Hukum Puasa Syawal; Perintah, Dalil dan Waktu Pelaksanaannya Seusai Anjuran Nabi

Hukum Puasa Syawal; Perintah, Dalil dan Waktu Pelaksanaannya Seusai Anjuran Nabi

PeciHitam.org – Idul Fitri di Nusantara selalu dirayakan dengan gegap gempita dan suka cita. Tradisi yang melekat selama Idul Fitri yakni shalat Ied Fitri, saling berkunjung kesanak saudara, mudik, sungkeman kepada orang tua dan makan bersama.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menu yang selalu ada di hari  raya Idul fitri yakni kupat dengan lauk Opor ayam, sebagi perlambang untuk meminta maaf. Kupat, Kulo Lepat (saya banyak salah), maka kiranya hari raya fitri bisa menjadi momentum saling memaafkan.

Peringatan Hari Raya Idul Fitri pada tanggal 1 Syawwal dalam hukum Islam masuk hari Haram Bepuasa disamping Hari Raya Idul Adha dan 3 hari Tasyrik. Akan tetapi pada tanggal 2 Syawwal, keharaman Puasa tidak belaku lagi, bahkan terdapat anjuran.

Puasa pada tanggal 2 syawwal sering dinamakan dengan Puasa Syawwal yang memiliki banyak keutamaan. Bagaimana Hukum Puasa Syawal dalam Islam? Berikut Ulasannya!

Daftar Pembahasan:

Perintah Puasa di Bulan Syawal

Puasa wajib Bulan Ramadhan selama sebulan penuh ditutup dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Gegap gempita pada hari Lebaran dirayakan dengan banyak cara.

Khotbah hari Raya idul Fitri akan selalu mewasiatkan bahwa Hari Raya adalah hari Makan-makan, dan diharamkan untuk berpuasa.

Hari Raya Idul Fitri dalam kerangka Hukum hanya khusus jatuh pada tanggal 1 syawal, walaupun dalam kebudayaan Nusantara tetap terasa atmosfernya sampai 1 bulan. Dalam pandangan Hukum, keharaman puasa hanya jatuh pada tanggal 1 syawal dan pada tanggal 2 sudah berbeda.

Allah SWT memberkahi bulan syawal bukan hanya dengan adanya hari kemenangan, akan tetapi dengan adanya anjuran untuk berpuasa syawal. Rasulullah SAW menyebutkan dalam Hadits;

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya; Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh. (HR. Muslim)

Hadits yang mempunyai urutan Rawi dari Abu Ayub Al-Anshori di atas menyebutkan tentang hukum puasa syawal. Anjuran yang dikatakan oleh Rasulullah menunjukan Hukum puasa syawal adalah Sunnah dan akan mendapat pahala besar disisiNya. Imam Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayatu Az-Zain menuliskan;

Baca Juga:  Hukum Pegadaian dalam Islam, Yang Hobby Gadai Wajib Baca

صوم ستة من شوال لحديث المذكور ولقوله أيضا صيام رمضان بعشرة أشهر وصيام ستة أيام بشهرين فذلك صيام السنة أي كصيامها فرضا وتحصل السنة بصومها متفرقة منفصلة عن يوم العيد لكن تتابعها واتصالها بيوم العيد أفضل وتفوت بفوات شوال ويسن قضاؤها

Artinya, “Puasa sunah enam hari di bulan Syawal berdasarkan hadits yang disebutkan di atas, Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, ia seakan puasa setahun penuh.

Dalam Hadits lain dikatakan pula, puasa sebulan Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa dua bulan. Semua puasa tersebut (jika dilaksanakan) setara dengan puasa wajib setahun penuh.

Puasa ramadhan selama sebulan penuh, kemudian Umat Islam melaksanakan perayaan Idul Fitri dengan diisi silaturrahmi kepada sanak saudara dan keluarga. Serta pada tanggal 2 syawal disambung dengan puasa syawal, maka seorang Muslim akan sangat banyak mendapat pahala disisinya.

Hukum puasa syawal adalah sunnah berdasar Hadits Rasulullah SAW, maka seorang yang melaksanakannya seraya mendapatkan pahala besar. Melakasanakan puasa dibulan syawal sejak tanggal 2 sampai tanggal 7 syawal mempunyai godaan yang besar, karena harus meninggalkan makan-makan yang banyak tersedia dimeja. Jaminan Pahala besar kiranya pantas bagi seorang yang berpuasa dengan meninggalkan banyak godaan.

Waktu Pelaksanaan Puasa Syawal

Hukum Puasa Syawal dalam Islam adalah sunnah, dengan ketentuan melaksanakannya dalam bulan syawal dimulai tanggal 2 syawal. Beberapa Ulama bersilang pendapat tentang bagaimana runtutan pelaksanaan puasa bulan syawal.

Pertanyaanya, apakah ada kewajiban khusus hari dan tanggal dalam puasa bulan syawal? Melihat dari redaksi Hadits sebagai berikut,

Baca Juga:  Bagaimana Hukum Puasa Syawal Menurut Mazhab Maliki (Tinjauan Hadits, Fiqh dan Usul Fiqh)

ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ

Artinya; “Kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal

Redaksi Hadits di atas mengandung unsur kata “ثُمَّ أَتْبَعَهُ” yang banyak diartikan sebagai perintah Runtutan dalam pelaksanaan Puasa Syawal. Qiyasnya, kata Mengikuti hendanya tidak ada jarak diantara puasa 6 hari dibulan syawal. Pendapat ini banyak dipegang oleh Ulama sebagai perintah Afdhal bukan sebagai perintah Mutlak.

Maksudnya, Puasa 6 Hari dibulan Syawwal tidak wajib dilakukan berurutan untuk mendapatkan keutamaan puasa setahun. Selama seorang muslim melakukan puasa syawal 6 hari dalam bulan tersebut, maka tetap dihukumi mendapatkan pahala puasa setahun penuh sebagaimana disebutkan dalam Hadits.

Jika seorang berpuasa pada tanggal 2, kemudian pada tanggal 10, dilanjutkan pada tanggal 14, 15, 16 dan ditutup pada tanggal 29 Syawal maka pendapat Ulama menyatakan masih tergolong dalam puasa syawal 6 hari.

Kategori pelaksanaan seperti ini masih dalam kerangka hukum puasa syawal yang disebutkan dalam Hadits Riwayat Muslim di atas. Walaupun keutamaan Hukum Puasa Syawal tetap berurutan pada tanggal 2 syawal sampai 7 syawal.

Syaikh Ibrahim Al-Baijuri menyebutkan dalam  kitab Hasyiyah Al-Bajuri, kitab kepanjangan dari Fathu Qarib Mujib,

وإن لم يصم رمضان كما نبه عليه بعض المتأخرين والظاهر كما قاله بعضهم حصول السنة بصومها عن قضاء أو نذر

Bahwa Hukum Puasa Syawal tetap Sunnah, dianjurkan meskipun seseorang tidak berpuasa Ramadhan. Pendapat ini sering diingatkan sebagian ulama mutaakhirin (Kontemporer). Pendapat sebagai Ulama menjelaskan bahwa seseorang tetap mendapatkan keutamaan Puasa Syawal dengan cara ia mengqadha puasa Ramadhan atau melaksanakan puasa Nadzar (untuk memenuhi janji kepada Allah SWT).

Syaikh al-Baijuri memilih pendapat yang lebih lunak dalam memahami puasa Syawal. Beliau berpendapat pelaksanaan hukum puasa syawal adalah sunnah dan bisa dikerjakan dengan berbagai cara.

Selama ia secara fisik berpuasa dibulan syawal maka termasuk golongan yang mendapatkan pahala setahun penuh. Walaupun pelaksanaannya untuk mengqadha puasa atau nadzar tertentu lainnya.

Baca Juga:  Hukum Hamil Diluar Nikah dan Statusnya Menurut Pandangan KH Bahaudin Nursalim

Dalil Puasa Sunnah Lainnya

Sejurus dengan pendapat Syaikh Ibrahim Al-Baijuri, Syaikh Nawawi Banten menyebutkan tentang pelaksanaan Puasa bulan syawal tidak terbatas pada tanggal 2-7 syawal. Beliau menjelaskan;

ومما يتكرر بتكرر السنة ستة من شوال وإن لم يعلم بها أو نفاها أو صامها عن نذر أو نفل آخر أو قضاء عن رمضان أو غيره. نعم لو صام شوالا قضاء عن رمضان وقصد تأخيرها عنه لم يحصل معه فيصومها من القعدة

Artinya; “Puasa 6 hari dibulan syawal adalah puasa yang bersifat tahunan, walaupun orang itu tidak mengetahuinya, atau menyangkalnya (dengan tidak melakukannya),  atau malah berpuasa nadzar, berpuasa qadha Ramadhan atau lainnya di bulan Syawal. Tetapi, kalau ia melakukan puasa (Qadha) Ramadhan di bulan Syawal dan ia sengaja menunda enam hari puasa hingga Syawal berlalu, maka ia tidak mendapat keutamaan sunah Syawal. Ia baru mendapat keutamaan puasa syawal ketika berpuasa pada bulan Dzulqadah”

Kiranya dasar pendapat Imam Nawawi, jika kita melakukan puasa rutin senin, kamis, atau puasa yaumul bidh (puasa hari putih, puasa pertengahan bulan Hijriyah), atau puasa Daud maka tetap mendapatkan keutamaan Hukum Puasa Syawal. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq