Ampuh! Ternyata Sholat Bisa untuk Mengendalikan Emosi

mengendalikan emosi

Pecihitam.org – Untuk mencapai hidup yang lebih bermakna, nyaman, dan penuh motivasi, salah satu cara yang paling tepat dan jitu adalah dengan mengatur emosi disaat kita sedang tidak bisa mengendalikan emosi tersebut.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Adapun yang dimaksud mengatur emosi adalah mengendalikan emosi atau gelombang gejolak yang terkadang tidak stabil seperti ombak laut yang naik turun. Berbagai peristiwa yang kita alami dalam menjalani kehidupan ini terkadang menyebabkan gelombang emosi kita berada dalam kondisi yang tidak stabil.

Terkadang kita marah saat ada orang yang meremehkan dan menghina kita, kadang pula sedih dan menangis pilu saat ditinggal seseorang yang amat kita cintai. Di lain waktu, kita melompat kegirangan saat mendapat penghargaan, memenangkan pertandingan, mendapat rizki melimpah, mendapat keuntungan berganda, dan lain sebagainya.

Intinya, semua ekspresi dalam merespon berbagai peristiwa akan memperkaya warna dalam kehidupan. Susah dan senang, menangis dan tertawa, cemberut dan binar, serta seabrek emosi merupakan mekanisme mutlak dalam ranah kehidupan.

Cara mengendalikan emosi sebenarnya sangat mudah. Karena emosi kita bisa muncul bukan karena merespon peristiwa yang sedang terjadi, melainkan saat mengingat kenangan masa lalu. Biasanya, seseorang selalu berharap dapat mengulangi kenangan manisnya dan melupakan pengalaman buruk yang pernah menimpanya.

Emosi dapat menjadi sumber terbentuknya pribadi negatif dan positif. Hal ini tergantung dari cara dan strategi pengaktifan pada saat seseorang tertimpa masalah. Artinya, saat sedang mengahadapi masalah, baik yang runyam atau menyenangkan.

Bila kita tidak dapat mengatur dan mengendalikan emosi maka dampaknya bukan hanya mengeringkan jiwa, melainkan dapat membunuh potensi dan menggelapkan hati serta pikiran.

Baca Juga:  Pentingnya Memiliki Sifat Qanaah dalam Islam

Ini yang terpenting, karena emosi harus diatur dengan cara yang baik dan tepat agar seluruh mekanisme tubuh tetap terjaga dengan baik serta tidak ada penyimpangan fungsi.

Adapun di antara cara menjaga dan mengendalikan emosi adalah dengan menyegarkan otak dan hati melalui ritual-ritual ibadah, khususnya shalat lima waktu dan bedzikir mengingat kebesaran Allah Swt.

Allah berfirman:

حَٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ ٢٣٨ فَإِنۡ خِفۡتُمۡ فَرِجَالًا أَوۡ رُكۡبَانٗاۖ فَإِذَآ أَمِنتُمۡ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَمَا عَلَّمَكُم مَّا لَمۡ تَكُونُواْ تَعۡلَمُونَ ٢٣٩

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu´. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah: 238-239).

Dari firman Allah Swt tersebut dapat kita pahami bahwa orang yang melakukan shalat dengan benar maka dirinya dapat mengontrol perasaan sombong dengan cara merendahkan diri dan juga dapat mengendalikan emosi.

Begitu juga sifat bakhil dan congkak dapat diubah dengan cara melaksanakan shalat; baik shalat lima waktu yang diwajibkan maupun shalat sunnah, dan hati pun memiliki rasa welas, tidak sombong san angkuh.

Dalam riwayat lain Allah Swt juga menegaskan:

Baca Juga:  Cara Al-Qur'an Memberi Petunjuk Bagi Mereka yang Tidak Paham Bahasa Arab

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٣

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 153).

Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Tirmidzi dalam kitabnya Al-Ilm al-Auliyya, esensi ayat tersebut adalah fardhu lima waktu dalam sehari atau shalat sunnah merupakan pembinaan emosi dari perasaan kufur menjadi orang yang mempu bersyukur.

Dalam sebuah hadis juga disebutkan, “Suatu ketika Rasulullah Saw berdiri dalam shalatnya sampai kedua telapak kakinya bengkak. Kemudian, ditanyakan kepada Beliau, ‘Wahai Rasulullah Saw, kenapa Engkau melakukan ini, padahal Allah Swt telah mengampuni dosa-dosa Engkau yang terdahulu dan yang akan datang?’ Lalu beliau menjawab, ‘Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur? Sungguh, aku lebih khawatir jika kalian mendapat fitnah (ujian) yang menyenangkan dibanding ujian yang menyengsarakan”.

Di antara hikmah yang terkandung dalam riwayat tersebut adalah pentingnya mengendalikan emosi atau mengendalikan diri. Sejalan dengan itu, emosi harus tetap terjaga dari sikap dan sifat tercela, misalnya sombong, kufur, congkak, dan berambisi.

Oleh karena itu, shalat sangatlah tepat sebagai cara untuk mengendalikan emosi. Terlebih jika berkaitan denagn bisnis, shalat dapat dijadikan sebagai landasan yang ideal untuk mencapai kesuksesan. Dengan mengerjakan shalat tepat pada waktunya, gelombang emosi yang tidak stabil dapat terkontrol.

Dalam menjalani rutinitas sehari-hari, kita akan merasakan lima kali tekanan emosi dalam sehari. Pertama, tekanan pada saat bangun tidur, terpatnya pada pagi hari. Kedua, tekanan pada siang hari, saat kita dihadapkan pada kesibukan kerja. Ketiga, tekanan pada sore hari, saat kita kelelahan setelah seharian beraktivitas.

Baca Juga:  Muhasabah Diri di Tengah Musibah dan Pandemi

Dan dua tekanan emosi berikutnya kita rasakan pada saat hendak beristirahat serta menjelang tidur.

Maka dari itu, Islam menawarkan cara mengendalikan emosi dengan kekuatan spiritual, yakni melaksanakan shalat fardhu lima waktu dalam sehari. Shalat Shubuh yang dilaksanakan pada pagi setelah bangun tidur berfungsi untuk melandasi jiwa agar tidak bermalas-malasan.

Kemudian, pada siang hari, untuk mengantisipasi agar kita tidak terpengaruh dengan gejolak emosi, maka yang dapat kita kerjakan adalah menghentikan aktivitas sejenak, kemudian mengerjakan shalat Dhuhur.

Demikian pula dengan shalat Ashar, Magrib, dan Isya’, semua itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengendalikan emosi, agar semua komponen dalam tubuh tetap terjaga dari pengaruh-pengaruh negatif.

Dengan mengerjakan shalat, berarti kita mengingat Allah Swt dan dengan mengingat-Nya, hati kita menjadi tenteram dan pikiran pun kembali jernih sehingga semua komponen berpsoses stabil.

Sumber: Mengambil Tabungan Dari Langit, Muhammad Makhdhori.