Habib Ali Bafaqih, Waliyullah dari Pulau Dewata Bali, Guru Habib Lutfi bin Yahya

Habib Ali Bafaqih

Pecihitam.org – Jika kita biasanya mengenal istilah Walisongo atau Sembilan Wali, yang kebanyakan penyebaran dakwah Islamnya di pulau Jawa. Namun jika di Bali akan dikenal dengan Wali Pitu (tujuh wali).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Wali Pitu ini adalah Mas Sepuh Raden Raden Amangkuningrat Badung, Habib Umar bin Maulana Yusuf al-Maghribi Tabanan, Habib Ali bin Abubakar bin Umar bin Abubakar al-Hamid Klungkung, Habib Ali Zaenal Abidin Alaydrus Karangasem, Syaikh Maulana Yusuf al-Baghdadi al-Maghribi Karangasem, The Kwan Lie Buleleng dan Habib Ali bin Umar bin Abubakar Bafaqih Jembrana.

Nah ternyata, nama terakhir, Habib Ali Bafaqih Jembrana, merupakan salah satu guru utama Maulana Habib Luthfi Bin Yahya Pekalongan. Habib Ali Bafaqih merupakan putra dari pasangan Habib Umar dan Syarifah Nur, beliau lahir pada tahun 1890 di Banyuwangi Jawa Timur.

Di waktu mudanya, selain belajar mendalami ilmu al-Quran beliau dikenal sebagai pendekar silat yang sangat tangguh. Sekitar tahun 1910, menginjak usia 20 tahun, Habib Ali pergi ke tanah suci Mekkah untuk memperdalam ilmu agamanya.

Baca Juga:  Biografi Imam Abu Dawud, Pengarang Kitab Sunan Abu Dawud

Keberangkatan beliau ke Mekkah ini merupakan hadiah dari Haji Sanusi, ulama terkemuka di Banyuwangi kala waktu itu. Beliau di Makkah mukim di Syi’b Ali kurang lebih selama tujuh tahun.

Sekembalinya ke Tanah air, Habib Ali masih memperdalam ilmunya kepada Syaikhuna Kholil Bangkalan Madura. Kemudian berlanjut lagi ke Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang asuhan Kiai Wahab Chasbullah.

Setelah melanglang buana memperdalam ilmu, Habib Ali kemudian mengajar di Madrasah Khairiyah selama setahun di daerah kelahirannya Banyuwangi. Setahun mengajar disana Habib Ali lalu pindah ke Bali.

Perjalanan ke Bali beliau lakukan atas permintaan Datuk KH. Mochammad Said, seorang ulama besar di Loloan. Mulailah Syiar Islam semakin cemerlang di Loloan dengan makin bertambahnya ulama setingkat Habib Ali Bafaqih.

Pada tahun 1935 Habib Ali Bafaqih lalu mendirikan Pondok Pesantren Syamsul Huda di Loloan Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Bali. Kini pondok tersebut telah menetaskan ribuan ulama, Dai dan ustadz.

Para santri datang dari berbagai pelosok desa di tanah air. Mereka belajar membaur dengan kehidupan masyarakat Loloan yang sejak ratusan tahun lalu. Bahkan Pondok ini telah dikunjungi oleh ulama-ulama tangguh dari berbagai daerah. Termasuk ulama besar dari Trengganu (Malaysia) yang meninggalkan negerinya dan berhijrah ke Loloan sekitar awal abad 19.

Baca Juga:  Mengenal Puang Makka, Mursyid Tariqah Khalwatiyah Syekh Yusuf Al Makassary

Islam datang ke Bali yang mayoritas Hindu itu tampil dengan penuh toleransi dan kedamaian, sehingga masyarakat tidak terusik. Bahkan selama masa perjuangan melawan Belanda kedua komunitas agama yang berbeda itu saling bantu, bahu membahu satu sama lain.

Kemudian sekitar tahun 1997 Habib Luthfi Bin Yahya dibaiat Thariqah Qadiriyah oleh Habib Ali Bafaqih. Dari beliaulah salah satu sanad Thariqah Qadiriyah Habib Luthfi Bin Yahya yang bersambung ke Mbah Kholil Bangkalan.

Setelah itu Habib Ali Bafaqih melantunkan beberapa syair Arab yang berakhiran huruf ra’ dan fa’, yang berisikan pujian kepada Habib Luthfi. Lalu dilanjutkan dengan memberikan berbagai wasiat khusus untuk Habib Luthfi Bin Yahya dan KH. Abdullah Zein Salam Kajen yang waktu itu juga disitu.

Baca Juga:  Abu Laits As Samarqandi, Ulama yang Mendapat Gelar Al Faqih dari Rasulullah

Semasa hidupnya Habib Ali Bafaqih dalam menjalankan syiar Islam sering menunjukkan tanda-tanda kewalian. Konon. banyak yang menyaksikan beliau mengisi dua majelis ditempat berbeda dalam waktu yang bersamaan.

Habib Ali Bafaqih wafat dalam usia 107 tahun, pada tanggal 27 Februari 1997 M di Loloan Barat Jembrana Bali. Beliau dimakamkan di area Pondok Pesantren Syamsul Huda Desa Loloan Barat Kec. Negara Kab. Jembrana Bali. Makam beliau kini banyak diziarahi banyak orang dari berbagai pelosok negeri.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik