Biografi Abu Nasir Muhammad al Farabi Sang Tokoh Filosof Islam

al farabi

Pecihitam.org – Al Farabi, sosok ilmuan muslim yang sederhana, lahir dari seorang ayah Jendral dan ibu asal Turkistan, dia dikarunia kecerdasan yang begitu luar biasa. Dimana hal tersebut ia dapatkan karena memang sejak kecilnya suka belajar banyak hal hingga akhirnya mampu menguasai banyak bahasa sebagai pintu gerbang untuk bisa menguasi ilmu-ilmu yang terdapat dalam tiap bahasa itu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebab pada masa itu, jika suatu bangsa punya ilmu pengetahuan atau teknologi belum tentu ada terjemahannya dalam bahasa ibunya. Dimana pusat ilmu atau kiblatnya ilmu waktu itu tentu adalah Yunani.

Kota Harran waktu itu merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil, dan Al-Farabi belajar kepada Yuhanna Ibnu Jailan di sana. Kemudian kembali ke Baghdad untuk memperdalam filsafat. Sebab Baghdad pada waktu itu merupakan pusat ilmu pengetahuan juga.

Di Baghdad, Al-Farabi belajar kepada Abu Bakar Al-Saraj untuk mempelajari kaidah bahasa Arab. Sekaligus belajar kepada Abu Bisyr Mattius Ibnu Yunus tentang ilmu logika dan filsafat yang notabene adalah seorang kristen. Sampai akhirnya ia bersua dengan para filsuf islam dan ilmuwan senior seperti Al-Kindi dan Ar Razi.

Daftar Pembahasan:

Kelahiran

Nama lengkapnya adalah Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi, lahir pada tahun 257 H atau 870 M di kota Farab yang dikenal dengan nama kota Atrar atau Transoxiana dan sekarang lebih dikenal juga dengan Khazaktan.

Baca Juga:  Inilah Ciri Ciri Ulama Menurut Tafsir Al Quran

Itu artinya al Farabi lahir 250 tahun lebih sejak Islam datang. Berkat kepintaran dan kecerdasannya, dan hasil pembelajarannya akhirnya dia mampu mempertemukan Ilmu Logika dengan kebudayaan Arab pada masa itu.

Sehingga akhirnya, ia dikenal sebagai ilmuwan terbesar Muslim sampai saat ini, bahkan bisa dibilang sebagai guru kedua setelah Aristoteles. Sebab kepiawaiannya pada masa itu dia mampu menggabungkan antara ajaran Socrates dan Aristoteles serta mempertemukannya dengan Filsafat Islam.

Hal tersebut tertuang dalam bukunya, al- Jam’u bayna Ra’yay al-Hakimayn. Al Farabi menilai kedua filosof itu sama-sama membahas ketuhanan. Keduanya menyatu dalam kesamaan tentang adanya dzat yang melebihi kemampuan manusia sehingga menjadi objek penyembahan.

Sehingga Kitab tersebut menjadi rujukan ilmuwan Muslim untuk memahami konsepsi ketuhanan, alam, dan manusia, yang merupakan sumber ilmu pengetahuan. Melalui ketuhanan, manusia mampu menggali tentang nilai agama dan moral yang menjadi sumber kehidupan.

Sedangkan ilmu tata negara yang saat itu dikenal dengan ilmu tata kota, Al Farabi menuliskan kitab Ara Ahlul Madinah al-Fadhilah, kitab ini banyak membicarakan tentang konsep kepemimpinan dalam Islam.

Baca Juga:  Mengenal Mbah Abdurrahman Kebumen, Ulama Nusantara dengan Karomah Luar Biasa

Ia menyatakan bahwa Pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan Sang Pencipta, maka dia adalah pemimpin yang berkompeten seperti halnya para nabi ataupun utusan Allah, yang pasti akan mampu untuk menentukan masa depan orang-orang yang dipimpinnya.

Di bidang musik, Al Musiqi Al Kabir ataupun Kitabul Musiqa, ilmu yang mengajarkan tentang dasar musik, teori hingga prakteknya. Dengan alunan nada yang berasal dari berbagai alat kreasi manusia menjadi hiburan melepas kepenatan dan kejenuhan masyarakat. Dan masih banyak karya-karya beliau yang lain, dimana beberapa diantaranya dikabarkan sudah menghilang.

Tapi yang menjadi penekannya adalah beliau yang selalu tetap hidup sederhana meskipun sudah dilimpahi begitu banyak jabatan di istana. Selalu suka belajar dari satu guru ke guru yang lain, bahkan sampai di masa tuanyapun beliau tetap selalu belajar. Menjadi yang terbaik bahkan di banyak hal. Dimana semua orang belum tentu bisa seperti beliau, yang punya multi talenta.

Karya

Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian:

  1. Ilmu Logika (Mantiq)
  2. Ilmu-ilmu Matematika
  3. Ilmu Alam
  4. Teologi
  5. Ilmu Politik dan kenegaraan
  6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
Baca Juga:  Biografi Imam Al Baihaqi Al Hafidz Pembela Madzhab Syafii

Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam.

Akhir hayat

Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla dan di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Beliau lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) di mana periode tersebut dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *