Hadits Shahih Al-Bukhari No. 575 – Kitab Adzan

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 575 – Kitab Adzan ini, Imam Bukhari memulai hadis ini dengan judul “Jaminan Keamanan dari Pertumpahan Darah Karena Adzan” Hadis dari Anas bin Malik  ini menjelaskan bahwa Nabi SAW apabila memerangi suatu kaum bersama kami, maka beliau tidak menyerang hingga datang waktu Subuh lalu memperhatikan; apabila beliau mendengar adzan maka heliau tidak menyerang mereka, sedangkan apabila beliau tidak mendengar adzan maka beliau menyerang mereka. Ia berkata, “Suatu ketika kami keluar ke Khaibar, dan kami sampai ke tempat mereka di malam hari. Ketika masuk waktu Subuh dan tidak terdengar suara adzan, maka beliau SAW naik (kendaraannya) dan aku pun naik di atas kendaraan dengan membonceng di belakang Abu Thalhah, dan sungguh kakiku telah menyentuh kaki Nabi SAW.” Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 4 Kitab Adzan. Halaman 37-38.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا غَزَا بِنَا قَوْمًا لَمْ يَكُنْ يَغْزُو بِنَا حَتَّى يُصْبِحَ وَيَنْظُرَ فَإِنْ سَمِعَ أَذَانًا كَفَّ عَنْهُمْ وَإِنْ لَمْ يَسْمَعْ أَذَانًا أَغَارَ عَلَيْهِمْ قَالَ فَخَرَجْنَا إِلَى خَيْبَرَ فَانْتَهَيْنَا إِلَيْهِمْ لَيْلًا فَلَمَّا أَصْبَحَ وَلَمْ يَسْمَعْ أَذَانًا رَكِبَ وَرَكِبْتُ خَلْفَ أَبِي طَلْحَةَ وَإِنَّ قَدَمِي لَتَمَسُّ قَدَمَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَخَرَجُوا إِلَيْنَا بِمَكَاتِلِهِمْ وَمَسَاحِيهِمْ فَلَمَّا رَأَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا مُحَمَّدٌ وَاللَّهِ مُحَمَّدٌ وَالْخَمِيسُ قَالَ فَلَمَّا رَآهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ خَرِبَتْ خَيْبَرُ إِنَّا إِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ { فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنْذَرِينَ{

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 361 – Kitab Shalat

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa’id] berkata, telah menceritakan kepada kami [Isma’il bin Ja’far] dari [Humaid] dari [Anas bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika memerangi suaku kaum bersama kami, maka beliau tidak menyerang kaum tersebut hingga datangnya waktu shubuh (menunggu). Jika mendengar suara adzan, beliau mengurungkannya. Namun bila tidak terdengar suara adzan maka beliau menyerangnya.” Anas bin Malik berkata, “Maka pada suatu hari kami keluar untuk menyerbu perkampungan Khaibar, kami lantas menunggu hingga malam hari. Ketika datang waktu pagi dan beliau tidak mendengar suara adzan, maka beliau menaiki tunggangannya sementara aku membonceng di belakang Abu Thalhah. Sungguh kakiku menyentuh kaki Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” Anas bin Malik melanjutkan kisahnya, “Penduduk Khaibar keluar ke arah kami dengan membawa keranjang dan sekop-sekop mereka, ketika mereka melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka mereka berkata, “Muhammad! Demi Allah, Muhammad dan pasukannya (datang)!” Kata Anas, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat mereka, beliau bersabda: “Allahu Akbar, Allahu Akbar, hancurlah Khaibar! Sesungguhnya kami, apabila mendatangi perkampungan suatu kaum, maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang diperingatkan tersebut) ‘ (Qs. Ash Shaffaat: 177).

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 11 – Kitab Iman

Keterangan Hadis: Az-Zain bin Al Manayyar berkata, “Dengan judul bab ini dan dua bab sebelumnya, Imam Bukhari bermaksud menjelaskan faidah adzan. Bab pertama menerangkan keutamaan adzan, yaitu mengumpulkan orang-orang untuk melakukan shalat jamaah. Bab kedua menerangkan keutamaan adzan bagi orang yang shalat sendirian, dimana ia akan disaksikan oleh setiap yang mendengarnya. Sedangkan bab ketiga, menerangkan jaminan keamanan dari pertumpahan darah saat terdengar adzan.” Beliau melanjutkan, “Apabila faidah-faidah ini tidak didapatkan pada pelaksanaan adzan, maka saat itu tidak disyariatkan melakukan adzan kecuali sekedar mengikuti suara adzan saat mendengarnya Oleh sebab itu, Imam Bukhari menyebutkan setelah bah ini bab “Apabila Seseorang Mendengar Seman Adzan”. Demikian perkataan Az-Zain bin Al Manayyar.

Konteks hadits dengan judul bab tampak sangat jelas, sedangkan kandungan matan (materi hadits) yang lainnya berkaitan dengan masalah jihad. Imam Bukhari menyebutkan hadits ini lebih lengkap beserta faidah-faidahnya dalam kitab tentang “jihad”. Sementara Imam Muslim telah meriwayatkan pula penggalan hadits ini yang berkaitan dengan adzan, dimana penyajiannya nampak lehih jelas. Riwayat tersebut beliau nukil melalui Hammad bin Salamah dari Tsabit, dari Anas, dia berkata, “Biasanya Rasulullah SAW menyerang saat fajar terbit, dan beliau SAW biasa mendengarkan adzan. Apabila terdengar adzan maka beliau SAW tidak menyerang, namun apabila tidak mendengar adzan maka beliau menyerang.”

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 157 – Kitab Wudhu

Al Khaththahi berkata, “Hadits ini menjelaskan bahwa adzan merupakan syiar Islam, maka tidak boleh ditinggalkan. Apabila penduduk suatu negeri sepakat untuk meninggalkan adzan, maka bagi sultan (penguasa) untuk memerangi mereka. Pernyataan ini merupakan salah satu pendapat ulama, dan salah satu pendapat dalam madzhab Syafi’i.”

Ibnu Abdul Barr mengemukakan pandangan yang agak ganjil, dimana ia mengatakan, “Aku tidak mengenal adanya perbedaan, dimana pandangan para sahabat kami menyatakan bahwa seseorang yang mengucapkan syahadat pada saat adzan dapat dijadikan pegangan untuk menghukuminya sebagai Muslim. Kecuali apabila ia seorang pengikut Aliran Isawiyah, dimana ia tidak masuk dalam cakupan hadits bah ini, karena golongan Isawiyah adalah aliran dalam agama Yahudi yang muncul pada akhir kekuasaan Bani Umayyah. Aliran ini mengakui kerasulan Muhammad SAW, akan tetapi mereka membatasinya pada orang-orang Arab saja. Aliran yang dimaksud dinisbatkan kepada seorang laki-laki yang bernama Abu Isa, yang menjadi pencetus lahirnya aliran tersebut.”

M Resky S