masjid menjadi semakin berkembang, dari awal mulanya berupa masjid Nabi yang sangat sederhana di Madinah. Hingga menjadi monument arsitektur yang sangat megah dan indah di berbagai belahan dunia muslim, di Indonesia, Turki, Iran, Eropa, dan tempat-tempat lain. Masjid telah menjadi simbol pencapaian umat Islam dalam estetika keindahan dan arsitektur Islam.

Umumnya, area pokok masjid mencakup pintu masuk, menara, dan halaman (serambi). Keberadaan dan gaya halaman masjid biasanya mengacu kepada iklim lokal dan keadaan giografis.

Di masjid-masjid yang lebih besar, seperti di berbagai kota, halaman atau serambi masjid menjadi tempat di mana orang-orang dapat berkumpul duduk santai dan mengobrol seputar isu apa saja mulai dari agama maupun non-agama.

Bagian bangunan masjid yang sangat penting juga meliputi tempat wudhu, kubah yang menjadi perangkat akustik masjid, dan mimbar yang merupakan tempat di mana khatib memberikan khutbah ketika shalat Jum’at. Tempat wudhu merupakan fasilitas yang penting mengingat wudhu adalah kewajiban sebelum shalat.

Baca Juga:  Para Ulama Ini Memberi Peringatan Keras untuk Tidak Mengeluarkan Fatwa Tanpa Ilmu yang Cukup

Pada periode awal Islam, banyak masjid-masjid besar yang memiliki bentuk aliran air yang berbeda-beda di tempat wudhunya. Kadang-kadang toilet dan fasilitas serupa lainnya dipisahkan dari masjid.

Hal ini didasarkan pada pertimbangan kesucian masjid, sehingga fasilitas semacam itu harus diletakkan dengan cermat dan agak jauh demi menjaga kesucian masjid sebagai tempat melaksanakan shalat.

Orientasi interior masjid yang menghadap ke kiblat juga merupakan ciri penting dari desain arsitektur masjid. Arah kiblat ditunjukkan melalui ceruk di bagian depat sebagai tempat pengimaman. Atau ketika tidak ada ceruk seperti itu, biasanya ada garis di atas lantai, atau ada dekorasi di bagian depan sebagai penanda tempat pengimaman, yang seringkali arahnya membelakangi arah pintu masuk masjid.

Masjid, dengan demikian, merupakan salah satu ciri khas dari seni Islam yang mewarnai historiografi kebudayaan Islam. Dalam berbagai bentuknya, sejarah perkembangan umat Islam sama sekali tidak bisa dilepaskan dari masjid. Dari masa ke masa, masjid menjadi tempat berkumpul, beribadah, dan melakukan hal-hal besar untuk kemakmuran umat Islam.

Rohmatul Izad