Benarkah Mati Sebab Wabah Penyakit Termasuk Syahid? Begini Penjelasannya

Benarkah Mati Sebab Wabah Penyakit Termasuk Syahid? Begini Penjelasannya

Pecihitam.org – Derajat mati syahid dapat dilalui dengan beberapa jalan, salah satunya adalah mati sebab wabah penyakit. Selain itu derajat syahid juga didapatkan oleh mereka yang mati dalam medan perang.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Seperti yang sdah dijelaskan oleh Nabi:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما تعدون الشهداء فيكم؟ قالوا : يا رسول الله، من قتل في سبيل الله فهو شهيد. قال إن شهداء أمتي إذا لقليل! قالوا: فمن هم يا رسول الله؟ قال من قتل في سبيل الله فهو شهيد، ومن مات في سبيل الله فهو شهيد، ومن مات في الطاعون فهو شهيد، ومن مات في البطن فهو شهيد، والغريق شهيد رواه مسلم

Artinya, “Rasulullah SAW menguji sahabatnya dengan pertanyaan, ‘Siapakah orang yang mati syahid di antara kalian?’ ‘Orang yang gugur di medan perang itulah syahid ya Rasulullah,’ jawab mereka. ‘Kalau begitu, sedikit sekali umatku yang mati syahid.’ ‘Mereka (yang lain) itu lalu siapa ya Rasul?’ ‘Orang yang gugur di medan perang itu syahid, orang yang mati di jalan Allah juga syahid, orang yang kena tha’un (wabah) pun syahid, orang yang mati karena sakit perut juga syahid, dan orang yang tenggelam adalah syahid,’ jawab Nabi Muhammad SAW,” (HR Muslim).

Baca Juga:  Tempat Ziarah Islam di Jogja yang Wajib Kamu Kunjungi

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW mengatakan sabda serupa dengan hadits riwayat Muslim.

وعن أبي هريرة رضي الله عنه، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الشهداء خمسة المطعون والمبطون، والغريق، وصاحب الهدم، والشهيد في سبيل الله متفق عليه

Artinya, “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang yang mati syahid ada lima macam, yaitu orang yang kena tha’un (wabah), orang yang mati karena sakit perut, korban tenggelam, korban yang tertiban reruntuhan, dan orang syahid di jalan Allah.’” (HR Bukhari dan Muslim).

Adapun secara perlakuan terhadap jenazah, ulama membagi dua jenis syahid, yaitu orang yang gugur di medan perang dan orang yang meninggal bukan di medan perang.

Orang yang gugur di medan perang adalah jenis syahid yang tidak dimandikan dan dishalatkan sebagaimana sahabat yang gugur di zaman Rasulullah.

Sedangkan orang yang meninggal bukan di medan perang adalah jenis syahid yang tetap diperlakukan seperti jenazah pada umumnya, yaitu dimandikan, dikafankan (body bags plastik untuk mencegah penularan sementara jika diperlukan), dan dishalatkan.

Baca Juga:  Istidraj Adalah Sebuah Niqmah Bukan Nikmat, Benarkah?

Ulama juga membagi tiga kriteria derajat syahadah atau syahid (merujuk kepada orangnya), yaitu syahid dunia dan akhirat; syahid akhirat, tidak di dunia; dan syahid di dunia, tidak di akhirat.

Ketiganya akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan amalnya sebagai keterangan Imam An-Nawawi atas hadits riwayat Muslim berikut ini:

قال العلماء المراد بشهادة هؤلاء كلهم غير المقتول فى سبيل الله انهم يكون لهم فى الآخرة ثواب الشهداء وأما فى الدنيا فيغسلون ويصلى عليهم وقد سبق فى كتاب الايمان بيان هذا وأن الشهداء ثلاثة اقسام شهيد فى الدنيا والآخرة وهو المقتول فى حرب الكفار وشهيد فى الآخرة دون أحكام الدنيا وهم هؤلاء المذكورون هنا وشهيد فى الدنيا دون الآخرة وهو من غل فى الغنيمة أو قتل مدبرا

Artinya, “Ulama mengatakan, mereka yang dianggap mati syahid adalah mereka yang gugur bukan di medan perang. Mereka kelak menerima pahala mati syahid di akhirat. Sedangkan di dunia mereka tetap dimandikan dan dishalatkan sebagaimana penjelasan telah lalu pada bab Iman. Orang mati syahid terdiri atas tiga jenis. Pertama, syahid di dunia dan di akhirat, yaitu mereka yang gugur di medan perang. Kedua, syahid di dunia, tidak di akhirat, yaitu lima orang yang disebut dalam hadits ini. ketiga, syahid di dunia, tidak di akhirat, yaitu mereka yang gugur tetapi berbuat curang terhadap ghanimah atau gugur melarikan diri dari medan perang,” (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, [Kairo, Darul Hadits: 1422 H/2001 M] juz VII, halaman 72).

Baca Juga:  Bukan Cuma Bukhari dan Muslim, Ini Macam Macam Kitab Hadis yang Harus Kamu Ketahui
Mochamad Ari Irawan