Terungkap, Inilah Rahasia Habib Quraish Shihab Bisa Menjadi Ulama Besar

Rahasia Habib Quraish Shihab Bisa Menjadi Ulama Besar

Pecihitam.org – Paling tidak minggu, bulan, tahun ini kita patut berbesar hati, gembira, terharu setelah mendengar dan membaca berita bahwa Habib Quraish Shihab ata lengkapnya Professor Dr. KH. Muhammad Quraish Shihab, MA (sengaja saya tulis lengkap nama beliau, agar tergambar kebesaran wibawa dan keilmuannya) mendapatkan penghargaan Bintang Tanda Kehormatan Pertama Bidang Ilmu Pengetahuan dan Seni dari Pemerintah Republik Arab Mesir.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hampir pertemuan-pertemuan ulama sedunia yang diselenggarakan, misalnya, maka nama Habib Quraish Shihab ikut diperhitungkan dan dimintai untuk memberikan suatu pandangan tentang ajaran Islam.

Habib Quraish Shihab lahir 16 Februari 1944 di Lottassalo Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Sulawesi Selatan. Ayah beliau seorang ahli tafsir Habib Professor Abdurrahman Shihab. Habib Quraish Shihab memiliki saudara yang juga ahli di bidangnya masing-masing Habib Professor Umar Shihab (kakanya) Habib Professor Alwi Shihab (adiknya).

Pertanyaannya kemudian bagaimana pendidikan Habib Quraish Shihab sehingga ia tumbuh menjadi ulama”sulit” dicari padanannya untuk saat ini?

Pertama, Habib Quraish Shihab mendapatkan pendidikan langsung dari ayahnya yang ahli tafsir Habib Professor Abdurrahman Shihab dan menurut beliau ia didikan dengan penuh disiplin dan keras.

Dalam kesehariannya ayahnya (aba-nya begitu beliau memanggilnya) diajarkan untuk mengedepankan kejujuran, qana’ah dan tidak mubazzir serta sifat tawadhu.

Ketika Habib Quraish Shihab menjual barang yang sebenarnya halal menurut fiqih tetapi menurut abahnya itu berlebihan, ketika mereka makan maka Habib Quraish Shihab sangat ditekankan untuk menghabisi sisa-sisa makanannya karena, “kita tidak tahu yang mana makanan itu terdapat berkahnya.” Begitu kata abanya.

Baca Juga:  Siapa dan Bagaimana Kesufian Syeikh Yusuf Al Makassari?

Beliau seorang habib tetapi sejak awal tidak ingin dipanggil dengan panggilan habib bagi beliau ketinggian derajat seseorang bukan pada Gelar akademik, panggilan habib, sayyid dan lain sebagainya. “biarkan orang mengenal kita melalui karya dan akhlak.” Kata aba-nya.

Sejak awal beliau didik dengan konsep Islam washatiyah (moderat) oleh aba-nya, dan itu yang dilakukan Habib Quraish Shihab sampai saat ini. Kita akan sulit menentukan mazhab beliau apakah Syafi’i, Hanbali, Maliki, atau Hanafi (4 mazhab rujukan Sunni) atau Ja’fari (Syi’ah).

Membaca karya-karya beliau akan mengantarkan kita kepada berbagai pendapat yang berbeda-beda. Apa yang membatalkan wudhu? Misalnya, maka beliau akan menjawabnya menurut pendapat ke empat mazhab tersebut. Barangkali salah satu tujuannya agar kita sebagai orang awam bisa memilih dari berbagai pendapat yang menurut kita baik.

Apa hukumnya jilbab? menurut Hambali, Syafii, Maliki, Hanafi bahkan terkadang diluar dari empat mazhab tersebut beliau paparkan. Ini menunjukkan bahwa beliau memiliki kedalaman ilmu.

Terkenal ucapan beliau, “saya bukan NU, Muhammadiyah, Syiah dan Sunni.” Habib Quraish Shihab tidak ingin diidentikan oleh sebuah ormas atau mazhab tertentu, ditempat lain beliau berkata, “saya Islam Nusantara yang berkemajuan. Artinya beliau NU sekaligus Muhammadiyah.

Beliau lebih suka memakai peci hitam, baju batik, celana ala Indonesia, bukan dengan jubah, songkok haji dan pakain-pakaian ala Arab sebab sekali lagi kata abanya kita bagian dari Indonesia karena itu hargai budaya, karya Indonesia.

Kedua, selain orang tuanya, beliau adalah ulama tafsir alumni dari al-Azhar Mesir. Di Mesir salah satu guru beliau yang ia kagumi adalah Abdul Halim Mahmud. Tentu saja sedikit banyaknya beliau dipengaruhi oleh pemikiran gurunya Abdul Halim Mahmud. Bahkan selain Gurunya Habib Abdul Kadir Bilfaqih yang sangat berkesan baginya, Abdul Halim Mahmud pun dianggap demikian. bahkan melihat gurunya mengingatkan pada Habib Abdul Qadir Bilfaqih.

Baca Juga:  Inilah Salah Satu Cara Melampiaskan Kerinduan Terhadap Gus Dur

Selama belasan tahun beliau menempuh pendidikan di al Azhar Mesir, ia habiskan waktunya dengan membaca dan membaca. Menurut AG KH. Sanusi Baco, salah satu ulama yang disegani dan dihormati di Sulawesi Selatan, bahwa, “setiap kali ia berkunjung ke tempat Prof Quraish Shihab ia selalu dapati beliau memegang buku.”

Ketiga, Habib Abdul Qadir Bilfaqih adalah guru yang paling berkesan di antara guru-gurunya yang lain. Habib Abdul Qadir Bilfaqih lahir di kota tarim, Hadhramaut, Yaman. Yang kemudian menetap di Indonesia. Diberi nama Abdul Kadir karena sebelum kelahirannya ayahnya bermimpi bertemu dengan syekh Abdul Kadir Jailani.

Menurut Habib Abdul Qadir Bilfaqih, “hanya dua tahun nyantri di ma’had al-Faqihiyah Malang tapi dampak ajaran habib jauh lebih berarti dari belasan tahun masa studi saya di Mesir. Sebabnya?

Karena Habib Abdul Kadir Bilfaqih mengajar dengan keikhlasan, sehingga ajarannya tidak lekang sepanjang masa. Selain itu, Habib Abdul Qadir Bilfaqih juga selalu mengajarkan kepada santrinya -termasuk kepada Habib Quraish Shihab- akan kecintaan terhadap ahlul bait, keluarga Rasulullah saw, kepada Imam Ali bin Abi Thalib kw, Sayyidatina Fathimah, Imam Hasan, Imam Husain dan syair yang selalu Habib Abdul Kadir Jailani Bilfaqih kutip adalah syair Imam Syafi’i:

Baca Juga:  Biografi Hasan al-Basri, Ulama Hadits pada Masa Tabi'in

“Seandainya mencintai keluarga Nabi dinilai Syi’ah, maka silakan manusia dan jin menyaksikan bahwa aku adalah seorang syiah. Kalau mencintai keluarga Nabi Muhammad adalah dosa. Maka itulah dosa yang aku tak akan bertaubat darinya”

Oleh karena itu, Habib Quraish Shihab menyikapi soal Syi’ah seperti menyikapi mazhab lain, sebab dari awal ia telah diajarkan tentang kecintaan kepada ahlul bait bahkan beliau menulis buku “Mungkinkah Syi’ah-Sunni Bergandengan Tangan? 

Akibat dari sikap beliau yang begitu moderat, merangkul, mendamaikan bukan tanpa resiko, beliau kerap di tuduh sebagai syiah, pelaku bid’ah terbesar di Indonesia.

Demikianlah, sekilas tentang Habib Quraish Shihab, yang sejak awal memang dipersiapkan untuk menjadi besar, karena itu dari awal pula ia diajarkan tentang ketawadhuan, qana’ah, kecintaan pada ahlul bait serta selalu diajarkan tentang konsep islam washatiyah (moderat).

Merangkul tanpa memukul, mencinta tanpa membenci, memberi tanpa mengharap imbalan. Jalan hidupnya adalah keikhlasan, mazhabnya adalah toleransi, ajarannya adalah kasih sayang.

Semoga Allah swt memanjangkan umurnya dan memberinya selalu kesehatan dan kekuatan sehingga kita semua bangsa Indonesia dapat mengambil hikmah, pelajaran, ilmu darinya. Aamiin. Wallau a’lam bis Shawab.

Muhammad Tahir A.