Biografi Imam Al Humaidi: Guru Para Ahli Hadits

Biografi Imam Al Humaidi Guru Para Ahli Hadits

PeciHitam.org – Nama lengkapnya adalah al-Hafidz Abdullah bin az-Zubair bin Isa bin Ubaidillah bin Usamah bin Abdullah bin Humaid bin Zuhair bin al-Harits bin Asad bin Abdul Izzi. Ada yang mengatakan Ibnu Isa bin Abdullah bin az-Zubair bin Ubaidillah bin Humaid al-Qurasyi al-Asadi al-Humaidi al-Makki. Ada juga yang mengatakan bahwa kakeknya adalah Isa bin Abdullah bin az-Zubair bin al-Humaid al-Imam al-Hafidz al-Faqih Syaikh al-Haram Abu Bakr al-Qurasyi al-Asadi al-Humaidi al-Makki.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Al-Qurasyi nisbah kepada suku Quraisy. Al-Asadi nisbah kepada Bani Asad yang merupakan nama dari beberapa kabilah Asad bin Abdul Izzi bin Qushay bin Quraisy. Al-Humaidi adalah nisbah kepada Humaid, yaitu kabilah dari suku Asad bin Abdul Izzi bin Qushay. Al-Makki adalah penisbatan kepada kota Mekkah, karena Imam al-Humaidi tinggal, belajar, memberi fatwa di Mekkah dan merupakan akhir dari perjalanannya hingga beliau wafat.

Imam al-Humaidi diperkirakan lahir di akhir tahun 170 H. Karena guru beliau yang tertua adalah Muslim bin Khalid az-Zanji wafat tahun 180 H (lihat, Tahdziibut-Tahdziib [X/129]).

Imam al-Humaidi tumbuh di masa munculnya banyak ulama yang terkenal di bidang ilmu hadits, yaitu pada abad kedua hijriyah. Diantara ulama yang terkenal di masa itu adalah Abdullah bin al-Mubaarak (w. 181 H), Waki’ bin al-Jarrah (w. 197 H), Sufyan bin Uyainah, Abdurrahman bin Mahdi dan Yahya bin al-Qaththan (w. 198 H) (lihat, Muqaddimah Ibni Khaldun [279]).

Imam al-Humaidi banyak mengambil faedah dari aktifitas ilmiah yang beliau lakukan pada saat itu. Beliau mulai mengembara ke tempat para ulama lain untuk menuntut ilmu, antara lain ke Baghdad dan Mesir yang saat itu kedua negeri ini terdapat markas-markas penting yang merupakan markas ilmu dan pengetahuan. Ibnu Hidayah menyebutkan Imam al-Humaidi mengembara bersama Imam asy-Syafi’i dari Mekkah ke Baghdad dan Mesir. Kemudian belajar kepada Imam asy-Syafi’i hingga Imam asy-Syafi’i wafat (204 H). Lantas kembali ke Mekkah dan menjadi mufti di sana hingga wafat (lihat, Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah karya Ibnu Hidayah [15]).

Baca Juga:  Ketika Imam at Thabari di Tuduh Syiah dan Atheis Bagian 2

Imam al-Humaidi banyak menimba ilmu dari para ulama muhaddits senior pada jamannya. Kepada Sufyan bin  Uyainah (w. 198 H) selama kurang lebih 17 tahun dan mampu menghafal hadits darinya sebanyak 10.000 hadits beserta riwayat dan sanadnya. Ini merupakan metode yang dipakai di kalangan ulama generasi pertama dan yang terbaik dan paling shahih dalam menuntut ilmu dan pengetahuan.

Guru-guru Imam al-Humaidi yang lain yaitu Abu Ishaq Ibrahim bin Sa’ad bin Ibrahim al-Qurasyi al-‘Aufi (w. 183 H), Abu Dhamrah Anas bin Iyadh al-Laitsi al-Madani (w. 200 H), Abu Abdillah Bisyr bin Bakr al-Bajali ad-Dimasyqi at-Tunisi (w. 205 H), Abu Usamah Hammad bin Usamah bin Zaid Al-Kufi (w. 201 H), Abdurrahman bin Sa’ad al-Muadzdzin, Abu Tamam Abdul Aziz bin Abi Hazim al-Madani (w. 184 H), Abu Abdus Shammad Abdul Aziz bin Abdus Shammad al-‘Ama (w. 187 H), Abu Muhammad Abdul Aziz bin Muhammad ad-Darawardi (w. 187 H), Abdullah bin al-Harits al-Jumahi, Abdullah bin al-Harits al-Makhzumi, Abu Imran Abdullah bin Raja’ al-Makki al-Bashri (w. 218 H), Abdullah bin Sa’id al-Umawi, Abdullah bin Yarfa’ al-Madani, Ali bin Abdul Hamid bin Ziyad, Umar bin Ubaid Al-Khazzaz, Faraj bin Sa’id al-Ma’ribi, Abu Ali Fudhail bin Iyadh at-Tamimi (w. 187 H), Abu Raja’ Qutaibah bin Sa’id al-Balkhi (w. 240 H), Abu Abdillah Muhammad bin Ubaid ath-Thanafisi (w. 204 H), Abu Abdillah Marwan bin Mu’awiyah al-Fazzari al-Kufi (w. 193 H), Abu Khalid Muslim bin Khalid az-Zanji (w. 179 H), Abu Sufyan Waki’ bin al-Jarrah ar-Ra’asi (w. 197 H), Abul Abbas al-Walid bin Muslim ad-Dimasyqi (w. 194 H) dan Abu Yusuf Ya’la bin Ubaid ath-Thanafisi (w. 209 H) (Lihat Tahdziibul-Kamaal [XIV/514], Siyaru A’laamin-Nubalaa’ [X/616], Tahdziibut-Tahdziib [V/215], Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah karya As-Subkiy [II/140], dan buku-buku biografi lain yang telah disebutkan sebelumnya.).

Baca Juga:  Biografi Singkat Abuya Sayyid Muhammad Alawi al Maliki

Imam al-Humaidi banyak mendapat pujian dari para ulama karena beliau adalah salah seorang Huffadz dan Muhaddits yang terkenal jujur, zuhud, faqih, tsiqah, kuat hafalannya serta shalih. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal dan Ishaq bin Rahawaih menyatakan bahwa al-Humaidi adalah seorang Imam (dalam bidang hadits) (Tahdziibul-Kamaal [XIV/513] dan Al-‘Ibaar [I/297]), selain Imam asy-Syafi’i dan Imam Abu Ubaid. Al-‘Abbadi mengatakan Imam al-Humaidi adalah Syaikhul Haram pada jamannya, pembela Ahlus Sunnah, dan tempat rujukan untuk memecahkan semua kesulitan. Posisinya di kalangan penduduk tanah Haram seperti posisi Imam Ahmad bin Hanbal di kalangan penduduk Iraq.

Para ulama hadits terkemuka banyak mengambil ilmu dari Imam al-Humaidi. Dan yang paling terkenal diantara mereka adalah Imam al-Bukhari (w. 256 H). Al-Bukhari mencantumkan dalam kitab Shahih-nya sebanyak 75 hadits dari beliau. Imam Muslim meriwayatkan satu hadits dari beliau yang beliau cantumkan dalam muqaddimah kitab Shahih-nya. Termasuk ulama hadits yang mengambil hadits dari beliau adalah Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan lain-lain lewat perantaraan seorang perawi dari beliau (Lihat Syadzdzaratudz-Dzahab [II/46]).

Baca Juga:  Syaikh Mahfudz at Turmusi, Ulama Nusantara yang Diakui Dunia (Bagian 2)

Diantara kitab karya Imam al-Humaidi adalah Kitab al-Musnad, dicetak dengan tahqiq Habiburrahman al-A’dzami, banyak tersebar di majelis ilmu di India. Hadits-hadits dan atsar yang tercantum dalam kitab ini berjumlah 1.390 hadits. Kemudian Kitab ad-Dalail, Kitab at-Tafsir, Kitab ar-Radd ‘ala an-Nu’man dan Ushul as-Sunnah.

Imam al-Humaidi wafat pada pagi hari Senin bulan Rabi’ul Awwal tahun 219 H di Mekkah (At-Taariikh Ash-Shaghiir karya Al-Bukhariy [II/339]).

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *