Perbedaan Ilmu Kalam dan Ilmu Filsafat

perbedaan ilmu kalam dan filsafat

Pecihitam.org – Membahas tentang Ilmu kalam maka mau tidak mau kita akan membahaa tentang para filosof terkemuka baik dari kalangan Muslim Maupun Non-Muslim semisal Al-Kindi, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Aristoteles, dan lain-lain.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Secara garis besar Ilmu kalam membahas tentang Akidah Keimanan yang berlaku secara sah dan dibuktikan dengan berbagai dalil terutama adalah dalil Aqli.

Misalnya adalah pendapat Al-Kindi yang membuktikan tentang keberadaan Allah. Al-kindi mengaitkan antara materi, waktu dan pergerakan. Hal ini seperti halnya yang disampaikan oleh filsuf ternama Aristoteles, hanya saja Aristoteles mengatakan semua itu abadi tanpa disertai dalil-dalil yang memadai.

Sebaliknya Al-Kindi mengaitkan dengan dalil puncak materi, waktu dan pergerakan memiliki awal dan akhir sehingga hal tersebut juga membuktikan bahwa alam itu baru dan ada yang menciptakannya. Al-kindi bahkan mengatakan jika tidak terjadi seperti itu maka akan memicu sebuah kontradiksi.

Dalil Al-kindi ini kemudian diperjelas dengan dalil-dalil dari Al-Farabi yang mengatakan, saat kita menyaksikan Alam Makhluk, kita akan menyaksikan tanda-tanda penciptaan. Saat menyaksikan alam wujud maka kita juga akan tahu esensi wujud itu perlu ada, kita juga akan tahu wujud yang seharusnya itu seperti apa.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidakkah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Q.S Al-Fushilat :53)

Dalam Nushush Al-Hukm Al-Farabi mengatakan bahwa jika kita sudah tahu apa yang benar sebelumnya dan kita tahu mana yang benar dan mana yang salah, kemudian jika kita sudah tahu mana yang bathil sebelumnya, maka kita dianjurkan untuk merenungkan sesuatu hal yang benar dan menghadapkan wajah kita kepada Dzat yang maha Abadi. Sebab hanya Dialah (Tuhan) yang maha Abadi.

Baca Juga:  Inilah Amalan Agar Dekat dengan Rasulullah di Hari Kiamat Kelak

Menurut Prof. Dr. Abul Yazid Abu Zaid Al-‘ajami dalam bukunya, Akidah Islam menurut 4 Madzhab mengatakan, jika yang dimaksud Al-Farabi dalam uraiannya itu adalah bermaksud enggan membahas tentang ‘wujud yang wajib ada’ dan ‘wujud yang mungkin ada’. Karena dianggap perihal seperti ini sukar dipahami kebanyakan orang.

Dalil lain yang dikemukakan oleh Al-Farabi menunjukkan istilah filsafat yang sangat banyak, sebab segala sesuatu oleh Al-Farabi dibedakan secara rinci. Seperti halnya Manusia terkait dengan Individu, manusia terkait dengan kepribadiannya. Antara manusia dan kepribadiannya adalah dua hal yang berbeda. Dan ketika dipersatukan maka akan memiliki prinsip yang berbeda.

Ketika sudah memasuki ranah filsafat maka pembahasannya juga akan sedikt berbeda dengan Ilmu kalam sebab seperti kata orang bijak serupa tapi tak sama. Artinya perbedaan yang terdapat antara Ilmu Kalam dan filsafat itu hanya sedikit sekali. Seperti yang disampaikan oleh Ibnu Khaldun yang dicatat oleh Ahmad Amin.

Baca Juga:  Berjalan Mengapung, Salah Satu Keajaiban Gunung dalam Alquran

Bahwa para Ahli Ilmu Kalam meyakini dan mengakui kaidah-kaidah keimanan dan membuktikannya dengan dalil-dalil yang bersifat akal. Seperti halnya ketika para Ahli kalam menafsirkan Al-Qur’an dengan Dalil-dalil yang bersifat akal.

Sebaliknya filsafat membahas berbagai masalah dengan riset murni dan mempersepsikan filsafat itu bebas dari berbagai macam pengaruh atau tendensi keyakinan apapun. Setelah itu baru kemudian melakukan perenungan seraya menantikan sebuah dalil. Hal tersebut dilakukan secara bertahap sehingga sampai kepada tahap yang belum ada sebelumnya.

Kemudian perbedaan ilmu kalam dan filsafat selanjutnya adalah melihat cakupan pembahasan yang oleh para ahlinya. Jika Ilmu Filsafat membahas tentang Semesta, alam, manusia, prinsip, dan alasan-alasan wujud sampai berujung kepada pembahasan teologis (konsep ketuhanan). Sedangkan cakupan Ilmu kalam membahas asas-asas agama, Kenabian, Nash dan lain sebagainya.

Dalam Al-Muqayasat karya Abu Hayyan At-Tauhidi nenuturkan bahwa Saya pernah bertanya kepada abu sulaiman ‘apa bedanya antara metode ilmu kalam dangan metode ilmu filsafat?’

Baca Juga:  Pembagian Iman dan Ciri-Ciri Orang yang Dikatakan Beriman

Abu sulaimanpun menjawab ‘jawabannya jelas bagi siapapun yang memiliki pemahaman dan akal. Metode ilmu kalam didasarkan pada permainan kata dan menganalogikan sesuatu pada sesuatu sampai berujung pada perdebatan. Semua itu dilakukan bertujuan untuk agar lawan terdiam’.

Namun terlepas dari sudut pandang manapun bahwa para ahli ilmu kalam dan ilmu filsafat adalah orang-orang terbaik dan merupakan orang-orang pilihan yang dimiliki oleh kaum muslimin.

Sebab menurut para ulama lambat laun antara ahli ilmu kalam dan ahli ilmu filsafat dalam Islam saling memahami satu sama lain kendatipun tetap dengan keyakinan Ilmu yang dimiliki.

Kondradiksi yang terjadi hanyalah sebuah dinamika keilmuan yang berkembang, sehingga patut menjadi sebuah tauladan bagi kita semua. Demikian semoga bermanfaat. Tabik.!

Fathur IM