Nasionalisme Ala Rasulullah SAW, Riwayat Perjuangan Beliau di Madinah

Nasionalisme Ala Rasulullah SAW, Riwayat Perjuangan Beliau di Madinah

PeciHitam.org Nasionalisme di era modern saat ini menjadi nilai langka dalam diri warga Negara. Gempuran nilai-nilai globalisasi, hedonisme, individulisme merupakan salah satu faktor penyebabnya. Setidaknya nilai Nasionalisme mengalami pergeseran makna yang jauh dari harapan para pendiri bangsa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Nasionalisme adalah sebuah kesadaran dari warga negara untuk mempertahankan, mengabadikan identitas bangsa, dan mempertahankan semangat kebangsaan untuk kemajuan bangsa dan negara. Nasionalisme menjadi penting untuk menjadikan sebuah bangsa dan negara maju dan mensejahterakan warganya.

Akar nilai Nasionalisme bukan hanya hasil pemikiran modern yang terjadi setelah revolusi Industri. Akan tetapi nilai ini sudah ada sejak masa-masa awal sejarah manusia, walaupun terminologi ini baru muncul setelah berdirinya negara modern.

Identitas Nasionalisme adalah mencintai tanah air, kerelaan diri untuk memperjuangkan bangsanya dari penjajahan dan intimidasi. Dasar-dasar Nasionalisme sebenarnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman selama orang memahami dengan benar.

Pembenturan nasionalisme dengan Islam adalah sebuah usaha untuk meraih ceruk keuntungan guna kepentingan individu ataupun golongan tertentu. Faktanya Nasionalisme ala Rasulullah SAW terekam jelas dalam riwayat-riwayat Hadits.

Makkah, Tanah Air Rasulullah

Nabi Muhammad SAW adalah orang arab Musta’ribah yang sejak nenek moyang beliau bertempat tinggal di sebuah lembah kering bernama Bakkah atau kemudian dikenal dengan Makkah. Kakek moyang Nabi Muhammad SAW adalah Ibrahim AS yang berasal dari Palestina.

Beliau dilahirkan dari golongan bangsawan Makkah, Klan Bani Hasyim dari suku terhormat bernama Quraish. Beliau dibesarkan dikota ini sampai datang perintah Allah SWT untuk berhijrah ke Kota Yatsrib, diutara Makkah.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٢١٨

Artinya; “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. Al-Baqarah: 218)

Maka tidak heran, Nabi Muhammad SAW sangat mencintai tanah kelahiran, tanah air, tanah kelahiran beliau, Makkah. Sama halnya dengan manusia kebanyakan yang memiliki rasa cinta, rindu terhadap tanah kelahiran, Nabi Muhammad SAW juga demikian.

Baca Juga:  Kisah Hikmah: Ketika Nabi Yusuf dan Nabi Musa di Tegur oleh Allah

Bahkan ketika Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk berhijrah ke Yatsrib, beliau dengan bersedih berdoa kepada Allah SWT disaksikan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq;

 “Betapa indahnya engkau wahai Makkah, betapa cintanya aku kepadamu. Jika bukan karena aku dikeluarkan oleh kaumku darimu, aku tidak akan meninggalkanmu selamanya, dan aku tidak akan meninggali negara selainmu.”

Kesedihan Rasulullah SAW meninggalkan tanah kelahirannya menjadi penanda bahwa Nabi Muhammad sangat mencintai Makkah. Kalau bukan karena perintah Allah SWT dan menghindari tindakan represif menjurus kekerasan, pastinya Rasulullah tidak akan pindah ke Madinah.

Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah karena kepentingan yang lebih besar dan membangun semangat Nasionalisme baru yaitu Kota Madinah Munawwarah. Beliau rela meninggalkan tanah kelahiran untuk berjuang juga ditujukan untuk kepentingan tanah kelahiran beliau.

Perjalanan sejarah selanjutnya menunjukan bahwa Rasulullah menaklukan kota Makkah dalam peristiwa fathu makkah. Membebaskan Makkah dari belenggu kemusyrikan dan kecongkakan kaum Musyrik yang sebelumnya ‘mengusir’ Muhammad SAW.

Madinah, Pusat Perjuangan dan Nasionalisme Ala Rasulullah

Perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW menandai perjuangan umat Islam guna membentuk sebuah basis perjuangan atau tanah air. Jika Makkah menjadi tempat kelahiran, masa kecil, masa kanak, remaja sampai membina rumah tangga denga Khadijah RA.

Bahkan seluruh putra-putri Nabi (selain Ibrahim bin Muhammad) yang berasal dari Khadijah lahir di Makkah. Dan makam Istri tercinta Nabi SAW, Khadijah Al-Kubra, yang banyak membantu dakwah Rasul dibaringkan di Jannatul Ma’la, Makkah.

Perintah Hijrah dijalani Rasul SAW sebagai bentuk ketakwaan dan mengikuti perintah Allah SWT. Hikmah hijrahnya Nabi ke Madinah menguatkan simpul perjuangan dakwah Islam keseluruh Jazirah Arab dan sekitarnya. Kemudian hari Madinah menjadi sebuah basis perjuangan untuk menyebarkan Islam.

Nabi Muhammad SAW membangun Madinah menjadi basis perjuangan adalah sebuah pertanda, ketika akan berjuang diperlukan tanah air yang kuat dan stabil. Buktinya adalah tindakan yang dilakukan Nabi merujuk pada konsolidasi Internal dan penguatan basis. Berikut penjelasannya;

  1. Mendamaikan suku Aus dan Khadraj adalah tanda bahwa Nabi membuat sebuah konsolidasi internal yang kuat dan stabil. Peperangan dan permusuhan diantara keduanya didamaikan dengan mengusung Muhammad SAW sebagai penghulunya.
  2. Membuat dekrit shahifah madinah atau Piagam Madinah yang mengakomodir internal kota Madinah dan seluruh suku-suku disekitaran Madinah. Dekrit ini menjadi bukti bahwa Muhammad SAW ingin membangun tanah air sebagai pusat dakwah Islam.
  3. Membangun Masjid Nabawi sebagai ruang publik untuk beriteraksi, mengajar dan menyampaikan berbagai permasalaha yang dihadapi orang para Sahabatnya. Masjid ini juga difungsikan oleh para Sahabat yang ikut Hijrah dengan Nabi tetapi tidak memiliki rumah berteduh. Golongan ini kemudian dikenal dengan nama ahlus shuffah.

Simpul-simpul perjuangan ini menjadi tanda bahwa nilai Nasionalisme ala Rasulullah SAW mejadi dasar dalam membangun sebuah komunitas Islam yang solid dan kuat. Tidak akan mungkin tanpa Nasionalisme ala Rasulullah SAW yang kuat akan tercipta sebuah komunitas Islam yang solid.

Baca Juga:  Kisah Dialog antara Seorang Kyai dengan Penjudi

Sahabat Anas bin Malik RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW juga sangat mencintai Madinah sebagai tanah air tempat berjuang. Beliau menggambarkan suasana ketika Nabi SAW pulang ke Madinah;

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).

Keterangan dari para muhaddits tentang perilaku Nabi Muhammad SAW yang demikian menunjukan kecintaan beliau kepada tanah air.

وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ إِلَيْهِ

Dengan jelas bahwa nilai Nasionalisme ala Rasulullah SAW bukanlah sebuah isapan jempol belaka. Karena beliau orang Arab dan mencintai 2 kota, Makkah dan Madinah. Makkah sebagai tumpah darah beliau, dan Madinah sebagai kota perjuangan dalam membangun basis perjuangan untuk dakwah Islam.

Baca Juga:  Kisah Rabi’ah binti Ismail Asy-Syami, Ulama Perempuan dan Wali Besar pada Zamannya

Paralel dengan pendapat dalam hadits di atas, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Fath Al-Bari, syarah Shahih Bukhari, dan Imam Badruddin Al-Aini  dalam kitab beliau ‘Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari menuliskan;

وَفِيه: دَلَالَة عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّةِ حُبِّ الوَطَنِ وَاْلحِنَّةِ إِلَيْهِ

Artinya; “Di dalamnya (hadits) terdapat dalil (petunjuk) atas keutamaan Madinah, dan (petunjuk) atas disyari’atkannya cinta tanah air dan rindu padanya.”

Dalil-dalil di atas menunjukan tentang keutamaan Kota Madinah sebagai Madinatul Nabi, kota Nabi dan menjadi petunjuk untuk mencintai tanah air. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dengan derajat marfu’ sebagai berikut;

أحبوا العرب لثلاث لأني عربي ، والقرآن عربي ، وكلام أهل الجنة عربي

Artinya; “Cintailah arab karena 3 hal, Karena saya (Muhammad SAW) orang arab, karena al-Quran berbahasa arab, dan bahasa penduduk surga adalah bahasa arab.”

Dalil ini jelas menunjukan kesukuan Muhammad SAW yang berasal dari Bangsa Arab, dan beliau bangga dengan Ke-Araban beliau. Konteksnya pada era negara Modern seperti ini adalah sebagai warga negara menjadi wajib untuk bela negara.

Contoh Nasionalisme ala Rasulullah SAW menjadi tanda bahwa mencintai tanah air merupakan ajaran Rasulullah yang dapat dikontekstualisasikan pada era modern.

Membela, berjuang, berkorban sebagaimana para pahlawan dahulu untuk membela tanah air tidak lain untuk memperjuangkan nilai-nilai ajaran Rasulullah SAW.

Pembentukan nilai nasionalisme dengan membuat narasi bahwa Nasionalisme adalah musuh Islam berasal dari golongan ‘pengasong’ ide politik usang. Nasionalisme ala Rasulullah SAW dengan gamblang menjadi pegangan orang-orang Ahlussunnah wal Jamaah.

Ash-shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan