Gus Dur, Dari Cerita-cerita Pendekar Silat Hingga Dawuh Kiai

Gus Dur dan Cerita Pendekar Silat

Pecihitam.org – Banyak orang sudah familiar dengan kisah Gus Dur sebagai juru humor, pecinta film, dan sederet cerita nyentrik lainnya. Akan tetapi, mungkin diantara mereka belum pernah ada yang mendengar perihal cerita yang satu ini, kesukaan Gus Dur dengan bacaan cerita-cerita silat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kisah ini saya nukil dari Greg Barton, penulis Biografi Gus Dur (2016). Diceritakan bahwa Gus Dur sangat menyenangi cerita-cerita tentang pendekar silat karangan dari penulis-penulis keturunan Cina ataupun terjemahan langsung dari bahasa China asli. Cerita silat biasanya berbentuk novel pendek sejumlah 15 jilid ataupun lebih dengan ukuran tipis-tipis.  

Cerita silat ini seringkali dianggap remeh karena bukan jenis karya sastra yang serius. Tapi jangan salah, seorang Eka Kurniawan, penulis novel Cantik Itu Luka, yang karyanya telah diterjemahkan di banyak bahasa asing dan mendapat berbagai penghargaan bergengsi itu juga seorang penikmat cerita silat seperti Gus Dur.

Dalam suatu kesempatan, salah satu sastrawan besar yang Indonesia punya itu, pernah menuturkan bahwa dalam proses kreatifnya sebagai penulis, sangat terpengaruh oleh cerita-cerita silat gubahan Kho Ping Ho. Eka sering menyebut salah satu karya paling populer dari Kho Ping Ho yang berjudul Bu Kek Sian Su (1973).

Jadi, jangan pernah sekali-kali merendahkan cerita-cerita pendekar silat. Konon, Gus Dur mengaku kalau dari bacaan cerita-cerita pendekar silat itu Gus Dur menjadi tahu filsafat bijak dari Cina. Bahkan dari filosofi-filosofi Cina itu turut membentuk cara berpikirnya.

Baca Juga:  Belajar dari Kisah Ibnu Hajar Al Asqalani

Dalam cerita-cerita silat, tema utama yang biasa diangkat adalah perihal kesetiaan murid kepada gurunya. Dalam kisah-kisah seperti itu, si murid belajar dari gurunya, baik pengembangan jiwa dan pembentukan karakter maupun keterampilan bersilat.

Dalam dunia cerita silat, kesetiaan kepada seorang guru dan tindakan mengejar kebajikan seringkali mengalami banyak cobaan, namun pada akhirnya menuai kemenangan. Dalam banyak hal, cerita tentang pendekar silat ini mirip dengan kehidupan yang ada dalam kehidupan pesantren.

Di pesantren, kesetiaan dan rasa hormat kepada sang guru (kiai), merupakan hal yang sangat sentral. Dalam dunia pesantren, pembentukan watak merupakan bagian terpenting dari pendidikan. Kemiripan-kemiripan ini barangkali yang kemudian menjadikan Gus Dur suka dengan cerita-cerita pendekar silat.

Baca Juga:  Mengenal Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Sufi Kelahiran Kalimantan

Ada sebuah pengakuan Gus Dur yang barangkali dapat mengonfirmasi keterpengaruhan Gus Dur dengan cerita-cerita silat. Suatu waktu Gus Dur ditanya tentang alasan Gus Dur hendak mencalonkan diri lagi menjadi presiden setelah pernah dilengserkan.

Gus Dur menjawab bahwa terkait dengan hal-hal seperti itu beliau hanya mengikuti perintah dari beberapa kiai sepuh di Nahdlatul Ulama’ (NU). Bahkan Gus Dur mengatakan kalau apapun yang diperintahkan oleh sang guru itu, Gus Dur akan melaksanakannya tanpa pertimbangan, misalnya pun termasuk diperintah masuk sumur.

Gus Dur itu sangat menarik, di satu sisi pemikirannya sangat modern, mengakui hak asasi manusia dan demokrasi. Namun, di sisi yang lain ia masih mengikuti tradisi sufistik pesantren seperti ziarah kubur maupun ketertundukan total dengan guru.

Baca Juga:  Daud ath-Tha'i, Waliyullah yang Hanya Punya Harta 20 Dinar dalam 20 Tahun

Percampuran itulah barangkali yang membuat kita semakin mafhum betapa dahsyatnya sosok Gus Dur itu. Padahal, kebanyakan orang yang mengimani pemikiran-pemikiran modern akan cenderung meninggalkan tradisi yang sering distigma irasional itu. Tapi itu tak berlaku untuk Gus Dur, ia mampu mengkombinasikan keduanya secara epik.

Demikianlah kisah Gus Dur dengan cerita-cerita pendekar silatnya. Dari bacaan itu, turut banyak memengaruhi cara berfikir Gus Dur. Dunia silat sangatlah dekat karakternya dengan kehidupan yang ada di pesantren, tempat dimana Gus Dur hidup. Wallahua’lam.