Hadits Shahih Al-Bukhari No. 59 – Kitab Ilmu

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 59 – Kitab Ilmu ini, mengemukakan bahwa Keberkahan kurma terdapat pada setiap bagiannya, mulai dari muncul buahnya hingga dikeringkan dan dapat dimakan. Selain itu setiap bagian pohon tersebut dapat dimanfaatkan. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 1 Kitab Ilmu. Halaman 271-276.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa’id] Telah menceritakan kepada kami [Isma’il bin Ja’far] dari [Abdullah bin Dinar] dari [Ibnu Umar] berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim”.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu?” Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah. Abdullah berkata: “Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, pohon apakah itu?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Pohon kurma”.

Keterangan Hadis: إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً (Diantara beberapa pohon ada pohon). Dalam riwayat Mujahid dalam bab “Al Fahm minal Ilmu” ada penambahan redaksi yang berbunyi, “Ketika saya menemani Ibnu Umar ke Madinah, beliau berkata, bahwa ketika kami sedang bersama Rasulullah SA W, kemudian beliau mendatangi sebatang kurma dan bersabda, ‘Diantara pohon-pohon?” Begitu pula dalam kitab Buyu'(jual beli), “Ketika saya bersama Rasulullah, beliau memakan kurma. “

لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ (Yang tidak jatuh daunnya, seperti itulah seorang muslim). Persamaan antara kaum muslim dengan kurma telah diterangkan dalam riwayat Al Harits bin Abi Usamah dalam tema ini dari jalur lain dari Ibnu Umar “Pada suatu hari kami sedang bersama Rasulullah SAW. “Beliau bersabda, “Orang muslim seperti pohon yang tidak gugur daunnya. Apakah kalian mengetahui pohon tersebut?” “Tidak, ” jawab mereka. Beliau melanjutkan, “Pohon itu adalah pohon kurma yang tidak gugur daunnya, dan tidak gugur dakwah bagi orang muslim.”

Riwayat Imam Bukhari dalam kitab Ath ‘imah (tentang makanan) dari jalur A’masy dikatakan, “Telah menceritakan kepadaku Mujahid dari Ibnu Umar yang berkata, ‘Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW, datanglah seseorang membawa kurma.'” Kemudian Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kurma adalah pohon yang kuberkahi sebagaimana orang muslim kuberkahi.”

Hadits ini lebih umum dari hadits sebelumnya. Keberkahan kurma terdapat pada setiap bagiannya, mulai dari muncul buahnya hingga dikeringkan dan dapat dimakan. Selain itu setiap bagian pohon tersebut dapat dimanfaatkan, bijinya dapat digunakan sebagai makanan ternak dan tangkai buahnya dapat dibuat tali serta masih banyak lagi kegunaannya. Begitu juga dengan berkah orang muslim yang berlaku umum pada seluruh kondisi, juga manfaatnya bagi diri dan oning lain yang akan berlangsung terus-menerus hingga setelah wafatnya.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan

Ditemukan riwayat Imam Bukhari dalam kitab tafsir dari jalur Ibnu Umar yang berkata, “Ketika kami sedang bersama Rasulullah beliau bersabda, أَخْبِرُونِي بِشَجَرَةٍ كَالرَّجُلِ الْمُسْلِم لَا يَتَحَاتّ وَرَقهَا وَلَا وَلَا وَلَا

lieritahukan pohon yang memiliki sifat seperti seorang mukmin, tidak gugur daunnya dan tidak..tidak..tidak.” Redaksi penafian (tidak) dalam riwayat ini disebutkan sebanyak tiga kali.

Salah satu pendapat mengatakan, bahwa penafsiran “penafian” tersebut adalah tidak putus buahnya, bayangannya tidak pernah hilang dan manfaatnya tidak pernah habis. Namun dalam riwayat Muslim, penafian tersebut hanya disebutkan satu kali, sehingga Sufyan bin Ibrahim yang meriwayatkan hadits tersebut menganggap kalimat tersebut berkaitan dengan kalimat setelahnya yaitu, تُؤْتِي أُكُلهَا. Oleh karena itu dia berkata, “Agaknya kata لَا (tidak) hanya sebagai tambahan. Kalimat تُؤْتِي أُكُلهَا tidak seperti yang diduga, oleh karena kalimat setelah huruf nafyi (laa) tidak disebutkan demi efisiensi struktur seperti yang telah kita terangkan. Kata تُؤْتِي adalah awal kalimat yang berfungsi untuk menafsirkan.”

Al Ismaili dalam riwayatnya mendahulukan kalimat تُؤْتِي أُكُلهَا كُلّ حِين atas kalimat لَا يَتَحَاتّ وَرَقهَ, sehingga riwayatnya bebas dari masalah.

فَوَقَعَ النَّاس (kemudian yang terbayang-bayang oleh orang-orang) Maksudnya pikiran mereka langsung tertuju kepada pohon-pohon padang pasir, dan hal tersebut membuat mereka mencoba menafsirkannya dengan berbagai jenis pohon kecuali kurma.

Yang dimaksud dengan Abdullah adalah Ibnu Umar, sang perawi. وَوَقَعَ فِي نَفْسِي (Dan terbetik dalam hatiku). Peristiwa tersebut diterangkan Abu Awanah dalam kitab Shahihnya dari jalur Mujahid dari Ibnu Umar, dia berkata, “Aku menduga pohon tersebut adalah kurma yang dibawa oleh beliau.”

Dalam redaksi tersebut terdapat petunjuk, bahwa yang diberi pertanyaan harus melihat kepada faktor-faktor yang ada di sekelilingnya ketika pertanyaan tersebut dilontarkan. Kemudian bagi yang memberi pertanyaan hendaknya tidak terlalu umum, supaya tidak membingungkan bagi yang akan menjawab.

فَاسْتَحْيَيْت (Akan tetapi aku malu). Dalam riwayat Abu Awanah pada bab “Pemahaman Merupakan Bagian dari Ilmu”, redaksi tersebut ditambah dengan kalimat, “Sebenarnya aku ingin mengatakan bahwa pohon tersebut adalah kurma, hanya saja pada saat itu aku adalah orang yang paling muda diantara mereka” Kemudian masih dalam riwayat Abu Awanah dalam kitab Ath’imah disebutkan, “Bagaimana aku akan berbicara kepada mereka sedangkan umurku baru W tahun. ” Sedangkan dalam riwayat Nafi’ disebutkan, 1 1 Aku melihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku pun menjadi segan untuk berbicara. Ketika kami berdiri aku berkata kepada ayahku, “Ayah….

Dalam riwayat Malik bin Dinar dalam bab “A!Haya’ftlIlmi”\ Abdullah berkata, “Kemudian aku mengatakan kepada ayahku apa yang terpikirkan olehku. Beliaupun berkata,’Apa yang engkau katakan lebih baik dari apa yang aku pikirkan yaitu ” Ibnu Hibban menambahkan dalam Shahihnya, “Saya mengira bahwa dia mengatakan, حُمْر النَّعَم (unta yang berharga).”

Selain yang telah diterangkan, dalam hadits ini juga terdapat pelajaran lain, yaitu seorang pengajar dapat menguji kemampuan muridnya dengan apa yang tersembunyi dan memberitahukannya jika mereka tidak mengetahui hal tersebut. Sedangkan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadits Muawiyah yang menyatakan bahwa Rasulullah melarang pertanyaan yang sulit, dapat diinterpretasikan bahwa maksudnya adalah pertanyaan yang tidak bermanfaat atau pertanyaan untuk menyakiti si pengajar atau orang yang akan menjawab.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 657-658 – Kitab Adzan

Dalam hadits tersebut terdapat dorongan untuk memahami sebuah ilmu, untuk itu Imam Bukhari membuat bab khusus yaitu bab “Al Fahm fil ‘Ilmi” yang terdapat dalam kitab Al ‘Ilm dan kitab Al Adab. Kemudian di dalamnya juga terdapat bukti akan barakah kurma dan dalil diperbolehkannya seseorang untuk menjual kurma panggang, karena semua yang halal dimakan, halal juga diperjualbelikan dan hal ini telah dibahas dalam bab khusus oleh Imam Bukhari dalam kitab Al Buyu’.

Hal tersebut disebutkan oleh Imam Bukhari dalam tafsir firman Allah, “Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik…” (Qs. Ibrahim (14): 24) yang mengisyaratkan bahwa yang dimaksud dengan pohon dalam kalimat tersebut adalah pohon kurma.

Secara gamblang hal ini dijelaskan dalam riwayat Al Bazzar dari jalur Musa bin Uqbah dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata, “Rasulullah membacakan ayat ini kemudian bersabda, “tahukah kalian pohon apakah itu?” Ibnu Umar berkata, “Aku yakin bahwa yang dimaksud adalah kurma, akan tetapi umurku menahanku untuk tidak berbicara. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “pohon tersebut adalah pohon kurma.”

Jika hadits ini dipadukan dengan hadits sebelumnya, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Rasulullah datang dengan membawa kurma yang dipanggang, kemudian beliau memakannya selelah membacakan ayat tersebut dan bersabda, “Diantara pohon-pohon terdapat sebuah pohon…. “

Dalam riwayat Ibnu Hibban dari Abdul Aziz bin Muslim dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah berkata, “Siapa yang dapat memberitahukan kepadaku pohon apa yang seperti orang muslim, akarnya kokoh dalam tanah dan batangnya menjulang ke angkasa?” Kemudian dia menyebutkan hadits tersebut. Riwayat ini menguatkan riwayat Al Bazzar.

Al Qurthubi berkata, “Maka terlihatlah persamaan antara keduanya, yaitu dasar agama orang Islam sangat kuat dan apa yang dihasilkannya berupa ilmu dan kebaikan merupakan makanan bagi ruh, sedang dia tetap dijaga oleh agamanya. Dia dapat memanfaatkan setiap apa yang dihasilkan oleh agama tersebut, baik pada saat hidup atau setelah meninggal dunia.

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa maksud dari cabangnya di langit, adalah amal perbuatan mereka diangkat dan diterima. Al Bazzar juga meriwayatkan dari jalur Sufyan bin Hushain dari Abi Bisyr dari Mujahid dari Ibnu Umar bahwa dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin seperti pohon kurma, setiap yang dihasilkan olehnya bermanfaat bagimu.” Demikianlah disebutkan secara ringkas dengan sanad yang shahih.

Sedangkan orang yang mengklaim bahwa persamaan antara orang muslim dengan pohon kurma adalah, bahwa pohon kurma tidak akan mati kecuali dipotong kepalanya dan tidak akan berbuah kecuali jika dibuahi. Pohon tersebut tidak akan mati kecuali jika ditenggelamkan, serbuknya berbau seperti sperma manusia, pohon tersebut berpasangpasangan dan pohon tersebut minum dari atas.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 404-405 – Kitab Shalat

Semua persamaan yang disebutkan adalah lemah, karena semua persamaan terdapat pada seluruh manusia tidak khusus orang muslim, Pendapat yang lebih lemah mengatakan bahwa pohon tersebut diciptakan dari kelebihan tanah penciptaan Adam, karena tak pernah ditemukan hadits yang menegaskan hal tersebut.

Dalam hadits tersebut terdapat cara menggunakan contoh dan permisalan untuk menambah pemahaman dan menggambarkan suatu makna agar lebih meresap dalam pikiran. Terdapat pula indikasi bahwa memisalkan sesuatu dengan sesuatu yang lain tidak harus sama dalam segala aspek, karena orang mukmin tidak dapat dimisalkan dan dibandingkan dengan benda mati.

Kita juga mendapatkan dalam hadits tersebut penghormatan terhadap yang lebih tua dan mendahulukan ayah dalam menjawab serta tidak tergesa-gesa menyampaikan apa yang dipahami olehnya, walaupun dia menduga jawabannya benar. Kemudian seorang pakar dapat saja tidak mengetahui sesuatu yang diketahui oleh orang yang status keilmuannya lebih rendah, karena ilmu adalah anugerah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki oleh-Nya.

imam Malik menjadikan hadits ini sebagai dalil diperbolehkan adanya keinginan untuk dipuji atas perbuatan baik yang dilakukan, dengan syarat perbuatan tersebut karena Allah.

Pendapat tersebut diambil dari harapan Umar di atas, yang merupakan instink (naluri) manusia untuk dipuji atas perbutan baik yang dilakukan oleh dirinya dan anaknya. Juga untuk menunjukkan bahwa si anak semenjak kecil telah memiliki kelebihan dalam pemahaman agar Rasulullah mendoakan anak tersebut. Dalam hadits tersebut tampak pula betapa hinanya dunia di mata Umar, karena dia membandingkan pendapat anaknya dalam satu masalah dengan unta yang sangat berharga.

Pelajaran yang dapat diambil

Al Bazzar dalam musnadnya menyatakan, bahwa hadits dengan redaksi seperti ini hanya diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Ketika mendengar pendapat tersebut, At-Tirmidzi berkata, “Hadits tersebut ditemukan pula dalam bab ini dari Abu Hurairah.”

Kemudian dia mengisyaratkan kepada hadits pendek dari Abu Hurairah yang disebutkan oleh Abdu bin Humaid dalam tafsirnya dengan redaksi, “Perumpamaan seorang muslim adalah seperti pohon kurma.” Demikian pula menurut Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban bahwa ketika Rasulullah membacakan firman Allah,

Perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik” (Qs. Ibraahhm (14): 24) beliau melanjutkan, “Yang dimaksud dengan pohon tersebut adalah pohon kurma” Dalam riwayat sebelum ini dari Mujahid dari Ibnu Umar diketahui bahwa umur Ibnu Umar pada saat itu adalah 10 tahun. Untuk itu dapat kita simpulkan, bahwa diantara sahabat yang hadir adalah Abu Bakar, Umar, Ibnu Umar, ditambah Abu Hurairah dan Anas bin Malik jika keduanya benar-benar mendengar hadits ini dalam majelis tersebut.

M Resky S