Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 136 – Kitab Wudhu ini, Imam Bukhari memberi judul dengan “menyempurnakan wudhu” hadis ini membahas tentang perjalanan Rasulullah ketika bergerak meninggalkan Arafah menuju Muzdalifa, sesampainya beliau di satu jalan di bukit beliau turun dari kendaraannya untuk buang air kecil.
Setelah itu beliau berwudhu dengan wudhu yang ringan. Dan melanjutkan kembali perjalanan, ketika tiba di Muzdalifa barulah beliau saw berwudhu dengan sempurna dan salat magrib. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 2 Kitab Wudhu. Halaman 26-28.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ دَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ عَرَفَةَ حَتَّى إِذَا كَانَ بِالشِّعْبِ نَزَلَ فَبَالَ ثُمَّ تَوَضَّأَ وَلَمْ يُسْبِغْ الْوُضُوءَ فَقُلْتُ الصَّلَاةَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ الصَّلَاةُ أَمَامَكَ فَرَكِبَ فَلَمَّا جَاءَ الْمُزْدَلِفَةَ نَزَلَ فَتَوَضَّأَ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ ثُمَّ أَنَاخَ كُلُّ إِنْسَانٍ بَعِيرَهُ فِي مَنْزِلِهِ ثُمَّ أُقِيمَتْ الْعِشَاءُ فَصَلَّى وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا
Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [‘Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Musa bin ‘Uqbah] dari [Kuraib] mantan budak Ibnu ‘Abbas, dari [Usamah bin Zaid] bahwa ia mendengarnya berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertolak meninggalkan ‘Arafah hingga setelah sampai di lembah (jalan di sisi gunung) beliau turun buang air kecil, kemudian beliau berwudlu namun dengan wudlu’ yang ringan. Aku lalu bertanya, “Apakah akan shalat wahai Rasulullah? ‘ beliau menjawab: “Shalat masih ada di depanmu.” Beliau lalu mengendarai tunggangannya hingga sampai di Muzdalifaah beliau turun dan wudlu’ secara sempurna, kemudian iqamah dikumandangkan, dan beliau pun melaksanakan shalat Maghrib. Kemudian orang-orang menambatkan unta-unta mereka pada tempatnya, lalu iqamat isya` dikumandangkan, beliau lalu mengerjakan shalat isya` tanpa mengerjakan shalat yang lain di antara keduanya.”
Keterangan Hadis: وقال ابن عمر (lbnu Umar berkata). Hadits tanpa silsilah periwayatan ini (hadits mu’allaq) telah dinukil oleh Abdurrazzaq berikut para periwayatnya dalam kitab Al Mushannaf, dimana silsilah periwayatnya adalah shahih. Hal ini termasuk menafsirkan sesuatu dengan hal yang menjadi konsekuensinya. Karena menyempumakan wudhu berkonsekuensi pada bersihnya anggota wudhu.
Telah diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir melalui silsilah periwayatan yang shahih, bahwa lbnu Umar mencuci kedua kakinya saat berwudhu sebanyak tujuh kali. Seakan-akan beliau benar-benar mencuci anggota wudhu ini melebihi dari yang lainnya karena kaki pada umumnya merupakan bagian yang bersentuhan dengan kotoran. Hal itu karena disebabkan kebiasaan mereka yang berjalan tanpa alas kaki, wallahu a ‘lam.
وَلَمْ يُسْبِغ الْوُضُوء (Namun tidak menyempurnakan wudhunya) maksudnya berlaku ringan dalam melakukan wudhu atau sekedamya saja. Hal ini seperti pembahasan pada bab terdahulu.
فَقُلْت الصَّلَاة (Akupun berkata, “Apakah kita akan shalat?”). Kata الصَّلَاة dibaca fathah yang mempunyai dua kemungkinan; Pertama, sebagai suatu anjuran, yakni alangkah baiknya kita shalat. Kedua, sebagai pertanyaan, yakni “Apakah engkau hendak melakukan shalat wahai Rasulullah?” Kemungkinan kedua ini diperkuat oleh perkataan Usamah sendiri dalam salah satu riwayat, أَتُرِيدُ الصَّلَاة (Akupun berkata, “Apakah engkau (Rasulullah) hendak melakukan shalat?”). Kata الصَّلَاة itu bisa juga dibaca dhammah, yakni, الصَّلَاة yang berarti حَانَتْ الصَّلَاة (telah tiba waktu shalat).
فَقَالَ الصَّلَاةُ أَمَامَكَ (Beliau menjawab, “Nanti di tempat perhentian didepan. “). Hal m1 merupakan dalil disyari’ atkannya wudhu agar senantiasa dalam keadaan suci, karena beliau SAW tidak melakukan shalat apapun dengan wudhu tersebut.
Sedangkan mereka yang mengatakan bahwa maksud wudhu di sini adalah istinja’ ( cebok), adalah pendapat yang salah berdasarkan perkataan Usamah riwayat lain, فَجَعَلْت أَصُبّ عَلَيْهِ وَهُوَ يَتَوَضَّأ (Maka akupun menuangkan air sedang beliau SAW berwudhu) Juga berdasarkan hadits di atas, وَلَمْ يُسْبِغ الْوُضُوء (Namun beliau tidak menyempurnakan wudhunya).
نَزَلَ فَتَوَضَّأَ فَأَسْبَغَ الْوُضُوء (Beliau SAW turun lalu berwudhu seraya menyempurnakan wudhunya) Di sini terdapat dalil disyariatkannya mengulangi wudhu tanpa harus diselingi dengan shalat. Akan tetapi Al Khaththabi berkata, “Perkataan ini masih perlu dipertanyakan, sebab mungkin Nabi SAW melakukan wudhu untuk yang kedua kalinya karena beliau SAW berhadats.”
Catatan
Air yang dipakai berwudhu pada saat itu adalah air zamzam. Keterangan tentang ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hambal dalam tambahan-tambahan beliau terhadap musnad bapaknya, dimana silsilah periwayatan yang beliau sebutkan mempunyai derajat hasan, dan riwayat itu berasal dari hadits Ali bin Abu Thalib. Hal ini merupakan sanggahan bagi mereka yang melarang menggunakan air zamzam selain untuk minum. Pembahasan selanjutnya tentang hadits ini akan dijelaskan pada bab Haji.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020