Dinamika Politik Pesantren di Kancah Nasional

Dinamika Politik Pesantren di Kancah Nasional

Pecihitam.org – Sejak pasca reformasi 1998, geliat politik pesantren terlihat semakin marak mewarnai panggung perebutan kekuasaan. Hal ini melibatkan aktor kyai-santri dalam konteks politik praktis dan merupakan bagian kecil dari konfigurasi politik nasional. Paling tidak, fakta ini telah banyak menyita perhatian publik karena ketokohan kyai di beberapa daerah dikenal luas sebagai agen intelektual dan pendidik moral umat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menurut Gaffar (2018), pesantren sering dijadikan dalil argumentatif dan afirmatif bagi politikus dalam merebut kekuasaan. Dalam berbagai pemilu, tidak sedikit calon kandidat yang memberikan bantuan ke pesantren agar mendapat dukungan dari kyai yang merupakan otoritas paling tinggi di pesantren.

Bagi politikus misalnya, kampanye dengan melibatkan pesantren dianggap sangat taktis dan strategis untuk meraup simpati masyarakat. Dibilang taktis karena sebagian besar masyarakat, terutama yang di Pulau Jawa pernah nyantri di beberapa pondok pesantren. Dianggap strategis karena di kalangan tertentu, pesantren mempunyai otoritas fatwa politik yang mampu menjadi magnet untuk meyakinkan masyarakat, terlebih bagi aluminya sendiri.

Berkampanye di pesantren memang masih menjadi polemik, apakah pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan boleh dimasuki oleh politisi untuk berkampanye? Dengan tidak menjawab pertanyaan ini pun, kita sudah tahu bahwa keberadaan pesantren sejauh ini sudah menjadi mesin pabrik dalam berkampanye, khususnya dalam menyerap aspirasi dan suara masyarakat.

Baca Juga:  Pengobatan ala Rasulullah, Anggapan Simbol Kesalehan dan Standar Syariat

Salah satu faktor mengapa pesantren memiliki peranan penting dalam perpolitikan nasional adalah karena pesantren merupakan salah satu pemicu terwujudnya kohesi sosial. Peranan semacam ini diperoleh karena pesantren selalu hadir dalam sifat keterbukaannya, misalnya dengan semangat kesederhanaan, kekeluargaan, dan kepedulian sosial.

Para kyai umumnya selalu memiliki orientasi politik yang jelas dengan menjujung tinggi nilai-nilai keislaman yang khas dalam kultur pesantren. Jadi keberadaan pesantren yang diwakili oleh kyai-santri, sebetulnya sangat jarang bersikap netral.

Orientasi politik yang jelas itu dimaksudkan semata-semata agar masyarakat di sekitarnya tidak bingung dalam memilih pemimpin dan bukan orientasi politik yang sifatnya pragmatis atau menguntungkan pesantrennya sendiri.

Di lain hal, ada pula sebagian masyarakat yang justru mengharuskan jajaran pemimpin pesantren untuk berpartisipasi dalam politik praktis. Mereka menganggap, satu-satunya pemimpin yang adil dan bijaksana hanya bisa dilahirkan dari pesantren. Juga, keputusan kyai dianggap sangat berperan besar dalam mewujudkan tujuan politik yang berkeadilan.

Baca Juga:  Munculnya Muballigh Pop dan Ustadz Provokator, Bukti Hilangnya Keilmuan

Masyarakat yang sepakat dengan partisipasi pesantren di ranah politik beranggapan bahwa posisi kyai sangat sentral dalam membimbing masyarakat agar lebih dewasa dan menjaga agar tatanan pemerintahan menjadi bersih.

Hemat saya, keberadaan pesantren dalam suksesi demokrasi sebenarnya mempunyai fungsi yang sangat integral, misalnya bisa berupa perekat rasa persaudaraan, solidaritas umat, kepedulian sosial maupun kebangsaan, dan penghayatan intensif atas hakikat ajaran agama dan kesederhanaannya, yang semuanya berpijak pada prinsip moderasi Islam.

Pesantren seyogyanya sangat diperlukan dalam mengawal demokrasi. Seperti menjaga keseimbangan perbedaan pendapat dalam berpolitik, sebab pesantren banyak mendapat simpati dari masyarakat, khususnya para alumninya. Selain itu, pesantren melalui para kyai harus mampu menghadirkan demokrasi yang bermartabat kepada masyarakat dengan mempertahankan sifat independensinya.

Keberadaan pesantren juga bisa menjadi pijakan dalam pendidikan moral politik, seperti penyuluhan penyadaran politik kepada masyarakat. Sehingga dapat melahirkan suatu pemikiran yang segar dan tindakan yang proporsional dalam melakukan sebuah langkah untuk memilih seorang memimpin.

Baca Juga:  Cinta Tanah Air Tidak Ada Dalilnya? Tunggu Dulu Bosss

Para kyai harus sadar betul dalam menggunakan pola pikir produktif dan inovatif dalam merespon seluruh isu politik dan bukan malah memicu konflik akibat egoisme kelompok. Dengan kata lain, posisi pesantren memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas penalaran sikap politik yang bermoral, serta diimbangi dengan peningkatan berupa apresiasi solutif bagi problem-problem yang ada, khususnya soal kebangsaan.

Sebab, para kyai dan ulama, memiliki peranan yang sangat besar dalam menstabilkan negara, baik di masa lampau maupun sekarang. Konsep negara-bangsa yang selama ini menjadi pijakan seluruh warga negara, sebagian besar dasar-dasarnya telah ditanamkan oleh para kyai. Karenanya, dinamika politik nasional, tidak pernah bisa melepaskan diri dari aktor-aktor pesantren yang selalu menjadi tombak bagi terciptanya tatanan politik yang sehat.

Rohmatul Izad

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *