Al Khawarizmi; Penemu Angka Nol dan Kiblat Matematikawan Dunia

Al Khawarizmi; Penemu Angka Nol dan Kiblat Matematikawan Dunia

PeciHitam.org – Dunia Islam di masa keemasan memiliki begitu banyak ilmuwan yang berpengaruh, baik di dunia Islam sendiri maupun seantero dunia. Pada periode keemasan tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan secara massif dilakukan, hingga seluruh dunia pun berkiblat kepadanya. Salah satu ilmuwan Islam yang masyhur dan memiliki penemuan yang luar biasa adalah al Khawarizmi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Biografi al Khawarizmi

Abu Ja’far Muhammad bin Musa Al Khawarizmi atau yang biasa dikenal dengan nama Al Khawarizmi merupakan ilmuwan yang bermukim di Qutrubulli. Nama al Khawarizmi merujuk pada sebuah tempat dimana ia dilahirkan yaitu Khawarizmi Persia (sekarang Khiva, Uzbekistan) pada tahun 194 H/780 M. Ia wafat sekitar tahun 850 di Baghdad.

Ia ahli dalam bidang matematika, ahli Geografi, ahli sejarah, dan dikenal juga sebagai seniman. Dalam kitab al-Jama wa at-Tafriq, kitab Al-Fihrits Ibn an-Nadim dan Hisab Al-Jabar wa al-Muqabalah (The Book of Restoring and Balancing), beberapa karya al-Khawarizmi disebutkan.

Penemuan angka nol, aljabar, ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tanget, persamaan linear dan kuadrat serta kalkulasi integrasi (kalkulus integral) merupakan deretan penemuan al Khawarizmi telah membantu ilmuan lain dalam penelitiannya.

Metode matematikanya saat ini sudah menjadi bagian penting dari ilmu pengetahuan, teknologi, bahkan dalam dunia perdagangan maupun industri.

Seluruh karya penemuan al Khawarizmi tersebut, hingga saat ini masih digunakan di seluruh dunia. Sebagai contoh, tabel ukur sudut (Sinus dan Tangent) bahkan telah menjadi rujukan tabel ukur sudut saat ini.

Al Khawarizmi mendedikasikan separuh hidupnya dalam bidang keilmuan, sekitar tahun 813 hingga 833 Masehi. Pada masa pemerintahan Ma’mun Ar-Rasyid, khalifah ketujuh Dinasti Abbasiyah, didirikan sebuah Lembaga penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang diberi nama Bayt al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan).

Perlu diketahui bahwa Bayt al-Hikmah merupakan institusi pendidikan tinggi pertama di dunia Islam maupun di dunia Barat. Di lembaga tersebut, Al Khawarizmi sempat belajar ilmu alam, matematika, terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.

Sebelum Ditemukannya Angka Nol

Sebelum diperkenalkannya angka nol oleh Al Khawarizmi, para ilmuwan masih menggunakan abakus atau semacam daftar yang membedakan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya. Daftar tersebut, berfungsi untuk menjaga setiap angka dalam bilangan agar tidak saling tertukar tempat atau posisinya dalam hitungan.

Baca Juga:  Ketika Imam At-Thabari Di Tuduh Syiah dan Atheis Bagian 1

Sistem tersebut berlaku hingga abad ke-12 M, ketika para ilmuwan Barat mulai memilih menggunakan raqm al-binji (angka Arab) dalam sistem bilangan mereka. Raqm albinji menggunakan angka “nol” yang diadopsi dari angka India, menghadirkan sistem penomoran desimal yang belum pernah digunakan sebelumnya.

Melalui kitab Al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Aljabar dan Perbandingan), Al Khawarizmi memperkenalkan angka nol yang dalam bahasa Arab yang disebut shifr. Karya monumentalnya tersebut juga membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.

Terjemahan Karya Al Khawarizmi

Begitu pentingnya buku tersebut, bahkan sampai diterjemahkan oleh matematikawan Inggris, Fredrick Rosen, di London pada tahun 1831. Baru selanjutnya diedit dalam bahasa Arab pada 1939 oleh dua matematikawan Mesir, yaitu Ali Mustafa Musyarrafa dan Muhammad Mursi Ahmad.

Jauh sebelum itu, Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabala (الكتاب المختصر في حساب الجبر والمقابلة) atau dalam bahasa Indonesianya diartikan Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan, merupakan buku pertama al Khawarizmi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 M.

Karya tersebut diterjemahkan oleh seorang matematikawan asal Chester, Inggris, yang bernama Robert atau Robertus Castrensis, dengan judul Liber Algebras et Al-Mucabola.

Masih pada abad yang sama, buku tersebut kemudian disunting oleh matematikawan asal New York, LC Karpinski. Versi keduanya, De Jebra et Almucabola, ditulis oleh Gerard da Cremona (1114–1187), matematikawan dan penerjemah asal Italia. Buku yang ditulis Gerard itu digadang-gadang jauh lebih baik dan bahkan mengungguli buku Fredrick Rozen yang terbit setelahnya.

Berabad-abad kemudian, ahli matematika dari Barat, termasuk Galileo dan Fibonacci, sangat menghargai penjelasan al-Khawarizmi yang amat detail tentang cara penggunaan persamaan.

Fibonacci bahkan terinspirasi al Khawarizmi Ketika ia belajar ke Mediterania. Ia mempopulerkan sistem angka Hindu-Arab di Barat dan menuliskannya dalam buku Book of Calculation.

Penjelasan al-Khawarizmi ini menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang aljabar, aritmetika, dan trigonometri. Sebab, trigonometri tersebut, para ahli Timur Tengah bisa menghitung nilai sudut dan sisi dari segitiga serta lebih memahami ilmu astronomi.

Baca Juga:  Al Khawarizmi, Matematikawan Muslim Penemu Angka Nol

Kitab Aljabar

Al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabala (الكتاب المختصر في حساب الجبر والمقابلة atau Kitab yang Merangkum Perhitungan Pelengkapan dan Penyeimbangan) merupakan buku karangan al Khawarizmi yang membahas tentang matematika. Buku ini ditulis pada tahun 830 M. Kitab tersebut merangkum definisi aljabar.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, buku tersebut mendapatkan respon yang amat positif dari para ilmuwan lain, sehingga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah satunya Bahasa Latin dan dikenal dengan judul Liber Algebrae et Almucabala oleh Robert dari Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerardus dari Cremona.

Dalam buku tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di sini b dan c adalah bilangan bulat positif)

  • kuadrat sama dengan akar (ax2 = bx)
  • kuadrat sama dengan bilangan konstanta (ax2 = c)
  • akar sama dengan konstanta (bx = c)
  • kuadrat dan akar sama dengan konstanta (ax2 + bx = c)
  • kuadrat dan konstanta sama dengan akar (ax2 + c = bx)
  • konstanta dan akar sama dengan kuadrat (bx + c = ax2)

dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( الجبر ) atau pemulihan atau pelengkapan) dan al-muqabala (penyetimbangan).

Al-jabr adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x2 = 40x – 4x2 disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Al-muqabala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 + 9 = x.

Beberapa pengarang yang terinspirasi kitab tersebut, telah berhasil menerbitkan tulisan dengan nama Kitab al-Gabr wa al-Muqabala, termasuk Abu Hanifa al-Dinawari, Abu Kamil (Rasala fi al-Gabr wa al-Muqabala), Abu Muhammad al-‘Adli, Abu Yusuf al-Missisi, Ibnu Turk, Sind bin ‘Ali, Sahl bin Bisr, dan Sarafaddin al-Ṭusi.

Baca Juga:  5 Fakta Unik yang Perlu Anda Tahu Tentang Imam Sibawaih

Kitab Geografi

Buku yang terkenal adalah Kitab Surat al-Arḍ (كتاب صورة الأرض atau jika diterjemahkan artinya Buku Pemandangan Dunia atau Kenampakan Bumi), yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.

Hanya ada satu kopi dari Kitab ṣurat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di sebuah tempat bernama Biblioteca Nacional de Espana di Madrid.

Judul lengkap bukunya adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yamg ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.

Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk Zona Cuaca, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Menurut Paul Gallez, daftar tersebut sangat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis.

Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.

Demikian sejarah singkat mengenai al Khawarizmi dan sepak terjangnya dalam bidang keilmuan. Dunia Islam saat ini mungkin masih terlena dengan kejayaan di masa lalu, sehingga sekarang ini nampak lesu.

Semoga kedepannya muncul Kembali, tokoh-tokoh yang memiliki semangat yang sama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi semacam ini. Ash-Shawabu Minallah.

Mohammad Mufid Muwaffaq