Sedang Mencari Istri Idaman? Jangan Lupa Perhatikan 4 Kriteria Ini

Istri Idaman

Pecihitam.org – Yang namanya sedang mencari pasangan, terlebih seorang laki laki yang sedang mencari pendamping hidup sekaligus mencari calon ibu untuk anak anaknya kelak, tentu sebisa mungkin mencari calon istri yang memiliki sifat serta sikap yang baik, atau yang sering disebut sebagai istri idaman. Lantas bagaimana gambaran dari istri idaman dalam pandangan Islam? Untuk itu, berikut paparannya

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

1. Taat Beragama dan Berakhlak Baik

Kriteria istri Idaman yang pertama adalah baik agama dan akhlaknya. Ketika sedang mencari calon Istri dan ibu dari calon anak anaknya nanti, tentulah yang terpenting adalah ketaatannya terhadap Agama atau yang sering disebut sebagai bentuk keshalihannya, dan memiliki akhlak yang baik.

Hal ini berangkat dari sabda Rasulullah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam ath Thabrani, dari Anas bin Malik ra., bahwasanya Rasulullah saw., bersabda,

“Barangsiapa yang Allah memberikan rezeki kepadanya berupa istri yang shalihah berarti Allah telah menolongnya melaksanakan setengah agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah untuk (menyempurnakan) setengah agamanya yang tersisa”

Sehingga dari hadits diatas dinyatakan bahwa memiliki seorang istri yang shalihah termasuk rezeki yang besar. Sedangkan maksud dari hadirnya istri shalihah akan menolongnya melaksanakan  setengah agama, ialah dengan keshalihan seorang istri tentu akan menghalangi suaminya berbuat zina ataupun ketika hendak melakukan maksiat.

Adapun yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah saw., bersabda

“Wanita dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, karena martabatnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka hendaklah engkau mendapatkan wanita yang baik agamanya (jika tidak kau lakukan) maka tanganmu akan menempel dengan tanah”

Maka memandang hadits diatas, ada dua pendapat di kalangan para ulama dalam memahami hadits tersebut:

 Pendapat pertama, sebagaimana yang dipilih oleh Ibnu Hajar bahwasanya hadits ini menunjukan akan disunnahkannya seseorang ketika mencari istri dengan memperhatikan empat perkara tersebut (harta, kedudukan (martabat), kecantikan dan agama).

Baca Juga:  Pentingnya Seorang Hamba Selalu Husnudzon Kepada Allah

Pendapat kedua, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam an Nawawi bahwasanya hadits diatas menyunnahkan kita mencari wanita sebagai istri dengan memperhatikan agamanya sebagaimana sabda Nabi saw., dalam hadits tersebut.

2. Berparas Cantik dan Enak Dipandang

Kriteria istri Idaman yang kedua adalah cantik parasnya. Hal ini berangkat dari apa yang dikatakan oleh Ibnu Qudamah,

Hendaknya ia memilih wanita yang cantik jelita agar hatinya lebih tentram serta ia bisa lebih menundukkan pandangannya dan kecintaannya (mawaddah) kepadanya akan semakin sempurna, oleh karena itu disyari’atkan nadzor (melihat calon istri) sebelum dinikahi”.

Adapun sabda Rasulullah saw., dari Abu Bakar bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari Rasulullah saw.,  bahwasanya beliau bersabda,

“Para wanita itu ibarat mainan, maka jika salah seorang dari kalian hendak memiliki sebuah mainan maka hendaknya ia memilih mainan yang baik (yang cantik).”

Adapun jika kita merujuk pada ayat ayat al Qur’an, tentu kita akan diperhadapkan pada QS an Nisa/4: 3 yang berbunyi

“Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi…”

Memandang ayat diatas, maka Syaikh As-Sa’di beranggapan bahwa, “Ayat ini menunjukan bahwasa seyogyanya seseorang yang hendak menikah untuk memilih (wanita yang disenanginya), bahkan syari’at telah membolehkan untuk melihat wanita yang hendak dinikahinya agar ia berada di atas ilmu tentang wanita yang akan dinikahinya”

Dari penjelasan singkat diatas perihal pentingnya memilih seorang istri dengan kriteria kecantikan, maka kita pun perlu mencatat bahwa kecantikan adalah sesuatu yang relatif, bisa saja cantik menurut orang lain akan tetapi menurut lelaki yang bakal menjadi calon suaminya sama sekali tidak cantik atau tidak sesuai dengan seleranya.

Itulah mengapa penting jika seorang laki laki hendak menikahi seorang perempuan, maka hendaknya ia melihat perempuan yang hendak dituju terlebih dahulu, agar dia bisa memberi penilaian, bukan malah menilainya dari pandangan orang lain.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Mughiroh bin Syu’bah ra., bahwasanya beliau melamar seorang wanita maka Nabi saw.,  pun berkata kepadanya

Baca Juga:  Antara Usaha dan Takdir, Bagaimana Porsi Kedua Hal Tersebut Bagi Manusia

Lihatlah ia (wanita yang kau lamar tersebut) karena hal itu akan lebih menimbulkan kasih sayang dan kedekatan diantara kalian berdua

3. Penyayang, Subur dan Perawan

Hal ini senada dengan apa yang diriwayatkan oleh

Dari Ma’qil bin Yasar ra., berkata,

“Datang seorang pria kepada Nabi saw., dan berkata, “Aku menemukan seorang wanita yang cantik dan memiliki martabat tinggi namun ia mandul apakah aku menikahinya?”, Nabi saw., menjawab, “Jangan !”, kemudian pria itu datang menemui Nabi saw., kedua kalinya dan Nabi saw., tetap melarangnya, kemudian ia menemui Nabi saw., yang ketiga kalinya maka Nabi saw., berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak (subur) karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan umat-umat yang lain”

Adapun catatan dari hadits diatas perihal perkataan lelaki yang menghadap Rasulullah akan pengetahuannya terkait kemandulan seorang wanita diperkirakan karena wanita tersebut tidak lagi haid, atau wanita tersebut pernah menikah dengan seorang pria namun ia tidak melahirkan.

Adapun menikahi seorang perawan adalah sunnah sebagaimana yang diceritakan Dari Jabir bin Abdillah ra., ia berkata, “Ayahku wafat (dalam riwayat yang lain, Ayahku mati syahid”) dan meninggalkan tujuh atau sembilan anak-anak perempuan maka akupun menikahi seorang wanita janda, Rasulullah saw., berkata kepadaku, “Engkau telah menikah ya Jabir”,

aku menjawab, “Iya”, ia berkata, “Gadis atau janda?”, aku menjawab, “Janda”, ia berkata, “Kenapa engkau tidak menikahi yang  masih gadis sehingga engkau bisa bermain dengannya dan ia bermain denganmu (saling cumbu-cumbuan), engkau membuatnya tertawa dan ia membuatmu tertawa?”

Namun yang harus kita ketahui bahwa menikahi seorang janda karena adanya udzur tentu akan dibenarkan, sebagaimana yang dilakukan oleh Jabir bin Abdillah ra., dimana pada riwayat lain, beliau mengatakan

Sesungguhnya (ayahku) Abdullah wafat dan ia meninggalkan anak-anak perempuan dan aku tidak suka membawa bagi mereka seorang wanita yang masih gadis seperti mereka maka akupun menikahi wanita (janda) yang bisa mengurus mereka dan membimbing mereka”. Rasulullah saw., berkata, “Semoga Allah memberi barokah kepadamu” atau ia mengucapkan “Baik jika demikian”.

Adapun mengapa Rasulullah menganjurkan untuk menikahi perawan, dikarenakan seorang janda bisa jadi hatinya masih terikat dengan suami sebelumnya sehingga cintanya kepada suami barunya tidaklah sempurna. 

Baca Juga:  Anjuran Bertani yang Terdapat dalam Ayat-ayat AlQuran

4. Jauh dari Kekerabatan, Berasal dari Keluarga Baik-Baik, dan Cerdas

Karena jika ia menikahi wanita dari kerabatnya maka bisa jadi suatu saat ia menceraikannya dan akhirnya terputus silaturrahmi dengan kerabatnya tersebut, padahal ia diperintahkan untuk menyambung silaturrahmi.

Berkata Ibnu Hajar, “Adapun pendapat sebagian penganut madzhab syafi’iah bahwasanya disunnahkan agar sang wanita (calon istri) bukan dari karib kerabat dekat. Maka jika landasan pendapat ini adalah hadits maka sama sekali tidak ada, dan jika landasannya kepada pengalaman yaitu kebanyakan anak dari pasangan suami istri yang dekat hubungan kekerabatan mereka berdua adalah anak yang bodoh, maka bisa dijadikan landasan (jika memang terbukti pengalaman tersebut)…”

Adapun wanita yang berasal dari keluarga yang baik baik, tentu hal ini akan sangat berpengaruh pada pribadi si calon wanita, bahkan lingkungan keluarganya bisa menjadi tolak ukur dalam menilai akhlak wanita.

Sedangkan memilih calon istri dengan memiliki kecerdasan tentu sudah menjadi anjuran, dikarenakan watak anak anaknya kelak akan tergantung dari bagaimana cara ibunya.

Semoga bermanfaat!

Rosmawati