Pecihitam,org – Sebenarnya kalau membahas tentang kitab hadits, tentu yang ada dipikiran kita ialah bagaimana cara membedakan antara ini adalah kitab hadits Shahih dan ini adalah kitab hadits Hasan, tentu para ulama tidak akan membuat kita kewalahan dalam melihat kitab kitab yang ada, dengan mencampuradukkan berbagai jenis hadits dalam satu kitab tanpa adanya keterangan,
Sebab para ulama sendiri telah menetapkan beberapa kitab yang dimana mereka telah memberi komentar terkait beberapa kitab yang dianggapnya sebagai sumber rujukan kitab Shahih ataupun kitab yang berisikan hadits hasan.
Contoh kitab mashyur dianggapnya sebagai kitab yang berisikan hadis Shahih ialah al Jami’ al Shahih al Bukhari, yakni kitab yang disusun oleh Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al-Bukhari.
Kemudian ada Kitab Shahih Muslim yang disusun oleh Imam Muslim bin al Hajjaj al Naisaburi, ada pula kitab Shahih Ibnu Khuzaimah yang disusun oleh Abu Abdillah Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah dan Kitab Sahih Ibnu Hibban yang disusun oleh al Hafizh Abu Hatim Muhammad bin Hibban al Busti.
Pertanyaannya kemudian ialah pada kitab kitab apa saja yang bisa memudahkan kita menemukan hadits Hasan? Terkait kitabnya secara terpisah yang memang mengkhususkan hadits Hasan rupanya belum ada, yang ada hanyalah para ulama yang menyusun kitab yang berisikan hadits hasan yang digabung dengan hadits Shahih, mereka tidak memasukkan hadis Dhaif kecuali sangat sedikit dan amat jarang.
Untuknya beberapa kitab yang bisa kita jadikan sebagai rujukan dalam menemukan hadits Hasan
Daftar Pembahasan:
1. Al Jami’ karya Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah al Tirmidzi (209 H-279 H)
Kitab masyhur satu ini dikenal dengan nama Sunan at Tirmidzi yang dimana menjadi sumber hadits hasan, bahkan Ibnu Shalah mengatakan “Kitab Abu Isa At Tirmidzi merupakan kitab rujukan untuk mengetahui hadits hasan. Dan dialah orang pertama yang menciptakan nama hadis hasan dan banyak menyebut nama itu dalam kitabnya”
Sedangkan kalau kita menoleh pada keistimwaan kitab ini, isinya memuat banyak faedahnya secara ilmiah dengan segala cabang ilmu, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Rusyaid bahwasanya ada tujuh ilmu yang terliput dalam kitab ini, yaitu
- Memuat hadis yang disusun berdasarkan bab babnya.
- Memuat fikih.
- Membuat illat illat hadis yang mencakup penjelasan hadis shahih dan dhaif dengan berbagai tingkatannya.
- Memuat penjelasan nama nama dan gelar gelarnya.
- Memuat al jarh wa al ta’dil.
- Membuat penjelasan terkait orang orang yang bertemu dengan Nabi Saw., dan orang orang yang tidak bertemu dengannya diantara para rawi yang menyandarkan hadisya kepada Nabi Saw.,
- Serta memuat penjelasan jumlah sanad.
2. Sunan karya Abu Dawud Sulaiman bin al Asy’ats al Sijistani (202 H-273 H)
Dalam kitab ini, disusun dan disarikan dari 500.000 hadis yang dimana dalam penyusunannya Abu Dawud memprioritaskan penghimpun hadis hadis hukum, selain itu beliaupun menjelaskan metodologi penyusunan kitabnya secara ringkas sebagai berikut
“Hadis yang kualitasnya sangat rendah yang terdapat dalam kitabku, aku jelaskan kondisinya. Didalamnya terdapat hadis yang tidak shahih sanadnya, sedangkan hadis yang tidak saya komentari sama sekali adalah hadis shahih dan sebagian hadis hadisnya lebih sahih dari pada sebagian yang lain”
Seperti yang dijelaskan dalam buku Ulumul hadis karya Dr. Nuruddin ‘Itr pada halaman 282 dikatakan bahwa hadis hadits yang tidak dijelaskan dalam kitab Sunan Abu Dawud sangat beragam, sebagian Shahih dan dikeluarkan dalam Shahihain dan sebagiannya lagi Shahih yang tidak dikeluarkan dalam Shahihain, sebagiannya hasan dan sebagiannya lagi merupakan hadits Dhaif tetapi patut diambil pelajarannya dan bukan hadits hadis yang sangat dhaif.
3. Al Mujtaba karya Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib al Nasa’i (215 H-303 H)
Kitab ini lebih dikenal dengan sebutan Sunan an Nasa’i, dimana Imam an Nasa’i menyusunnya dengan metodologi yang cukup unik dengan memadukan fikih dan kajian sanad serta hadis hadisnya disusun berdasarkan bab bab fikih.
Imam an Nasa’i sendiri dikenal sebagai sosok yang sangat teliti terhadap hadis dan para rawi serta kriterianya dalam mentsiqah-kan rawi sangat tinggi. Itulah mengapa menurut al Daraquthni bahwa “Abu Abdirrahman melebihi ulama lain yang dikenal sebagai ahli Ilmu Hadis pada masa itu” sedangkan menurut al Hafizh Ibnu Yunus ialah “Imam an Nasa’i adalah seorang Imam yang hafiz dan Tsabt Tsabt yaitu tepat hati, lisan dan kitabnya” (Tadzkirat al Huffazh)
4. Sunan al Mushthafa karya Ibnu Majah Muhammad bin Yazid al Qazwini (209 H-273 H)
Kitab ini diakui sebagai kitab Sunan keempat serta merupakan pelengkap dari al kutub sittah yang sekarang menjadi sumber pokok bagi sunnah nabawiyah. Meski sebelumnya para ulama mutaqaddimin tidak memasukkan kitab ini sebagai kitab sumber.
Namun karena beberapa hafiz mengetahui bahwasanya kitab ini merupakan kitab yang sangat berfaedah dan besar manfaatnya dibidang fikih serta banyak Zawa’id (hadis yang tidak terdapat dalam kitab lain) maka mereka pun memasukkannya dalam jajaran kitab kitab sumber pokok.
Dalam pandangan ulama, Ibnu Majah merupakan seorang yang tsiqah sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Ya’la al Khalili al Hafizh berkata “Ibnu Majah adalah seorang yang tsiqah, agung, disepakati dapat dijadikan hujah, luas pengetahuannya dan kuat hafalannya”
5. Al Musnad karya Imam Ahmad bin Hanbal (164 H-241 H)
Kitab ini disusun berdasarkan nama nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang bersangkutan, layaknya sistematika penyusunan kitab musnad, adapun jumlah hadis yang terdapat dalam kitab kurang lebih 30.000 buah yang terdiri atas hadis Shahih, hasan dan dhaif.
Terkait penyusunnya, Imam Ahmad bin Hanbal merupakan Imam yang sangat dikenal akan kecintaannya dengan Sunnah dan menghormati para ulama Salaf, begitupun dengan ketegarannya dalam menghadapi Mu’tazilah pada waktu itu yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk, sehubungan dengan ini maka benarlah apa yang dikatakan Ali bin al Madini bahwa
“Sesungguhnya Allah memperkuat agama Islam dengan Abu Bakar al Shiddiq pada saat merajalelanya kemurtadan dan dengan Ahmad bin Hanbal pada saat memuncaknya Ujian” (Tadzkirat al Huffazh)
6. Al Musnad karya Imam Abu Ya’la al Maushili Ahmad bin Ali bin al Mutsanna (210 H-307 H)
Musnad Abu Ya’la sendiri ada yang dikenal dengan kitab musnad yang besar dan adapula kitab musnad yang kecil. Dan kitab yang dibahas ini adalah kitab musnad yang besar (Musnad al Kabir), yakni kitab yang disusun oleh Imam Abu Ya’la dengan berdasarkan rawi yang paling banyak meriwayatkan hadis. Selain itu derajat hadis hadisnya mendekati hadis hadis musnad Imam Ahmad.
Al Hafizh Muhammad bin al Fadl al Tamimi berkata “Saya telah membaca beberapa musnad, seperti Musnad al ‘adni dan Musnad Ibnu Mani, semuanya bagaikan sungai sedangkan Musnad Abu Ya’la adalah bagaikan laut yang merupakan tempat berkumpulnya sungai sungai”
Itulah kitab kitab yang bisa kita jadikan sebagai sumber rujukan dalam mencari hadits hasan, semoga bermanfaat, Aamiin!
Sumber bacaan : (Dr. Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2017)