Jika 15 Ramadhan 2020 Bertepatan dengan Hari Jumat, Kiamat Tidak Lama Lagi?

15 Ramadhan Hari Jumat

Pecihitam.org– Berbicara tentang Hari Kiamat menjadi seru-seru takut. Seru, karena ini membahas tentang hal ghaib beserta semua peristiwa luar biasa yang menyertainya, seperti Imam Mahdi, munculnya Dajjal maupun timbulnya Matahari dari arah Barat. Takut, karena Kiamat merupakan akhir dari kehidupan dunia. Dan, akhir-akhir ini orang-orang dibuat takut dengan prediksi terjadinya huru-hara jika tanggal 15 Ramadhan jatuh pada Hari Jumat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tak tanggung-tanggung, oleh sebagian kalangan, prediksi tersebut diakui sebagai hadis Nabi. Dan yang lebih mengagetkan, ternyata 15 Ramadhan yang bertepatan dengan hari Jumat akan terjadi di tahun ini. Ya, 1441 Hijriah yang bertepatan dengan 2020.

Jika awal puasa tahun ini, bertepatan dengan 24 April, maka tanggal 15 Ramadhan akan bertepatan dengan hari Jumat, 8 Mei bulan depan. Persis satu bulan dari sekarang.

Huru-hara seperti apakah yang dimaksud dan seperti apa prediksi lengkap yang konon merupakan hadis mengenai fenomena yang akan diawali dengan suara gemuruh dan kabut asap (dukhan) selama 40 hari ini? Dalam tulisan ini, kamu akan mendapati uraian lengkapnya.

Daftar Pembahasan:

15 Ramadhan Hari Jumat

Coba kamu cari di Google dengan keyword pencarian 15 Ramadhan, 15 Ramadhan hari Jumat, 15 Ramadhan 2020 atau 15 Ramadhan Dukhan. Maka akan muncul ratusan bahkan ribuan artikel yang terindeks dan kamu bisa membacanya.

Atau jika mau yang lebih “seru”, kamu bisa mencarinya di Youtube. Karena di sana, kamu akan mendapatinya lengkap dengan video ilustrasi yang sangat mengerikan.

Dari semua itu, intinya adalah kejadian yang akan melanda dunia jika 15 Ramadhan bertepatan dengan Hari Jumat. Tapi, pertanyaannya sekarang adalah, apakah 15 Ramadhan tahun ini, dan benarkah 15 Ramadhan bertepatan dengan Hari Jumat hanya terjadi di tahun 1441 H atau 2020 M?

Sekali lagi, apa iya 15 Ramadhan bertepatan dengan Hari Jumat baru terjadi tahun ini? Ternyata jawabannya TIDAK. Karena setahu saya, berdasarkan survei sekilas, setidaknya pada tahun 2012, pertengahan Ramadhan juga bertepatan dengan Hari Jumat.

Ini yang saya tahu, ya. Dan saya yakin — berdasarkan teori Peluang— telah terjadi beberapa kali 15 Ramadhan bertepatan dengan Hari Jumat pada tahun-tahun sebelumnya.

Tapi tak usahlah mikir terlalu jauh. Mari kita lihat yang tahun 2012 saja.

Tahun 2012

Berdasarkan screenshoot kalender 1433 Hijriah versi online yang saya kutip dari situs www.al-habib.info pada gambar atas, tanggal 1 Ramadhan jatuh pada Hari Jumat 20 Juli 2012. Dan pertengahan atau tanggal 15 Ramadhan-nya bertepatan dengan Hari Jumat, tanggal 3 Agustus 2012.

Baca Juga:  Keutamaan Shalat Tahiyatul Masjid Yang Patut Diketahui

Apa yang terjadi di 2012? Coba kamu ingat-ingat lagi. Adakah huru-hara di tahun itu? Atau lebih khusus lagi, adakah suara gemuruh terdengar pada tanggal 15 Ramadhan tahun itu?

Seingat saya, TIDAK ADA. Yang ada hanyalah ramalan akan terjadi Kiamat pada tahun itu. Tapi faktanya, hingga hari ini kehidupan dunia masih terus berjalan normal. Ramalan Kiamat pada tahun itu yang diperkuat film layar lebar Hollywood berjudul 2012 meleset sepenuhnya. Bahkan salah satu peramal Indonesia telah meninggal dahulu sebelum Kiamat yang ia ramalkan itu terjadi.

Tahun 2020

Jika pada 2012 tidak terjadi sebagaimana prediksi hadis, akankah huru-hara itu terjadi pada tahun ini? Karena mengingat, insya Allah awal puasa tahun ini akan dimulai dari akhir April dan pas tanggal 15 Ramadhan-nya jatuh hari Jumat.

Dan hari ini, orang-orang sudah dibuat kalut dengan wabah Covid-19. Ditambah narasi mereka yang berlebihan dalam menilai setiap fenomena. Timbullah syakwa sangka dan kebencian yang tidak proporsional pada suatu pemerintahan.

Di negeri kita, sebagian kelompok pesimis akan nasib bangsa ke depan. Mereka pun memilih takut — atau lebih tepatnya menakut-nakuti — akan terjadinya peristiwa-peristiwa luar biasa, salah satunya dukhan atau kabut asap yang meliputi dunia akan terjadi mulai 15 Ramadhan tahun ini.

Hadis tentang 15 Ramadhan Hari Jumat

Kamu sendiri sudah baca atau dengar langsung tidak hadis tentang bencana yang akan melanda jika pertengahan Ramadhan bertepatan dengan Hari Jumat? Tahu tidak matan hadis dan sanad serta derajat hadisnya?

Kalau belum, pas banget. Karena di sinilah inti tulisan saya ini. Di sini, saya akan menyampaikan redaksi, mata rantai dan derajat hadisnya.

Sebelumnya, perlu kamu tahu. Saya ini bukan ahli mustahalah hadis, tapi apa yang akan saya uraikan adalah berdasarkan nukilan dari mereka yang ahli tentang hadis.

Matan Hadis

Inilah matan atau bunyi redaksi hadis yang lumayan panjang ini

إِذَا كَانَتْ صَيْحَةٌ فِي رَمَضَانَ فَإِنَّهُ يَكُونُ مَعْمَعَةٌ فِي شَوَّالٍ، وَتَمْيِيزُ الْقَبَائِلِ فِي ذِيِ الْقَعْدَةِ، وَتُسْفَكُ الدِّمَاءُ فِي ذِيِ الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ، وَمَا الْمُحَرَّمُ يَقُولُهَا ثَلَاثًا، هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ، يُقْتَلُ النَّاسُ فِيهَا هَرْجًا هَرْجًا قَالَ: قُلْنَا: وَمَا الصَّيْحَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: هَدَّةٌ فِي النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ جُمُعَةٍ، فَتَكُونُ هَدَّةٌ تُوقِظُ النَّائِمَ، وَتُقْعِدُ الْقَائِمَ، وَتُخْرِجُ الْعَوَاتِقَ مِنْ خُدُورِهِنَّ، فِي لَيْلَةِ جُمُعَةٍ، فِي سَنَةٍ كَثِيرَةِ الزَّلَازِلِ، فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْفَجْرَ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَادْخُلُوا بُيُوتَكُمْ، وَاغْلِقُوا أَبْوَابَكُمْ، وَسُدُّوا كُوَاكُمْ، وَدِثِّرُوا أَنْفُسَكُمْ، وَسُدُّوا آذَانَكُمْ، فَإِذَا حَسَسْتُمْ بِالصَّيْحَةِ فَخِرُّوا لِلَّهِ سُجَّدًا، وَقُولُوا: سُبْحَانَ الْقُدُّوسِ، سُبْحَانَ الْقُدُّوسِ، رَبُّنَا الْقُدُّوسُ، فَإِنَّ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ نَجَا، وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ هَلَكَ

Baca Juga:  Hidup Membujang dalam Pandangan Agama Islam, Bolehkah?

Bila terdengar suara dahsyat terjadi pada bulan Ramadan, maka akan terjadi suatu huru-hara pada bulan Syawal, semua suku akan saling berselisih pada bulan Zulqa’dah, pertumpahan darah terjadi pada bulan Zulhijah dan Muharam, dan apa itu Muharam? “Pada bulan itu banyak manusia yang terbunuh.” Rasulullah sampai mengulangnya tiga kali. Para sahabat pun bertanya, “Suara dahsyat apa itu, Rasul?” Rasulullah menjawab, “Suara keras yang terjadi pada pertengahan bulan Ramadan, yaitu tepatnya malam Jumat, itu suara dahsyat yang nanti akan mengagetkan orang-orang yang sedang tertidur, membuat orang yang berdiri menjadi duduk, para wanita terhempas keluar dari kamarnya, pada malam Jumat di tahun tersebut banyak terjadi gempa bumi, Jika kalian telah melaksanakan shalat Subuh di hari Jumatnya, maka masuklah ke dalam rumah, kunci pintu rumah, tutup lubang-lubangnya, lindungi diri kalian dengan selimut, tutuplah telinga kalian. Jika kalian merasakan suara dahsyat, maka agungkanlah Allah dengan bersujud, dan berdoa subhanal quddus, subhanal quddus, rabbunal quddus. Orang yang melakukan hal tersebut itu akan selamat, dan yang tidak melakukannya akan celaka.

Rawi, Sanad & Derajat Hadis

Hadis ini secara sanad, bersumber dari sahabat Ibnu Mas’ud. Salah satu kitab yang mencantumkan hadis ini adalah kitab Al-Fitan karya Imam Nu‘aim bin Hammad, salah seorang guru Imam al-Bukhari yang berasal dari Marw, Khurasan.

Walaupun diklaim bersumber dari sahabat utama Nabi, yakni Abdullah bin Mas’ud, tapi dalam hadis ini terdapat beberapa rawi yang bermasalah.

Mulai dari Ibnu Lahi’ah. Kumpulan kitab-kitabnya habis terbakar, dan membuatnya banyak kehilangan dokumentasi riwayat-riwayat hadis. Dalam ilmu hadis, ia dikategorikan sebagai orang yang ghairu dhabit (tidak kuat hafalan/ingatan).

Selain Ibnu Lahi’ah, terdapat pula tiga nama rawi yang bermasalah dalam sanad hadis ini. 

Pertama, Abdul Wahab bin Husain. Menurut Imam Al-Hakim dan Ibnu Hajar Al-Asqalani, rawi atas nama Abdul Wahab bin Husain ini majhul (tidak diketahui identitasnya). 

Kedua, Muhammad bin Tsabit Al-Bunani. Menurut Ibnu Hibban dan Ibn ‘Adi, rawi Muhammad bin Tsabit Al-Bunani ini tergolong sebagai perawi yang bermasalah dan lemah (minal majruḥin wad du‘afa). 

Baca Juga:  Imam Ibnu Taimiyah Membolehkan Maulid Nabi SAW, Ini Buktinya!

Ketiga, Al-Harits Al-A‘war Al-Hamadani. Menurut al-Sya‘bibiAbu Ḥatim, dan Ibnu al-Madini, rawi ini tergolong sebagai pendusta (minal kadzdzabin).

Maka bberdasarkan komentar para Imam ahli hadis terkait sanad dan rawi hadis di atas, maka informasi tentang prediksi yang telah disebutkan tidak punya pondasi ilmiah yang kokoh dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena terdapat beberapa rawi yang bermasalah.

Dengan kelemahan dan ketidakjelasan perawinya, maka para ulama menyumpulkan bahwa hadis di atas termasuk maudhu‘ (hadis palsu).

Ini berarti, hadits tentang huru-hara yang akan terjadi tanggal 15 Ramadhan bertepatan dengan hari Jumat tidaklah bisa dijadikan pegangan, apalagi ini menyangkut hal gaib, terlebih lagi berkaitan dengan Hari Kiamat yang merupakan bagian dari rukun iman.

Sebagaimana kita tahu, dalam prinsip aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, hadits dhaif saja tidak bisa dijadikan pegangan dalam hal akidah, apalagi hadits maudhu‘ (palsu).

Kesimpulan

Dukhan atau kabut asap sebagai tanda Kiamat Kubra memang pasti terjadi. Kiamat pun pasti akan datang dan terjadi pada hari Jumat. Itu memang wajib kita imani sebagai seorang mukmin. Tapi apakah akan bermula di tahun ini, tahun depan atau bahkan ratusan tahun lagi? Wallahu a’lam, karena Kiamat hak preogratif Allah. Tapi menakut-nakuti orang dengan isu kegelapan, huru-hara dan semacamnya bukanlah metode dakwah yang bijak, apalagi menggunakan hadis palsu.

Maka, mulai hari ini, jangan gunakan hadis palsu di atas untuk membuat sensasi dan menghantui. Camkan ancaman Nabi dalam hadisnya

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Faisol Abdurrahman