Ketika Felix Siauw ‘Eks HTI Bicara Pancasila

Ketika Felix Siauw 'Eks HTI Bicara Pancasila

PeciHitam.orgPertarungan ideologi terkait dasar negara memang terus bergulir sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan munculnya berbagai dialektika sampai pemberontakan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun Pancasila masih dipercaya sebagai dasar Negara yang mana ada sumbangsih Ulama, KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahid Hasyim, dalam penentuan akhir Pancasila.

Pancasila secara bebas bisa didiskusikan oleh siapa saja, bahkan oleh Ormas terlarang sekelas HTI dan para mantan ‘kombatan’nya. Namun banyak kontradiksi yang terjadi melihat sejarah dan alur ideologi HTI yang sering mengecap Pancasila sebagai produk kufur.

Felix Siauw berbicara Pancasila

Pendakwah milenial yang terkenal sebagai kader utama Hizbut Tahrir Indonesia adalah Felix Siauw, seorang yang dulunya non-Islam. Ia banyak berbicara dalam forum dakwah dengan basis utama pemikirannya merujuk pada perjuangan penegakan Khilafah ‘ala minhaji Nubuwwah. Bahwa HTI sudah terlarang sejak 2017, maka pola dakwah perjuangan Khilafah beliau-pun agak bergeser.

Tidak lagi memiliki ruang gerak bebas untuk menyuarakan konsep penegakan Khilafah ‘ala Minhaji Nubuwwah di Nusantara, beliau banyak bergerak dalam ruang ‘berbicara Pancasila’.

Arus utama belakangan ini yaitu pro-kontra Usulan DPR-RI tentang Haluan Ideologi Pancasila (UU HIP) diambil kesempatan untuk menyuarakan pandangan Eks HTI kepada pancasila.

Baca Juga:  Terkuak, Aqidah Hizbut Tahrir Ternyata Qadariyah dan Mu’tazilah

Dari kelima sila yang ada dalam Pancasila, ia menerangkan Sila ke-4, ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan’.

Keterangan beliau dalam kerumanan massa demo UU HIP di depan DPR-RI tersebut yaitu mengkorelasikan sila ke-4 dengan ayat pertama surat al-Jumu’ah.

Fakta bahwa Felix Siauw salah membaca ayat ‘يُسَبِّحُ’ menjadi ‘سَبِح’ yang masuk kategori Khatha’ Jaliy (salah Fatal). Karena merubah bentuk fi’il Mudlari (bentuk progresif) menjadi bentuk Madli (bentuk lampau). Kesalahan lainnya adalah pengurangan kata ‘مَا’ dan ‘فِي’, yang mana sangat fatal. Ayat yang benar adalah;

يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ 

Artinya; “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qs. Al-Jumu’ah: 1)

Terlepas dari kesalahan tekstual Felix Siauw yang sudah banyak dikuliti oleh Ulama, Aktivis dan Pegiat Media Sosial, penulis merasa skeptis arah pembicaraan dia yang mengkorelasikan Pancasila dan term ‘Hikmah’ dengan cuplikan ayat ‘الْحَكِيمِ’. Kata tersebut adalah salah satu asmaul Husna yaitu Yang Maha Bijaksana.

Baca Juga:  Felix Siauw Sebut Wanita Muslim Wajib Pakai Jilbab, Ini Tanggapan PBNU

Pancasila dan Tafsirnya

Sebagai warga negara Republik Indonesia, siapapun boleh untuk mendiskusikan Pancasila sebagai dasar negara termasuk Felix Siauw. Tafsir Felix Siauw terhadap sila ke-4 dikaitkan dengan sangat erat dengan asmaul Husna ‘الْحَكِيمِ’ yang Maha Bijaksana. Bahkan sebagai pembuka, ia menantang siapa yang lebih paham tentang Pancasila.

Ia melanjutkan bahwa kata ‘الْحَكِيمِ’ dapat dimaknai sebagai ‘Kebijaksanaan’ yang mana dalam bahasa Inggris adalah Wisdom. Dalam konteks ini ada pergeseran makna pada kata ‘الْحَكِيمِ’ yang dimaknai oleh Felix Siauw sebagai ‘Kebijaksanaan’. Dalam bahasa Arab ‘Kebijaksanaan’ dituliskan dengan ‘حِكْمَةٌ’ bukan ‘الْحَكِيمِ’.

Karena ‘الْحَكِيمِ’ adalah asmaul Husna yang hanya boleh disematkan kepada Allah SWT, sebagai dzat Yang Maha Bijaksana. Tidak tertandingi oleh sesuatu apapun dari MakhlukNya.

Ketika Felix Siauw menyamakan kata ‘الْحَكِيمِ’ dengan kata ‘Kebijaksanaan’ yang dalam bahsa Arab dituliskan ‘حِكْمَةٌ’, bisa disamakan menyejajarkan Asma’ Husna dengan ‘Kebijaksanaan’ milik manusia, tentunya hal ini SALAH BESAR.

Akar kata Hikmatun dan al-Hikmah memang sama, namun memiliki spesifikasi berbeda yang berkaitan erat dengan Teologi. Pun sejarah penolakan HTI kepada Pancasila dengan tidak pernah mengakuinya dalam AD/ART ormas terlarang tersebut.

Baca Juga:  Surat Cintaku Untuk Kakanda Felix Siauw

Nasyirah atau Buletin Dakwah HTI mengatakan dengan jelas bahwa ‘Al-Banshasila Falsafatul Kufr Laa Tattafiq ma’a Islam’ (Pancasila adalah Falsafah Kufur dan tidak akan sesuai dengan Islam). Pernyataan selanjutnya juga tidak pernah mengakui bahwa Pancasila diterima oleh HTI.

Skeptis terhadap Pandangan Felix Siauw yang  mana mantan ‘corong’ Ex HTI terkait Pancasila adalah sejarah atau track record HTI yang selalu menjadi duri dalam daging. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq