Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin: Nilai-Nilai Yang Bisa Terapkan Di Indonesia

Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin: Nilai-Nilai Yang Bisa Terapkan Di Indonesia

Pecihitam.org- Dari perjalanan masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin terdapat nilai-nilai yang dapat diambil beberapa ibrah untuk sebuah perbaikan di masa kontemporer khususnya masalah keIndonesiaan, Diantaranya adalah:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

  • Pergantian kepemimpinan bukan berorientasi pada monarkhi dan pemilihan langsung yang dilakukan oleh masyarakatakan tetapi berdasarkan atas pemilihan orangorang yang ditunjuk yang merupakan representasi dari masyarakat.
  • Semua khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin merupakan sahabat Nabi yang punya kredibilitas yang tidak diragukan, mereka semua tidak mempunyai ambisi untuk menjadi pemimpin, terpilihnya mereka berdasarkan keputusan dari orang-orang yang merupakan representasi dari masyarakat saat itu, ini sama dengan falsafah jawa yang berbunyi bisa a rumungsa, aja rumangsa bisa.
  • Pintu ijtihad selalu terbuka, tafsir terhadap teks Al Qur’an dan Al Hadis terbuka untuk setiap zaman untuk menjembatani jurang yang terjal antara teks dan kontekstual.
  • Kita boleh meniru keilmuan yang bukan berasal dari Islam, asalkan dari itu kita bisa mendapatkan maslahat dari itu, seperti yang dicontohkan khalifah Umar yang mengambil pemikiran Persia tentang konsep negara modern.
  • Kita harus cermat dalam membedakan permasalahan politik dan urusan teologi agama, karena jika kita salah menginterpretasikan situasi kita akan terjebak pada fanatik yang tidak berdasar.
  • Dalam melakukan musyawarah yang ada kemungkinan ada peluang untuk terjadinya voting, sebaiknya dipilih jumlah anggotanya tidak genap agar tidak terjadi suara sama.
  • Kesejahteraan bukan merupakan sesuatu yang harus dijaga dengan baik bukan pula dengan melakukan foya-foya untuk menikmatinya, dan keterpurukan dari suatu masa bukan tidak ada jalan keluarnya, semua kesulitan pasti ada jalan keluarnya, seberapa rusaknya Indonesia yang telah digrogoti oleh praktek korupsi, isu sara, kekerasan pasti akan ada jalan keluarnya.
Baca Juga:  Syubhat dan Syahwat, Penyebab Penyakit Hati yang Berbahaya

Dari sejarah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin ini, dapat dilihat proses perkembangan Islam setelah wafatnya Rasulullah. Mulai dari Abu Bakar yang meletakan pondasi pemerintahan, Khalifah Umar melanjutkanya dengan membentuk negara modern yang mengantarkan Daulah Islamiyah mencapai masa keemasan.

Awal masa kepemimpinan Usman Daulah Islamiyah masih mengalami masa puncak tapi padi setengah masa kepemimpinannya mulai terjadi pemberontakan yang disebabkan oleh praktek korupsi dan nepotisme dalam pemerintahan. Masa Ali merupakan masa yang paling kelam dari pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Hal ini ditunjukan dengan adanya peperangan pertama kali yang terjadi antar sesama kaum Muslimin.

Walau dari pembahasan di atas dapat diketahui ada sisi- sisi positif dan negatif dari kebijakan yang dilakukan oleh para sahabat khalifah dan sahabat lainya. Akan tetapi itu tidak mengurangi keshalehan dan integritas dari para sahabat Nabi dan mereka tetap dijamin sebagai penghuni surga.

Baca Juga:  Definisi Bid’ah Menurut Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah

Berbicara tentang sejarah dalam pandangan Islam tidak hanya terkait masalah data dan fakta, akan tetapi sejarah merupakan dialektika dan pertarungan nilai. Karena sejarah membawa identitas suatu masyarakat akan masa lalunya, kemajuan sebuah peradaban salah satunya bertumpu kepada sejarah.

Dengan sejarahlah peradaban memiliki jati dirinya yang hakiki. Dapat kita ketahui sejak masa Nabi SAW tidak terjadi suatu masalah yang berkepanjangan yang tidak dapat terselesaikan. Akan tetapi, setelah Nabi SAW meninggal banyak masalah, hambatan, dan rintangan yang dihadapi oleh manusia.

Di samping itu juga, terdapat kemajuan yang ada dalam kenyataan tersebut. Akan tetapi, segala sesuatu tersebut pada intinya untuk mencari suatu cara dalam menjaga dan melestarikan serta membangkitkan peradaban Islam yang hakiki.

Baca Juga:  Adab Bangun Tidur dalam Islam Menurut Imam Al-Ghazali
Mochamad Ari Irawan