Bukan Cuma Ngaji, Inilah Peran Santri Milenial dalam Membangun Negeri

santri milenial

Pecihitam.org Di era milenial ini, peran santri dalam membangun negeri memang harus kita dukung. Perkembangan zaman begitu cepat, dahulu orang bepergian dengan berjalan kaki, sekarang cukup nyalakan mesin kendaraannya dan langsung gas bisa sampai tujuan. Dahulu orang harus bertemu jika ingin berkomunikasi, sekarang cukup nyalakan ponsel dan bisa berkomunikasi, dan masih banyak lagi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tentu kemajuan zaman ini perlu disikapi dengan bijak, karena jika tidak zaman akan menggerus dan menghancurkan tanpa menyentuh. Termasuk juga sikap dan peran santri milenial dalam membangun negeri ini.

Dahulu santri hanya fokus membahas tentang perihal keagamaan saja, dengan metode-metode tradisional dan penyaluran kepada masyarakatpun dengan cara yang tradisional. Sehingga image masyarakat terhadap santri, bahwa santri hanya mengurusi agama saja, tidak memberikan pengaruh dan kontribusi dalam bidang politik, ekonomi dan teknologi. Sehingga minat masyarakat untuk memasukan anaknya di pesantren berkurang.

Jika hal itu tetap dipertahankan, maka santri akan kalah dengan misionaris dan akan kalah dengan orang-orang yang ingin menghancurkan agama dan bangsa walaupun berdalih dengan agama. Maka dari itu peran santri sangat dibutuhkan, santri harus moderat.

Baca Juga:  20 Juni, Santri di Kediri Akan Kembali Mondok

Dalam kehidupan santri agama adalah jalan hidup sementara bangsa dan negara adalah tempat untuk melakukan perjalanan hidup, keduanya tidak bisa dipisahkan. Sebagaimana kita tahu, bahwa santri adalah penerus para ulama, dan santri adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia. Jadi sudah sewajarnya dan seharusnya santri tetap berperan aktif untuk mempertahankan agama dan terus berperan aktif dalam kemajuan negara.

Sekarang santri tidak hanya jadi kiyai, namun juga bisa ikut dalam politik agar politik tetap adem dan mempunyai martabat yang tinggi. Santri jadilah pengusaha, jadilah pegawai, jadilah pendidik, jadilah profesor, jadilah insinyur, jadilah dokter dan sebagainya. Sehingga santri menempati posisi-posisi yang dibutuhkan untuk membangun bangsa dan negara yang memiliki dasar ilmu agama yang dalam.

Santri milenial harus mampu menjawab perkembangan zaman, seperti halnya .  Beberapa hari lalu media nasional digemparkan oleh para santri dari pondok pesantren Blitar dan Mojokerto Jawa Timur. Mereka berhasil memenangkan kontes robotik di Jepang. Bukan hanya itu, sebelumnya Malik Khidir santri yang kebetulan kuliah di Fakultas MIPA UGM juga berhasil menjadi juara pertama kejuaran robotik di Amerika Serikat.

Baca Juga:  Cegah Covid-19, Santri yang Balik ke Kudus Wajib Bawa Surat Bebas Corona

Hal inilah yang harus terus dikembangkan oleh santri, sehingga peran dan kontribusi santri dalam kemajuan negara dapat terlihat. Efeknya adalah santri tetap menjadi keinginan bagi penerus bangsa dan agama.

Sesuai dengan Sabda Rasulullah, bahwa sebagai umat islam kita wajib mencari ilmu, entah ilmu agama ataupun ilmu umum, karena semua ilmu adalah bersumber dari Allah, meskipun lebih diutamakan ilmu agama.

طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَّ مُسْلِمَةٍ

Artinya : “Mencari ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan.”

Jika santri hanya menggali ilmu agama saja dan menyampingkan ilmu-ilmu umum bisa jadi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat nanti akan di isi oleh orang-orang yang dzalim. Dari pejabat, pengusaha, pegawai, petani dan yang lainnya.

Karena santri tidak memiliki pengetahuan dan skill dalam bidang itu, maka nanti yang terjadi adalah kegoncangan dalam bermasyarakat dan bernegara. Jika negara sudah tidak nyaman dan aman bagaimana mungkin dapat melaksanakan kewajiban agama dengan baik.

Baca Juga:  Sarung dan Santri; Dua Entitas yang Tak Terpisahkan

Maka dari itu santri harus bangkit dan menjadi agent of change (agen perubahan) agar negara lebih maju dan menjalankan agama tetap tenang. Santri harus menguasai semua lini kehidupan bermasyarakat.

Santri harus melek teknologi, untuk membendung paham-paham yang akan merusak negara dan citra agama. Dengan selalu membuat, mengshare dan membendung konten-konten yang bisa merusak negara dan agama.

Sesuai dengan jargon atau istilah yang masyhur di kalangan Nahdlatul Ulama yaitu

ا المحافظة على القديم الصالح واالخذ بالجديد االصلح

Artinya: “Menjaga warisan lama yang baik dan mengambil baru yang lebih baik.

Wallhua’lam.

Lukman Hakim Hidayat