Ilmu Kasyaf, Penyingkapan Tabir Menemukan Isyarat Ilahiyah

Ilmu Kasyaf

Pecihitam.org – Dalam kajian ilmu tasawuf khususnya pengamal Tarekat apalagi yang sudah pernah suluk, rasanya tidak asing mendengar istilah Kasyaf atau pengucapan mudahnya menjadi “Kasaf”.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kasyaf secara bahasa artinya pembukaan, penyingkapan, penghilangan, atau pengangkatan. Kasyaf dalam istilah fiqih sering kali berkaitan dengan aurat dan pakaian. Sedangkan kasyaf dalam kajian ilmu tasawuf sering kali dikaitkan dengan terbukanya hijab atau tirai yang membatasi alam nyata dan alam gaib.

Proses kasyaf ini terjadi saat seseorang dalam kondisi terjaga, bukan dalam mimpi. Ketika keadaan kasyful mahjub (kondisi tersingkapnya tirai penghalang), pandangan seseorang dapat menembus ke hal-hal gaib, termasuk isyarat dari Allah.

Dalam buku “Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya” Prof. Dr. Djama’an Nur Guru Besar IAIN Raden Patah Palembang mengatakan, bahwa Kasyaf adalah ilmu yang diperoleh dengan terbukanya hijab (dinding atau tabir), sehingga hati nurani manusia mengetahui rahasia Ilahi, alam gaib sebagai rahmat dari Allah SWT, setelah dekatnya yang bersangkutan dengan Allah.

Dengan sifat rahmat-Nya, Allah memberikan kepada para sufi sebuah Pengungkapan diri Allah, menambah kerinduannya yang menggelora dalam lautan cintanya kepada Allah. Disinilah seorang sufi sampai pada sebutan Ahl al-kasyf wa al-wujud (Kaum Penyingkap dan Penemu). Dalam penyingkapan itulah mereka “menemukan” dan “bertemu” Allah.

Baca Juga:  Mengenal Konsep Tarekat Kebatinan Kawruh Begja Ki Ageng Suryomentaram

Adapun dalam dunia sufi, terdapat lima jenis kasyaf yang sering terjadi antara lain sebagai berikut:

1. Kasyf ‘aqli

Penyingkapan melalui akal. Ini merupakan tingkatan pengetahuan intuitif yang paling rendah. Karena dimensinya yang rendah tentu saja tidak akan bisa menjaungkau Zat yang mempunyai dimensi Maha Tinggi. Siapapun yang mencari Allah lewat akal tidak akan bisa menemukan Hakikat Allah yang sebenarnya.

“Bumi dan langit-Ku tidak sanggup memuat-Ku, hanyalah hati hamba-Ku yang lembut lagi tenang yang sanggup memuat-Ku”.

2. Kasyf arwah

Adalah bentuk penyingkapan ruh-ruh. Diawali tentang pengetahuan atas ruh diri sendiri, kemudian tentang ruh-ruh manusia dan makhluk lain, lalu meningkat ke ruh dalam seluruh dimensi “alam al-ghaib. Puncak pada pengetahuan langsung ruh al-idhafi, dan diarahkan kepada al-Ruh al-Haqq.

3. Kasyf Bashari atau Kasyf Kauni

Merupakan penyingkapan pada tataran makhluk. Penyingkapan visual yang terjadi melalui penciptaan yang dilakukan Allah. Dalam suatu peristiwa (tempat, tindakan, atau ucapan manusia) seorang yang suci bisa menjadi tempat bagi penyingkapan visual ini.

Allah adalah Yang Maha Mutlak. Dia adalah Keindahan (Jamal) dan Keagungan (Jalal). Melalui makhlukNya, Allah bisa mengungkapkan diri-Nya pada hamba-Nya lewat salah satu Nama Keindahan-Nya yang akan menimbulkan kemanisan dan kesenangan. Atau lewat salah satu Nama Keagungan-Nya yang akan melahirkan ketakziman dan ketakutan.

Baca Juga:  Empat Penyebab Hilangnya Agama Islam Menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilany

Disinilah peranan dari Asma’ al-Husna atau Asma’ al-nabi yang sangat tepat untuk mengantarkan dan membawa seorang sufi ke dalam samudera penghayatan rohaniah kepada sang Pencipta.

4. Kasyf Imani

Terbukanya tabir melalui keimanan. Penyingkapan ini terjadi melaui ketulusan iman seorang mukmin. Kadar intensitas penyingkapan ini bisa berfungsi sebagai pemicu agar sang Mukmin lebih banyak lagi mencari dalam pengetahuan spritual.

5. Kasyaf Ilahi.

Penyingkapan Illahi. Penyingkapan ini merupakan buah manis dari proses ibadah terus menerus dan menghiasi hati dengan Dzikurullah. Prosesnya bisa melalui dzikir, wirid, atau mujahadah dan sejenisnya. Penyingkapan Illahi ini bisa terjadi secara langsung dalam hati, tanpa bantuan visual apapun, yakni ketika keindahan Allah masuk kedalam hati seorang sufi dan pecinta-Nya.

Ini juga bisa terjadi dengan bantuan visual berupa lokus tertentu bagi Cahaya Illahi, seperti dengan sarana wushuliyah seorang suci (Mursyid), benda atau tempat suci.

Menghadirkan secara terus menerus guru Mursyid dalam hati ibarat menyambungkan kabel ke pusat sumber listrik, sehingga listrik mengalir dengan sempurna dan bisa dipergunakan untuk apa saja.

Baca Juga:  Hukum dan Adab Menguap Saat Shalat yang Harus Kamu Tahu!

Jika kita membuka cacatan sejarah akan kita jumpai banyak sekali karomah yang dimiliki oleh Para Wali Allah dan juga Ulama yang dekat dengan-Nya. Seperti Syekh Abdul Qadir Jailani, Syekh Abu Yazid Al Bisthami, Rabi’ah Al Adawiyah, Junaidi Al-Baghdadi, Abu Said Al-Kharaj, Imam Al-Ghazali.

Kemampuan dan karomah mereka bukan untuk ditampilkan dengan penuh kesombongan akan tetapi semata-mata sebagai sarana dakwah untuk menambah keimanan baik diri sendiri maupun orang lain.

Namun bagi kaum Sufi, terkadang mereka tidak pernah tahu tentang definisi dan tingkatan kasyf itu sendiri. Akan tetapi mereka sudah berada di alam kasyf dan itu jauh lebih baik dari pada menghapal definisi dan pembagian kasyf namun tidak pernah sampai kepada alam-Nya. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik