Pecihitam.org – Perang Salib 5 terjadi pada tahun 1217 – 1221 M sebagai upaya yang di lakukan oleh Eropa untuk merebut Yarussalem kembali serta wilayah Tanah Suci yang lainnya. Pada periode Perang Salib 4, mereka gagal dalam melancarkan misinya bahkan mereka terlibat dalam permasalahan internal yang terjadi di kerajaan Bizantium. Meskipun di sisi lain para tentara salib meraih banyak keuntungan dari kekacauan di wilayah Konstantinopel tersebut.
Paus Innosensius III menyelenggarakan Konsili Lateran IV bersama dengan Patriak Latin Yarussalem, Raoul dari Mrencourt yang membahas tentang rencana untuk merebut wilayah Yarussalem. Paus Innosensius menginginkan agar pihak Kepausan-lah yang memimpin perang seperti saat melakukan penyerangan pada perang salib pertama.
Alasannya adalah agar tidak mengalami kegagalan sama seperti yang terjadi pada saat perang salib ke 4 yang di ambil alih oleh pihak Vanesia. Selanjutnya, Paus Innosensius mengatur rencana agar para tentara salib dapat bertemu di Brindisi pada tahun 1216 M, serta melarang adanya perdagangan dengan kaum Muslim.
Ia memastikan terlebih dulu bahwa para tentara salib memiliki kapal dan senjata, selain itu mereka juga akan mendapatkan indulgensi termasuk bagi orang-orang yang ikut serta menolong dalam membayar biaya seorang tentara salib namun tidak ikut serta dalam peperangan.
Oliver dari Koln telah terlebih dulu mendeklarasikan tentang perang salib 5 ini di Jerman, dan mendapat dukungan dari Kaisar Friedrich II yang bergabung pada tahun 1215 M. Namun pada tahun 1216 M, Paus Innosensius II meninggal dunia sehingga ia di gantikan oleh Paus Honorius III yang akhirnya memutuskan hubungan dengan Friedrich dan melarang mereka untuk ikut bergabung.
Kali ini tentara salib Eropa menyusun strategi untuk terlebih dulu menaklukkan Dinasti Ayyubiyah yang saat itu menguasai wilayah Mesir. Saat itu tentara salib Eropa berada di bawah pimpinan Raja Andras II dari Hongoria dan Adipati Luitpold VI dari Austria yang di organisir oleh Paus Honorius III.
Namun, upaya mereka melakukan penyerangan terhadap Yarussalem tidak berhasil sehingga wilayah tersebut tetap berada di bawah kekuasaan kaum muslim. Selanjutnya serangan kembali di lakukan oleh pasukan salib dari Jerman pada tahun 1218 M yang di pimpin oleh Oliver dari Koln.
Selain itu, mereka juga mendapatkan pasukan tambahan lainnya dari Belanda, Flandria, dan Frisia di bawah pimpinan Willem I, Comte Holandia yang bergabung dan ikut serta dalam Perang Salib 5 tersebut. Dalam upayanya menyerang Damietta di Mesir, mereka memutuskan untuk menjalin aliansi dengan Kesultanan Rum Seljuk di Anatolia yang melakukan penyerangan terhadap Dinasti Ayyubiyah di Suriah.
Tujuan penyerangan tersebut agar tidak terjadi pertempuran dua front dari tentara salib. Andras memiliki jumlah tentara kerajaan yang terbesar dalam sejarah perang salib yaitu sebanyak 20.000 ksatria dan 12.000 garnisun kastil.
Setelah para tentara salib tiba di pelabuhan Damietta kemudian menuju ke selatan yaitu wilayah Kairo pada bulan Juli 1221 M. Namun mereka memutuskan untuk kembai dan mengundurkan diri karena kehabisan bekal logistik dan senjata. Keadaan ini di gunakan oleh Sultan Al-Kamil untuk melakukan penyerangan terhadap tentara salib pada malam hari.
Ternyata strategi Sultan Al Kamil berhasil dan membuat para tentara salib mengalami kerugian yang sangat besar sehingga pada akhirnya mereka menyerah. Setelah kemenangannya terhadap tentara salib, Sultan Al Kamil lalu menyetujui perjajian damai dengan Eropa selama 8 tahun.