Abu Laits As Samarqandi, Ulama yang Mendapat Gelar Al Faqih dari Rasulullah

abu laits as samarqandi

Pecihitam.org – Dalam catatan sejarah banyak sekali ulama yang gigih mendedikasikan dirinya untuk ilmu pengetahuan berhasil tampil cemerlang dengan menghasilkan karya-karya dalam berbagai rumpun pengetahuan yang sangat berguna bagi generasi kemudian hari.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Secara rapi nama-nama mereka banyak terukir di kitab-kitab yang memuat biografi cendekiawan muslim seperti kitab Siyar A’lam al-Nubala’ karya Imam adz-Dzahabi, Mu’jam al-Mufassirin karya Adil al-Nuwayhidh, Thabaqat al-Mufassirin karya al-Suyuthi dan lainnya.

Di antara para cendekiawan Muslim yang namanya terukir, salah satunya adalah Abu Laits As Samarqandi, seorang ulama fikih yang juga penulis tafsir Bahrul Ulum atau tafsir al-Samarqandy.

Daftar Pembahasan:

Kelahiran al-Samarqandy

Nama lengkapnya Abu al-Laits Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Balkhi atau yang lebih akrab disapa Abu al-Layts al-Samarqandy. Beliu merupakan seorang ahli fikih, pakar hadis dan piawai dalam bidang tafsir.

Beliau dilahirkan di Samarkand, sebuah daerah di negara Uzbekistan, pada awal abad ke-4 H, tepatnya pada tahun 301 H. Imam as-Samarqandi merupakan ulama yang terkenal memiliki tutur nasihat yang penuh faidah dan memiliki banyak karya tulis.

Mengenai keluarganya tidak terlalu banyak yang mengulas, barangkali ia lahir dari keluarga biasa. Dr. Zakariyya dalam kata pengantar Tafsir as-Samarqandi menuliskan, tidak disebutkan tentang keluarganya kecuali perihal Abu Laits dan ayahnya.

Baca Juga:  Biografi Syekh Ibnu Ajurrum Pengarang Kitab Jurrumiyah

Samarkand, kota kelahirannya adalah kiblat bagi pecinta ilmu. Banyak para ulama, fuqoha, penasehat dan ahli sufi pergi ke sana. Samarkand, yang terletak di daerah Khurasan, serta negara-negara lain yang digolongkan sebagai negara di belakang sungai (bilad ma wara’ al-nahr), pada masa daulah Samaniyyah merupakan pusat penyebaran kebudayaan islam. Keluarga kerajaan sangat memperhatikan nasib pengetahuan dan para ulama saat itu,

Imam As-Samarkandi adalah ulama yang berkecimpung dalam ranah Fiqih Hanafi. Oleh karena itu ia berangkat ke daerah Balkh dan di sana ia berguru ke tokoh-tokoh besar seperti Ali Abu Ja’far al-Hindiwani (w. 362 H), Muhammad bin al-Fadhl al-Balkhy al-Mufassir (w. 319 H), Kholil bin Ahmad bin Ismail (w. 368 H), Muhammad bin al-Husain al-Haddady ( w. 388 H), dan tokoh-tokoh lainnya.

Gelar al Faqih

Mengenai gelar al-faqih yang dinisbatkan kepada al-Samarkandy memiliki sejarah menarik, karena gelar tersebut konon disematkan oleh Nabi Muhammad Saw langsung.

Dr. Zakariya Abdul Hamid dalam muqaddimah tahqiq tafsir Bahrul Ulum menuliskan, tatkala Imam as-Samarkandy usai menuntaskan bukunya Tanbih al-ghafilin, beliau membawanya menuju raudah Nabi dan bermalam di sana.

Baca Juga:  AGH. Muhammad Nur, Ulama Ahli Hadits NU dari Tanah Bugis

Al-Samarqandy bermimpi melihat Nabi Saw mengambil kitabnya tersebut dan menimangnya, kemudian Nabi berkata, “Ambil kitabmu, wahai Faqih!, kemudian ia terjaga dan mendapati buku tersebut ada di tempat di mana Nabi menaruhnya. Kemudian beliau mengalap berkah dengan gelar tersebut.

Keilmuan

Dalam ranah Ushuluddin, Abu Layts merupakan ulama yang piawai pada zamannya. Dalam bidang ilmu tajwid, beliau juga terkenal sebagai sosok pendebat ulung. Al-Sam’any berkata : Abu Layts al-Samarqandy merupakan pembesar mazhab Hanafi dan masyhur sebagai ahli berdebat”.

Selain itu, Imam al-Samarqandy juga mahir berbahasa Persia. Seorang peneliti tafsir mendapati bahwa al-Samarqandy menyebutkan beberapa makna kalimat dalam al-Qur’an yang tidak memiliki suka kata asli dari bahasa Arab seperti al-Firdaus dalam firman Allah dalam surah al-Muminun 11,

الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Beliau berkata : al-Firdaus bermakna taman-taman dalam bahasa Romawi.

As-Samarqandy memiliki murid-murid yang banyak, sebagian ada yang mengambil periwayatan kitab dari al-Samarqandy, di antara mereka adalah:

  1. Luqman bin Hakim al-Firghany
  2. Nuaim al-Khatib Abu Malik
  3. Muhammad bin Abdurrahman al-Zubayri
  4. Ahmad bin Muhammad Abu Sahl
  5. Tohir bin Muhammad bin Ahmad al-Haddady, dan lain-lain.

Karya Tulis

Dalam muqaddimah tafsir Bahrul Ulum, Dr. Zakariyya Abdul Hamid mengurai setidaknya ada 11 karya al-Samarqondy dalam bidang fiqih, di antaranya ada yang tercetak dan ada yang masih berbentuk manuskrip. Hal ini melebihi karya-karya beliau dalam bidang zuhud yang berjumlah 3 buku, ushuluddin berjumlah 6 buku, dan tafsir 1 buku.

Baca Juga:  Biografi Syaikh Zakariya Al Anshari Ulama Kenamaan Mazhab Syafii

Di antara warisan keilmuannya adalah:

  1. Khizanatul Fiqh
  2. Tanbihul Ghafilin fi al-Wa’zhi wa al-Akhlaq wa al-Ta’amul
  3. al-Nawazil fi al-Fatawa
  4. Ta’sis al-Nazhair al-Fiqhiyah
  5. Uyun al-Masail fi furu’ al-Fiqh al-Hanafi
  6. Bustan al-Arifin
  7. Asrar al-Wahy
  8. Syarh Jami’ al-Shagir
  9. al-Nawadir al-Mufidah
  10. Tafsir Bahr al-Ulum atau yang dikenal khalayak luas sebagai Tafsir al-Samarqandy.

Abu al-Laits al-Samarqandi menghembuskan nafas terakhir pada malam selasa tanggal 11 Jumadil Akhir tahun 375 H. Beliau dimakamkan pada siang hari di kota Balkh di samping kuburan gurunya, Abu Ja’far al-Hindiwany.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik