Pecihitam.org – Sebagian orang sering kali menjadikan ikhlas sebagai solusi terakhir saat masalah tak dapat diselesaikan, sehingga mereka mengatakan “yaudah deh, saya ikhlas” atau “okelah, saya rela, iklas jika akan terjadi begini dan begini”. Nah, untuk memahami makna ikhlas dengan tepat, alangkah baiknya kita tau terlebih dahulu apa yang dimasud dengan ikhlas. Sebab, ternayata ikhlas itu bukan hanya sekedar rela.
Menurut Abi Quraish Shihab, Ikhlas itu berasal dari kata khalis yang berarti bersih, maksudnya bersihnya sesuatu yang didahului oleh sesuatu yang kotor, atau yang tidak sesuai dengan subtansinya.
Beliau memberikan contoh, air dalam gelas yang sudah tercampur dengan yang lain, berarti ia sudah tidak lagi bersih, dan untuk menjadikan air tersebut kembali bersih, maka apa yang tercampur di dalamnya harus dikeluarkan.
Ketika ia sudah keluar, berarti air tersebut kembali bersih, meskipun ia di dahului kotoran sebelumnya, maka mengeluarkan kotoran tersebut dengan tujuan membersihkannya, itulah yang dinamakan ikhlas.
Jadi yang dinamakan dengan ihklas adalah membersihkan segala penyakit dalam hati yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. Seperti contoh jika seseorang melakukan shalat sendiri maka ia lakukan dengan cepat, bahkan tidak memperhatikan tuma’ninah.
Namun jika ia menjadi imam, maka ia akan membaca surat yang panjang dan lebih khusyu daripada saat ia shalat sendiri di rumah, dengan tujuan agar orang memujinya. Nah, dalam hal semacam ini berarti ia tidak ikhlas melakukan shalat karena Allah.
Maka cara untuk mengatasinya adalah saat ia shalat sendiri di rumah ataupun menjadi imam saat berjamaah, maka ia harus samakan kualitas shlatnya, yaitu sama-sama khusyu, sebab baik shalat di rumah ataupun sekolah ia sama-sama menghadap Yang Maha Kuasa.
Bisa juga, saat ia akan melakukan shalat, ia telah ikhlas shalat karena Allah, namun saat setelah ia lakukan shalat, datang orang lain memujinya, kemudian ia merasa bangga. Nah, disitulah timbul dalam hatinya antara ikhlas dan riya. Karena itulah, mengapa ikhlas itu sangat sulit untuk dilakukan. Sebab kadang ia akan bercampur dengan penyakit hati yang ada.
Maka, lawan dari ikhlas adalah riya. Dan riya itu berjalan dalam diri manusia layaknya darah mengalir dalam tubuh, ia tak dapat dilihat, pun tak bisa dirasa. Karena keduaanya anatara ikhlas dan riya adalah perbuatan yang terlihat, maka, ikhlas adalah rahasia antara hamba dan Tuhannya.
Beliau Abi Qurais Shihab menyebutkan, ada ungkapan yang mengatakan bahwa semua manusia akan binasa, kecuali ia yang beramal, semua yang beramal pun akan binasa, kecuali ia yang ikhlas, dan yang ikhlas pun masih terancam binasa, karena ia tidak tau apakah keikhlasannya dinilai Tuhan sudah ikhlas atau belum.
Maka jika ada yang mengatakan bahwa mengikhlaskan adalah merelakan, itu adalah kurang tepat. Karena, ikhlas sendiri mempunyai arti membersihkan penyakit hati yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sedangankan rela adalah pasrah, dan sering kali terjadi sebelum ia mengusahakan apa yang diinginkan.
Salah satu cara untuk meraih ikhlas adalah dengan kita menjalanlan apa yang Allah perintahkan dengan cara yang tidak diketahui orang lain, sebab biasanya riya ataupun sombong itu muncul setelah medapat pujian dari orang lain.
Namun, bisa juga perbuatan baik yang dilakukan secara terang-terangan dengan tujuan untuk memberi edukasi kepada yang lainnya. Jadi, sebenarnya berbuat kebaikan secara diam-diam ataupun terang-terangan keduanya sama-sama baik, jika dilakukan dengan niat yang baik pula.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah, ikhlas memang mudah untuk diucapkan, “saya ikhlas” namun nyatanya ikhlas merupakan salah satu sikap yang sangat sulit untuk dilakukan.
Karena, Ikhlas tak sekedar merelakan, namun lebih dari itu. Jadi ikhlas adalah menjalankan segala yang Allah perintahkan dengan lapang dada dengan tanpa mrngharap pujian dari sesama. Wallahu A’lam Bisshowab.